Thank You || Wu Yi Fan (Kris)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Tidak! Harusnya tidak seperti ini!"

Kris memekik geram. Berkali-kali ia menendang bola ke gawang dari kotak pinalti dengan kesal.

Entah sudah berapa jam lamanya ia melakukan hal tersebut, dan kau berdiri di samping lapangan sambil memegang payung.

Hujan turun deras saat itu. Sangat deras sampai menyamarkan tangisan Kris yang tak terlihat. Bila kondisi sekarang sedang tidak hujan, mungkin Kris sudah banjir air mata.

Kau ingin menghampirinya, tapi urung karena bukan saat yang tepat. Kau yakin Kris butuh waktu untuk sendiri. Butuh waktu untuk melampiaskan amarah dan penyesalannya sendirian. Kau hanya perlu menunggu sebentar lagi sampai tiba saatnya kau bisa menenangkan dan memberi semangat dan energi positif kepada Kris.

Hujan terus mengguyur lapangan saat itu dengan deras, tanpa ampun. Memakai payung pun rasanya tidak berguna lagi karena cipratan airnya merembes mengenai badan.

Dibanding kondisimu saat ini, kondisi Kris sangatlah mengkhawatirkan. Ia masih melakukan hal yang sama dari beberapa jam lalu di tengah derasnya hujan. Melihatnya pun, kau takut laki-laki itu akan sakit demam dan tak bisa beraktivitas seperti biasa.

Beberapa detik berlalu, Kris terduduk. Kakinya terasa lemas setelah mungkin puluhan atau bahkan ratusan kali ia menendang bola ke dalam gawang. Lututnya memebentur tanah beralas rumput hijau yang basah, kakinya sudah dipastikan sangat lemah kondisinya. Ditambah lagi hatinya yang mungkin sedang mengalami badai kekecewaan dan penyesalan.

Mungkin ini saatnya.

Kau berjalan gemetar menghampiri Kris yang terduduk lemah sambil terisak.

Ada rasa getir yang hinggap dalam benakmu. Kau sangat mengkhawatirkan kondisi pacarmu saat ini. Langkahmu terasa berat, namun kau terus berusaha untuk mendekat. Dengan penuh keyakinan, kau harus memberi semangat dan menghibur Kris bagaimanapun caranya.

"Hey," katamu sambil memegang bahunya.

Kris masih bergeming dan larut dalam emosinya. Ia tak menggubris perlakuanmu yang mencoba menenangkan.

"Aku mengerti perasaanmu, ayo kita berteduh dulu. Kau bisa sakit kalau lama-lama di sini." Kau berusaha lagi, mencoba tersenyum sambil membujuk meski raut wajahmu tak benar-benar terlihat olehnya karena posisimu berada di belakang Kris.

"Kumohon ...," kali ini kau mencoba berada di sampingnya. Namun kris menepis tanganmu yang hendak memayungi dirinya. Sukses membut payung itu terlempar cukup jauh dan kalian berdua terguyur oleh derasnya hujan.

"Aku ini memang orang yang tidak berguna! Harusnya aku tidak keras kepala saat itu," katanya dengan suara pelan namun terdengar bergetar dan ada sedikit amarah dalam ucapannya. Lebih tepatnya, amarah untuk dirinya sendiri karena merasa tak bisa melakukan yang terbaik untuk tugasnya.

Siang tadi, olimpiade mahasiswa cabang sepak bola antar fakultas baru saja dilaksanakan. Pertandingan berlangsung untuk memperebutkan posisi ketiga, dan Kris, adalah orang yang melakukan tendangan pinalti di detik-detik terakhir sebagai taruhan antara menang dan kalah.

Sayangnya, tendangan Kris meleset hingga menyebabkan tim fakultasnya kalah telak dan meraih posisi empat. Tak berhasil membawa pulang perunggu di cabang sepak bola.

"Semua orang pernah mengalami kegagalan, aku juga pernah, tapi kita jangan terlalu terlarut dalam emosi penyesalan," lagi, kau mencoba untuk membujuk Kris agar ia tak terus-terusan menyalahkan dirinya sendiri.

"Apa kau tidak lihat? Tadi itu aku sudah berlaku sembarangan! Aku bahkan membentak penanggung jawab dan mengancamnya jika bukan aku yang melakukan tendangan pinalti!"

Suasana hati Kris masih belum juga membaik. Kau hanya menghela napas berusaha bersabar sedikit lagi. Kau tak akan tega apabila meninggalkan Kris sendirian di sini, dalam susana hati seperti ini di tengah hujan deras yang tak kunjung reda.

"Kau bisa meminta maaf pada mereka. Aku yakin mereka juga mengerti kondisimu. Janganlah jadi laki-laki lemah seperti ini. Kris yang aku lihat sekarang tak seperti Kris yang selama ini aku kagumi!"

Kau sudah cukup bersabar. Dan kali ini nada bicaramu mulai meninggi hingga membuat Kris terpaku menatapmu sesaat.

Sorot mata Kris yang memandangmu terlihat begitu rapuh dan penuh penyesalan. Ia betul-betul dalam kondisi tidak baik.

"Kumohon jangan menyalahkan dirimu sendiri atas kejadian ini. Ingatlah bahwa selama ini kau banyak berkontribusi bagi tim fakultasmu. Kau adalah pemain yang hebat, aku tahu kau tidak mau mengambil resiko kegagalan pinalti kalian kepada orang yang salah. Untuk itu kau sebagai ketua tim mengambil keputusan yang menurutmu adalah keputusan terbaik. Aku yakin padamu Kris. Kau mengambil langkah yang tepat, hanya saja memang takdir itu tak ada yang bisa menduga."

Kris masih diam pada posisinya, tetapi sepertinya ia mulai luluh dan mendengar kata-katamu dan paham bahwa kata-katamu ada benarnya juga. Selama ini Kris adalah salah satu pemain hebat di tim fakultas, ia juga yang selalu mengajari teman-temannya yang memang masih belum lancar dan mahir dalam sepak bola. Untuk itu, Kris termasuk salah satu orang berpengaruh dalam timnya, dan kesalahan seperti tadi siang hanyalah hal sepele yang terkesan dibesar-besarkan.

"Aku tidak mau kau sakit, kumohon hentikan semua ini dan kita menepi untuk berteduh," bujukmu lagi sambil menatap mata Kris untuk meyakinkan.

Tiba-tiba saja Kris menghambur pelukannya padamu sambil terisak. Jemari Kris terasa dingin ketika menyentuh punggungmu, namun badannya terasa hangat dan sensasi kehangatan ini sangatlah menenangkan.

Kau membalas pelukannya sambil mengusap punggung Kris pelan dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.

"Aku menyayangimu. Kau selalu yang terbaik untukku. Kau memang yang selalu mengerti aku, thank you honey."

Kau tersenyum. Ada rasa bahagia yang menjalar dalam hatimu. Meski di tengah hujan yang masih deras dan terasa dingin karena tetesan airnya, tapi kalian memancarkan sebuah kehangatan yang kuat yang mampu mengalahkan rasa dingin itu.

"Ayo kita menepi. Hari sudah mau malam," ajakmu lagi sambil beranjak berdiri.

"Kau jangan hujan-hujanan sepertiku, nanti kau sakit," ujar Kris sambil menuntunmu ke pinggir lapangan untuk berteduh.

"Ck, iya iya sudahlah pokoknya kita berdua jangan sampai sakit, okay?" katamu sambil mengangkat jari kelingking.

"Okay!"

Keceriaan kembali terukir di wajah Kris. Sepertinya suasana hatinya mulai membaik. Masalah kegagalan pinalti tadi akan usai dalam beberapa jam kedepan dengan penjelasan dan permintaan maaf. Karena sebetulnya takdir tak bisa diubah, yang terjadi biarlah berlalu, yang terpenting kita dapat mengambil pelajarannya dan tidak mengulanginya lagi.

Fin.

[]

Wkwkwkkwkw sorry kalo imagine kali ini gaje, sebenernya ini aku bikin buat melampiaskan beban-beban yang aku tanggung saat ini 😭 sebetulnya aku lagi butuh support karena kondisi hatiku yang lagi gak baik. Semoga aja masalah-masalahku cepat terselesaikan.

Untuk readers yang sudah baca, aku sangat berterima kasih pada kalian sebesar-besarnya karena kalian mau membaca sampai sejauh ini :')

Tetap semangat ya kaliannn... Jaga kesehatan dan waktu kalian dengan baik :')

Xoxo

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro