Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Langkah tergesa didapati pada sosok gadis menuju masjid untuk menghindari rintik-rintik air hujan yang turun membasahi kota Jakarta. Gadis itu mengibas pakaiannya karena basah terkena rintik air hujan. Waktu salat zuhur sudah berlalu dan dia sudah menunaikannya di tempat lain. Gadis itu berteduh di masjid karena tak ada tempat teduh yang dekat dengan tempat usahanya kecuali masjid itu. Gadis itu masuk ke dalan masjid untuk menuju kamar mandi.

Langkah gadis itu terhenti ketika ia mendapati samar suara lantunan ayat suci. Gadis itu mengabaikan suara yang ia dengar. Ketika dia keluar dari dalam kamar mandi, suara itu masih ia dengar, bahkan lebih jelas dari sebelum dia masuk ke dalam kamar mandi karena suara hujan terdengar mereda. Rasa penasaran menghantui hati sang gadis. Perlahan langkahnya mengikuti suara lantunan itu.

Lantunan itu terdengar merdu dan sangat fasih. Mata gadis itu menyusuri setiap ruangan yang ada di dalam masjid. Langkahnya terhenti ketika ia dapati sosok laki-laki pelantun ayat-ayat suci Quran sedang duduk membelakanginya. Sang gadis penasaran pada sosok laki-laki itu.

Siapa dia? Suaranya sangat merdu, makhraj dan tajwidnya sangat pas. Aku sering ke sini, tapi kenapa baru aku lihat dia di sini? Apa dia musafir? Atau jamaah baru di masjid ini? Sang Gadis bertanya-tanya dalam hati.

Deringan ponsel membuyarkan pikiran sang gadis. Gadis itu merogoh tasnya untuk meraih benda pipih itu. Dia menggeser layar ke warna hijau, lalu menempelkan benda itu ke telinganya.

"Iya, Al." Gadis itu menyapa seseorang yang menghubunginya.

"Kamu di mana, Sar?" tanya seseorang yang menghubunginya.

"Aku masih di masjid dekat distro. Kenapa, Al?" tanya sang gadis.

Ya. Gadis itu bernama Sarah. Dia sedang janjian dengan sahabatnya -Alma- untuk membicarakan perihal penting mengenai bisnis distro yang mereka kelola bersama.

"Aku sudah di distro, Sar. Cepat ke sini. Lagian hujannya sudah reda." Alma melanjutkan.

"Iya. Aku ke sana sekarang." Sarah membalas.

Setelah membalas Alma, Sarah mematikan sambungan telepon bersama temannya itu. Dia memasukan ponsel ke dalam tas dan akan berlalu, tapi langkahnya terhenti ketika mengingat laki-laki pelantun ayat suci yang ia dengar. Sarah membalikan tubuh untuk memastikan laki-laki itu. Hening. Salwa mencari sosok laki-laki yang tadinya duduk di bawah tiang, tapi kini sosok itu tak ada di tempat yang ia lihat.

Ke mana dia? Perasaan tadi masih ada di sana. Kenapa tiba-tiba nggak ada? Apa aku salah lihat? Tapi tadi benar-benar ada di sana. Ah, sudahlah. Mungkin dia sudah pergi. Lebih baik aku pergi dari sini karena Alma sudah menungguku di distro.

Sarah melangkahkan kaki untuk keluar dari masjid. Langkahnya terhenti sebelum meninggalkan masjid. Dia menoleh ke dalam masjid. Hatinya berharap, semoga dia masih bisa menjumpai suara itu ketika menginjakan kaki di masjid itu.

Sarah berlalu meninggalkan masjid.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro