기희

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

—Jeon Jung-kook—

Aku menatapi sosoknya yang memasuki ruangan pesta dengan anggun. Ia terlihat cantik, tingkat dewi bisa dibilang. Entah kenapa, ia tidak berteriak, memaki maupun bersikap dingin ketika menemuiku. Ia berbicara dengan halus dan santun, tetapi matanya tidak berbinar seperti biasanya. Ia terlihat tidak nyaman, namun memaksakan dirinya sendiri untuk berpura-pura nyaman.

Kejadian dua minggu yang lalu dimulai karena Ra-yeon mengancamku untuk mengungkapkan rahasiaku pada Soo-jung. Jika Soo-jung tahu bahwa dulunya aku pernah melakukan transaksi dengan perusahaan mafia milik Tyler untuk membayar hutang biaya judiku, ia tidak mungkin melepaskanku begitu saja.

Waktu itu, Tyler menawarkanku sejumlah uang, dan dengan bodohnya aku terima begitu saja untuk bermain-main dengan wanita di dalam casino. Peristiwa ini terjadinya sudah cukup lama, yakni setahun. Aku benar-benar tidak menyangka bahwa Tyler ternyata akan menjadi tunangannya, dan ketika itu terjadi aku benar-benar takut. Aku tidak ingin kehilangan Soo-jung lagi, tetapi sebaliknya Tyler malah membiarkanku mendapatkan Soo-jung begitu saja.

Peristiwa di rumah sakit itu berjalan sesuai rencananya, dan sekarang ia mengirim Kang Ra-yeon untuk terus mengancamku agar putus dengan Soo-jung.

Aku sudah mencoba berulang kali menulis surat dan mengirimnya diam-diam pada Soo-jung, tetapi sesuai perkiraanku, ia selalu membuang semua pemberianku. Setelah kutelusuri, selama beberapa minggu terakhir, ia selalu membuang pemberian pria dari perusahaannya, maupun milikku. Mendekatinya menjadi lebih sulit dari biasanya.

Hari ini, aku telah memutuskan untuk mengucapkan kebenaran padanya dan membiarkannya membenciku. Tetapi entah kenapa, hatiku mulai goyah ketika aku melihat wajahnya.

Aku mendekatinya dengan gugup sambil membawa segelas minuman. Namun, langkah kakiku terhenti ketika aku melihatnya tertawa ceria di antara kumpulan businessman sepantarannya. Dengan bodohnya, aku memutar tubuhku dan berjalan menjauhinya.

Sebuah tangan yang meraih lenganku menghentikan langkahku di antara kerumunan tamu lainnya. Aku berbalik dan mendapati Soo-jung menghampiriku dengan tatapan bertanya-tanya.

"Apakah ada sesuatu yang ingin kau katakan?" tanya Soo-jung dengan santai.

Aku menoleh ke kanan dan mendapati Tyler serta Kang Ra-yeon di dalam ruangan ini. Aku harus membawa Soo-jung keluar dari sini untuk berbicara dengannya.

"Soo-jung ssi, bisakah kau menemaniku keluar sebentar?" kuucapkan kata-kata itu gemetaran. Untungnya, ia menganggukan kepalanya setuju dan mengikutiku keluar ke taman.

🌵🌵🌵

"So. . . what do you want to tell me?" tanya Soo-jung yang terduduk di depanku.

Aku menegakkan posturku dan tetap berdiri di depannya dengan gugup. Aku mulai menyesali keputusanku untuk mengungkapkan kebenarnnya, tetapi aku tahu lambat laun kebenarannya pasti terungkap.

"Alasan aku mencium Ra-yeon adalah untuk menyelamatkan diriku sendiri. Dulu, aku pernah meminjam sejumlah uang dari Tyler untuk bermain di casino. Ia mengancamku untuk menjauhimu agar aku tidak tertangkap melakukan transaksi gelap, maafkan aku,"

Aku menoleh kearah wajahnya yang sudah memerah, ia pasti marah, sangat marah. Aku sudah menyiapkan diriku dari segala tinjuan yang akan ia lontarkan, tetapi ia malah terus membeku. Aku terdiam sejenak memikirkan reaksinya yang cukup ambigu, wajahnya marah, tetapi ia tidak melakukan apapun.

"Mengapa kau harus menutupi ini dariku? Jika kau sudah mengatakan ini dari awal, aku pasti telah menghancurkan perusahaan serigala tua itu dan melindungimu darinya."

Hanya kalimat itulah yang keluar dari mulutnya. Mengapa ia bisa begitu tenang mengatakannya? Biasanya ia pasti panik dan mulai gila, tetapi sekarang, ia terlihat seperti sosok dewasa yang menanggapi perihal ini dengan bijaksana. Soo-jung telah berubah.

Jika dibandingkan denganku, bisa dibilang perubahannya lebih menonjol dan membuatnya menjadi pribadi yang berpikiran matang. Aku tidak layak berada disisinya.

"Aku akan mengurus semua ini, karena itu jangan terlalu berpikir keras. Aku tidak marah." ujar Soo-jung sebelum mengambil ponselnya di dalam tasnya. Ia menghubungi seseorang dan mulai mengurus lawsuitnya untuk perusahaan keluarga Louise. Rupanya ialah yang akan memulai perangnya untuk melindungku. Aku tidak bisa memercayainya, ia bahkan melakukan hal sejauh ini hanya untuk melindungiku.

"I'll take care of everything, do me a favor to keep yourself well. I may not comeback alive from this war," ujarnya sebelum meninggalkanku sendirian di taman itu. Kalimat terakhirnya menusuk hatiku.

Apa yang terjadi jika ia pergi begitu saja? Apakah aku bisa bertahan hidup tanpanya?

🌵🌵🌵

"Kook a, kenapa kau begitu murung beberapa hari ini?" tanya Suga-hyung padaku. Aku benci sekali ditanyai mengenai kondisiku, tetapi siapapun yang melihatku diam pasti akan curiga. Beberapa hari terakhir aku bahkan tidak bisa tidur tenang memikirkan Soo-jung.

Wajahnya terlihat layu dan tidak bersemangat setiap kali aku melihatnya di layar TV. Aku ingin sekali menanyakan kondisinya, apakah ia sudah makan, apakah ia baik-baik saja, apakah ia butuh teman. Namun, aku tahu posisiku, jika aku terus memaksakan diriku untuk mengetahui semua mengenainya, ia pasti juga lelah. Ditambah lagi dengan pertanyaanku yang tidak kunjung berakhir, ia pasti akan lebih tertekan lagi untuk menjawabnya.

Aku terus berjalan kesana kemari memikirkan cara untuk menyemangati Soo-jung. Kalau ada seseorang yang melihatku sekarang, mereka pasti akan berpikir bahwa aku gila. Berjalan kesana kemari, seperti setrika.

Tatapanku terlintas pada sebuah guitar di sebelah sofa ruang tamu kita. Sudah lama sekali sejak aku terakhir menyentuh sebuah gitar, aku mengambil ponselku dan berjalan duduk di sofa itu.

Mungkin aku sudah tidak bisa menyemangatinya dengan bunga, makanan, maupun bingkisan tertentu, tetapi aku harap ia bisa mengerti perasaanku melalui laguku.

"Don't think about anything
Don't even speak
Please just smile for me

I still can't believe it
Everything feels like a dream
Don't try to disappear

Is it true? Is it true?
You. . . You. . .
So beautiful, so terrifying
Untrue. . .Untrue. . .
You. . . You. . . You. . .

Be by my side
Will you promise me
If I touch you I'm afraid you'd fly away or break
I'm afraid . . . afraid. . . afraid. . .

I wanna stop time
When this moment is done
Would it be like a fantasy
Would I forget you
I'm afraid afraid afraid

Butterfly, like a Butterfly
Almost Butterfly, Bu-Butterfly like
Butterfly, like a butterfly
Almost Butterfly, B-Butterfly like. . ."

Ku akhiri nyanyianku dan mengirimkannya kepada Soo-jung dengan desahan lemah. Semoga Soo-jung bisa melalui masa-masa berat ini seperti kupu-kupu kecil yang berani menerjang badai. Lagu Butterfly yang pernah kunyanyikan membuatku sadar betapa miripnya Soo-jung dengan sebuah kupu-kupu. Awalnya ia begitu indah dan lemah seperti ulat bulu kecil , namun semangatnya yang tidak pernah padam telah membangunnya menjadi sebuah kupu-kupu yang bisa merentangkan sayapnya untuk menghadapi dunia sebenarnya.

Sebuah pesan tiba-tiba muncul di ponselku.

"Thank you, for cheering me up.
Hearing your angelic voice. . .—SJ"

Aku langsung lompat kegirangan membaca pesannya. Bagaikan seorang striker yang berhasil mencetak goal, aku melompat-lompat di ruang tamu dorm kita dengan girang.

Aku mencintaimu Soo-jung a, aku benar-benar mencintaimu. . .

—End of Chapter Twenty-One : 기희—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro