25. Andre: Daging

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Day 25: Buatlah cerita dengan genre, "New Weird."

"Mas, apa bisa malam ini kita memakan lenganmu dulu? Suplemen Pemulih baru akan restock besok. Hari ini kebetulan giliranku memberikan kedua lengan untuk santapan makan siang majikan di tempat kerja."

Andre menghela napas. Lengannya hanya tersisa satu. Namun, apa boleh buat? Istrinya tidak mungkin mengorbankan salah satu kaki untuk menjadi makan malam mereka. Besok masih harus berangkat kerja. Akan sulit jika sampai kakinya tidak lengkap.

"Tunggulah di meja makan. Aku akan segera ke sana," pinta Andre.

"Maaf, Mas." Istrinya berucap lirih sebelum berlalu.

Maaf tidak ada guna saat ini, tetapi marah pun sama sia-sianya. Akhir-akhir ini, beban kerja mereka semakin berat. Konsumsi Suplemen Pemulih menjadi lebih boros dibanding biasanya. Tidak ada cara lain. Setiap hari, anggota tubuh mereka harus lengkap. Siapa yang bisa menebak pekerja mana yang ingin disantap oleh majikan masing-masing? Bisa saja Andre yang ditunjuk. Berlaku hal serupa untuk istrinya.

Andre segera mengambil pisau daging dan beranjak keluar. Putra mereka satu-satunya telah menunggu dengan lidah menjulur. Duduknya tegap dengan kedua tangan serta kaki berada di atas kursi. Badan anjingnya tampak kurus. Andre terenyuh, tetapi tidak bisa berbuat apa-apa. Ingin sekali ia memberkan makanan enak untuk anak serta istrinya. Tidak hanya mengandalkan anggota tubuh mereka saja untuk konsumsi setiap harinya. Namun, apa daya? Tak banyak yang bisa dilakukan Andre di saat seperti ini.

"Ugh, lengan Ayah lagi?" Putranya protes. Satu gonggongan turut terlontar dari mulut rakusnya. "Membosankan."

"Nak." Istri Andre menenangkan. "Secepatnya kita akan makan enak. Ya?"

"Ibu selalu saja bilang begitu. Aku sudah bosan memakan daging babi Ayah dan lemak sapi Ibu."

Andre dan istrinya saling pandang. Tidak mengatakan apa pun untuk sepersekian detik. Helaan napas menyusul di detik berikutnya. Andre mengayunkan pisau daging ke lengan untuk memberi suguhan makan malam. "Bersabarlah, Nak. Bersyukur saja karena kita masih bisa makan."

"Temanku bercerita kalau setiap hari dia bisa makan enak. Tidak hanya satu dua variasi daging berulang-ulang. Satu jenis daging untuk satu hari. Terus begitu selama sebulan penuh," cecar putra mereka.

Tidak perlu usaha untuk menebak sosok "teman" putranya. Pasti anak masyarakat kelas atas. Mereka yang mempekerjakan banyak orang sebagai stok makanan. Tak butuh susah payah mengorbankan diri sendiri untuk makan sehari-hari. Bisa jadi Andre atau istrinya justru bekerja untuk orang tua teman putranya tersebut. 









Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro