싫어 (Prologue)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

—Lee Soo-jung—

"Ms. Lee, one of the board directors would like to have a word with you,"

Mendengar perkataan sekretaris pribadiku, aku langsung beranjak dari kursi kerjaku dan menutup kontrak yang sedang kubaca diatas mejaku. Menjadi seorang CEO dari Lee Corp, tentu saja bukan hal yang mudah, aku bahkan penasaran bagaimana ayah bisa mengurus semua ini bahkan di usianya yang sudah lanjut. Mulai dari tumpukan kontrak yang harus dibaca dan diperhitungkan, rapat enam jam sehari, survey lapangan, hingga pertemuan dengan para pemegang saham lainnya. Belum lagi mengurus dana dan pemasaran perusahaan anak dari Lee Corp.

Setelah tiga tahun bekerja di tempat melelahkan ini, sepertinya aku benar-benar membutuhkan istirahat. Dengan mata yang sayu, aku berusaha untuk tetap terbangun di atas sofa untuk bertemu salah satu pemegang saham. Entah apa lagi yang ingin mereka bicarakan padaku, padahal rapatnya baru berakhir sejam yang lalu.

"Ms. Lee." ucap seorang pria tua yang baru saja memasuki ruanganku. Mendengar suaranya saja sudah membuatku terkejut, aku langsung melompat berdiri dari sofa dan memaksakan sebuah senyuman pada wajahku.

"Mr. Louise, pleasure to meet you."

"This is my son, Tyler Louise."

Seorang laki-laki muda yang berdiri di belakangnya langsung berjalan maju dan menjabat tanganku. Tanpa perlu berbicara panjang lebarpun, aku sudah bisa menebak pembicaraan ini akan mengarah kemana. Lagi-lagi salah satu pemegang saham mencoba untuk menjodohkanku dengan anaknya.

"I'm sorry Mr. Louise, but I have an important matter to attend, do you mind if we re-schedule the meeting?" kuucapkan pertanyaanku dengan nada yang cukup kentara menandakan kekesalanku.

"Of course not, please, we can talk next time." ucap sang pria tua sambil mengandeng anaknya dan berjalan keluar dari kantorku. Setelah memastikan kepergiannya, sebuah desahan lemah keluar dari mulutku.

Aku harus mencari cara agar tawaran perjodohannya berhenti. Apakah sebaiknya kubuat pernikahan kontrak? Atau berpura-pura lesbian? Otakku terus berputar mencari alasan agar tawaran perjodohan ini bisa berhenti. Yang mereka inginkan dariku bukanlah diriku melainkan uangku. Lebih tepatnya 'The-so-called-Lee-Corp-empire' yang sudah kubangun dua kali lipat lebih besar dari ayah setelah kepergiannya.

Tiba-tiba, tanpa kusadari ponselku telah berbunyi tanpa henti. Mataku langsung melebar ketika aku membaca nama yang tertera di layar ponselku. Tanpa berpikir dua kali, tanganku langsung membuka pesan yang baru sampai.

"Jungs! Need a drink? Cause I'm desperately in need of one. I'll meet you at the usual bar!"

Mungkin berisitrahat sebentar adalah ide yang baik. Dengan itu aku langsung berlari mengambil tasku dan turun ke bawah. Aku langsung berbicara dengan meja depan agar tidak membiarkan siapapun masuk kedalam kantorku.

Meskipun sudah dikunci, tetapi seperti biasa, tidak semua orang bisa dipercaya. Jika sebuah data penting hilang, Lee Corp. bisa mengalami kerugian besar, seperti kejadian tiga bulan yang lalu. Tentu saja, aku tidak ingin mengulangi kejadian itu.

Setelah memastikan semua itu, aku turun ke tempat parkir dan menaiki ferrari merahku. Aku benar-benar membutuhkan istirahat sejenak dengan pergi ke bar dengan teman-temanku. Meskipun Soo-yeon tidak menyutujui fakta bahwa aku suka meminum minuman keras, tetapi itulah satu-satunya cara untuk mengatasi stressku.

🌵🌵🌵

"Jungs! You're here!"

Melihatnya melambai-lambaikan tangannya saja sudah membuat hatiku kembali senang.

"Hey Tori!" aku sapa kembali teman masa kecilku. Victoria Lambert, putri sulung dari pemilik Lambert Hotels and Resorts. Orang tuanya merupakan pemilik dari hotel dan resort paling exclusive di dunia. Namun untuk sementara ini ia masih belum ingin mengambil alih perusahaan orang tuanya. Seperti biasa, ia masih ingin bersenang-senang terlebih dahulu sebelum dijodohkan dengan paksa oleh orang tuanya.

Setelah meminum beberapa gelas, Tori langsung menarikku ke dance floor di samping bar. Tentu saja, dalam kondisi mabukku, aku sering kali membiarkan pria asing menyentuhku bahkan menciumku. Hatiku yang sudah mati tidak mungkin bisa terbuka lagi dengan kelakuan mereka, karena itu bersenang-senang seperti ini juga tidak buruk.

Seorang pria yang masih mengangkat minumannya langsung berjalan mendekat ke arahku dan mulai menarik pinggangku ke arahnya dengan keras. Tanpa berpikir panjang, kuletakkan tanganku melingkar di lehernya dan langsung menari dengannya. Perlahan-lahan, ia dekatkan wajahnya kearahku dan. . .

"Hey!" teriak seseorang di sampingku yang langsung meninju pria di depanku. Tanpa mengatakan apapun ia langsung menarikku keluar dari tempat itu dan mendorongku ke tembok.

"What the heck are you doing?"

Dengan sekuat tenaga, aku mencoba untuk melepaskan cengkeraman tangannya. Alih-alih melepaskanku, ia malah mendekatkan wajahnya kearahku dengan tatapan mata yang marah. Wajahnya terlihat familiar sekali, siapa dia? Berani-beraninya ia menganggu kesenanganku!

"Kau sudah berubah Soo-jung a!"

Bagaimana dia bisa mengetahui namaku?

Tanpa berpikir panjang, kutinju wajahnya dan langsung berlari kabur dari lorong itu. Sialnya, aku sedang menggunakan hak tinggi, berjalan saja susah, apalagi berlari? Tiba-tiba, orang itu langsung menggendongku di pundaknya dan membawaku ke mobil ferrariku.

"Soo-jung a, kau harus istirahat, jangan pernah pergi ke tempat seperti ini lagi!"

Mendengar ucapannya, apakah ini perasaan seorang murid ketika dimarahi gurunya? Betapa ingin sekali aku memakinya karena telah mengangguku, tetapi karena tubuhku lemas, menggerakan jariku saja susah. Perlahan-lahan, kelopak mataku begerak naik turun, dan akhirnya aku terjatuh tidur pulas.

🌵🌵🌵

"Good morning!"

Perlahan-lahan kurentangkan tanganku ke atas dan memutar tubuhku ke sebelah kiriku. Dengan mata yang masih mengantuk, aku mencoba untuk tidur lagi, namun anehnya, mengapa rasanya seperti ada orang lain yang tidur di sebelahku?

Perlahan-lahan kubuka mataku dan. . .

"Jung-kook?"

Tanpa harus disuruh dua kali, aku langsung beranjak dari kasurku dan berlari ke kamar mandi mengambil segelas air. Dengan kasar, kutarik bedcover yang menutupinya dan membuang air itu di wajahnya.

"Astaga, Soo-jung!" teriak Jung-kook yang akhirnya bangun.

Aku benar-benar marah, mengapa ia bisa berada di rumahku? Lebih tepatnya di kamarku dan tadi malam tidur di sampingku?

—End of Prologue : 싫어—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro