이유

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"What have you done?" tanya Jung-kook kepada sang pria yang menodong sebuah pistol kearah kepala Soo-jung dengan senyuman licik.

"Simple, I want her, her company to be precise." ucap sang pria dengan nada yang cukup mencolok.

"What about you Mr. Jeon?" tanya Tyler kembali sambil mengarahkan pistolnya kearah Jung-kook.

"Aku hanya ingin Soo-jung, aku hanya ingin memeluknya lagi, berada di sebelahnya." jawab Jung-kook dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Speak in English you bastard!" teriak Tyler yang mulai menaikkan suaranya.

"I only want her. I want her, not Lee Corp." jawab Jung-kook kembali dengan suara yang cukup tegas.

"That's strange, you think that she's worth more than her company?" tanya Tyler dengan nada yang seolah-olah menertawakan ucapan Jung-kook.

"Yes. . . she's everyth-thing to me." jawab Jung-kook kembali terbata-bata.

"Well not to me, eventually after she dies, I'll get her company and—"

"Then you should've told me that in the first place, asshole!" sentak Soo-jung yang tiba-tiba membuka matanya. Kedua pria di dalam ruangan itu cukup terkejut melihat Soo-jung yang tiba-tiba bangun begitu saja. Dengan cekatan, Soo-jung langsung beranjak dari kasurnya dan meninju Tyler. Perlahan-lahan ia mengambil pistolnya dan mengarahkannya kearah kepalanya Tyler.

"You're an amazing actor Tyler Louis, you should be proud of yourself." ujar Soo-jung menyindir. Seketika itu juga, sekelompok pria berpakaian hitam langsung menyeret Tyler keluar dari ruangan.

"S-Soo. . . jung a. . ." bisik Jung-kook yang langsung jatuh lemas dengan mata berkaca-kaca.

"Aku memilihmu." bisik Soo-jung yang perlahan-lahan berlutut untuk melihat wajah Jung-kook. Ia meletakkan tangan pada punggung Jung-kook dan mengusapnya dengan gugup.

"Aku tidak perduli, aku hanya ingin kau, Soo-jung a!" teriak Jung-kook yang menangis terisak-isak. Ia langsung menarik Soo-jung kearahnya dan memeluknya erat-erat. Hatinya begitu tenang melihat Soo-jung yang baik-baik saja, ia begitu membenci dirinya sendiri karena hanya bisa diam membeku melihat Soo-jung ditodong oleh psycopath itu.

"Kook oppa, bisakah kita berdiri dari posisi ini? Kakiku mulai pegal. . ." bisik Soo-jung yang perlahan-lahan mulai melepaskan pegangannya. Tanpa membalas ucapan Soo-jung, Jung-kook ikut berdiri dan mundur sedikit dari posisinya yang awal.

"Aku menyukaimu, Jeon-Jung kook." ucap Soo-jung dengan suara lirih. Matanya mulai berkaca-kaca melihat Jung-kook yang berdiri di depannya—masih memegang tangannya erat-erat.

"Aku mencintaimu, Lee Soo-jung." bisik Jung-kook kembali. Perlahan-lahan ia memajukan tubuhnya, ia menatap mata Soo-jung yang sekarang mulai meneteskan air mata, ia sudah tidak bisa menahan emosinya. Ia memajukan kepalanya dan langsung mencium Soo-jung. Ini pertama kalinya, ia mengorbankan banyak hal untuk wanita yang ia cintai—dan untungnya baginya wanita tersebut adalah Lee Soo-jung. Bukan karena kekayaannya, tetapi karena Soo-jung adalah satu-satunya wanita yang bisa menanganinya dengan baik.

"Jungs. . . eonni. . ." ucap Soo-yeon yang langsung diam membeku ketika memasuki ruangan Soo-jung. Satu per satu para member Bangtan lain juga menunjukkan ekspresi yang sama ketika mereka melihat Soo-jung dan Jung-kook.

"We should celebrate!" ucap Soo-yeon gembira sambil melompat-lompat kesana kemari. Jung-kook hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkahnya, sedangkan Soo-jung? Ia hanya bisa tersenyum malu-malu di dalam pelukan Jung-kook. Inilah yang ia inginkan sejak dulu, ia tidak ingin banyak, ia hanya ingin Jung-kook mengatakan empat kata yang memang cukup sulit baginya, "Aku mencintaimu Soo-jung a."

🌵🌵🌵

"Soo-jung a?"

Soo-jung langsung menoleh kearah ponselnya dengan kepala yang ia geleng-gelengkan kesal.

"Apalagi kali ini?" tanya Soo-jung kembali dengan nada yang kentara akan rasa kesalnya.

"Mian, [Maaf] Apakah kau masih sibuk?" tanya Jung-kook kembali.

"Not really, pekerjaanku sudah mau selesai. Apakah ada sesuatu yang menganggumu?" jawab Soo-jung dengan desahan lemah. Kali ini ia terpaksa membohongi Jung-kook mengenai pekerjannya. Ia menoleh kearah tumpukan kontrak di sampingnya dengan lemas, entah kapan dia bisa menyelesaikan semuanya.

"Hanya satu." jawab Jung-kook dengan singkat.

"Care to tell me?" tanya Soo-jung kembali sambil meraih tumpukan kontrak selanjutnya ke atas meja kerjanya.

"Kau membohongiku bahwa kau tidak sibuk." ucap Jung-kook yang saat itu juga langsung menerjang kantor Soo-jung dengan tatapan seolah-olah ia tidak memercayai Soo-jung.

Soo-jung yang masih terduduk diam di kursinya langsung memberikan pandangan horror pada Jung-kook.

"Maaf. . . aku. . ." ia bermaksud untuk menjelaskan semuanya, namun sayangnya mulutnya tidak mengikuti hatinya.

"Sudahlah, aku hanya ingin kau istirahat. Itu saja. . ." ucap Jung-kook dengan senyuman manis. Ia berlari sedikit kearah meja Soo-jung dan mengambil setumpukan kontrak lain.

"Aku akan membantumu." lanjutnya dengan wajah ceria.

"Apa?!" teriak Soo-jung yang seolah-olah tidak percaya. Jung-kook langsung mengambil bolpen di sakunya dan mulai membuka sebuah kontrak.

"Sudahlah, tatapanmu seolah-olah mengatakan bahwa aku ini masih anak SD yang tidak mengerti. . ." Jung-kook mulai terdiam ketika membaca paragraf selanjutnya, dan tentunya setelah melihatnya diam, Soo-jung bisa menebak alasannya.

"Kau tidak mengerti isinya, kan?" tanya Soo-jung kembali dengan nada menyindir.

"Aku menyerah," balas Jung-kook sambil menyandarkan tubuhnya pada sofa Soo-jung yang nyaman.

"Apakah kau tidak bisa mengambil satu minggu istirahat?"

Namun, Soo-jung yang terus sibuk membaca kontraknya terus menghiraukan Jung-kook. Itu terus berlanjut hinga berjam-jam, mengakibatkan Jung-kook yang kelelahan jatuh tertidur pulas.

Setelah menyelesaikan buku kontrak terakhir, Soo-yeon langsung menghela nafas lega sambil memejamkan matanya. Ia membukanya kembali dan mendapati Jung-kook yang sudah tertidur pulas di atas sofanya.

Perlahan-lahan, Soo-jung berjalan ke kabinetnya dan mengambilkan sebuah selimut untuknya. Ia selalu menyiapkan bantal, guling, bahkan baju tidur karena ia sering menginap di dalam kantornya ketika bekerja lembur. Tentunya, para karyawan lainnya tidak mengetahui hal ini karena Soo-jung juga jarang bertemu mereka, kecuali sekretaris pribadinya.

Setelah merapikan semua barangnya, Soo-jung berjalan kembali kearah Jung-kook dan meletakkan selimutnya diatas tubuhnya.

"Good night, Kook oppa." bisiknya dengan suara lembut. Perlahan-lahan, Soo-jung juga berjalan kembali ke meja kerjanya sambil membawa bantal dan selimutnya sendiri. Ini pertama kalinya dalam seminggu terakhir ia bisa tertidur sebelum jam empat pagi. Semuanya berkat Jung-kook tentunya.

🌵🌵🌵

"Soo-jung a, kau sudah bangun?" tanya Jung-kook sambil menggerakan tangannya tepat di depan wajah Soo-jung. Setelah melihat tangan Jung-kook, Soo-jung langsung menganggukkan kepalanya dan bangun dari mejanya.

"Mengapa kau tidur di mejamu? Sofa di sampingku kan kosong. . ." ucap Jung-kook dengan suara yang cukup melambangkan kesedihannya.

"Aku lebih terbiasa tidur di mejaku. Semua perasaanku dan tangisanku, hanya meja dan bantalku yang mengetahuinya." balas Soo-jung kembali sambil tersenyum tipis.

Jung-kook yang terdiam tanpa membalas perkataannya membuatnya gugup sesaat.

"Ada apa dengan dia?" batin Soo-jung setelah melihat Jung-kook membongkar tasnya mencari sesuatu.

"Soo-jung a, tutup matamu." ucap Jung-kook dengan suara lirih.

"Apa— Hik!" teriak Soo-yeon yang langsung memutar tubuhnya ke belakang untuk menghindari pandangannya terhadap tubuh Jung-kook yang telanjang, bagian atasnya.

"Mengapa kau harus mengganti bajumu di kantorku?" gerutu Soo-jung yang langsung memerah malu.

Sambil tersenyum licik, Jung-kook berjalan mendekatinya. Ia mendekatkan kepalanya ke arah telinga Soo-jung dan berbisik, "Karena lebih seru tentunya."

"Apa? Dasar kau—" Soo-jung yang awalnya berpikir bahwa Jung-kook sudah memakai kaosnya langsung berteriak malu ketika menoleh dan mendapati Jung-kook masih belum memakai kaosnya.

"Tidak usah melongo, aku sepenuhnya milikmu." ucap Jung-kook dengan senyuman ceria setelah mendengar teriakan Soo-jung yang menusuk telinganya.

"Dasar bodoh Jeon Jung-kook!" teriak Soo-jung sekeras mungkin, hingga membuat para staff lainnya yang berada di dalam gedung tersebut terdiam sesaat.

—End of Chapter Sixteen : 이유—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro