너랑나

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kook oppa, tidak bisakah kau membiarkanku menikmati hidupku hanya untuk sesaat?" teriak Soo-jung dengan kesal setelah menyeret Jung-kook ke sebuah taman di belakang tempat parkir. Jung-kook yang terus diam menatapinya sudah bisa menebak pikirannya hanya dari melihat raut wajahnya.

"Tidak bisakah kau memberikanku kesempatan untuk bahagia? Tolong, untuk satu bulan ini, fokuslah saja pada comebackmu. Bekerja keraslah dan kembalilah kepadaku setelah itu." ucap Soo-jung dengan suara lirih.

"Baiklah, kalau itu yang kau mau." ucap Jung-kook yang langsung meninggalkan Soo-jung tanpa banyak bicara. Betapa hatinya benci sekali untuk mengakui semuanya, tetapi untuk sekarang, ia harus pergi. Ia berjanji pada dirinya sendiri bahwa ia akan berubah. Dengan begitu, mungkin hati Soo-jung akan berubah.

🌵🌵🌵

"Soo-jung, are you okay?" tanya Tyler yang mengernyit setelah melihat Soo-jung kembali dengan raut wajah yang muram.

"I think I want to go home, tomorrow—"

"It's fine. I'll take you home." sela Tyler dengan suara yang lembut. Ia menggandeng tangan Soo-jung dan membawanya ke dalam mobilnya.

Perjalanan mereka cukup sunyi, baik Soo-jung maupun Tyler, tidak berniat untuk berbicara sedikitpun. Tyler berusaha menahan dirinya sendiri, ia tidak ingin memberikan tekanan pada Soo-jung untuk menjelaskan sesuatu yang bukan urusannya. Itulah yang membuat Soo-jung cukup terkagum dengan kesabaran Tyler. Tentunya, dia seratus delapan puluh derajat berbeda dengan Jung-kook yang cepat emosi.

Semua pikiran di dalam kepala Soo-jung langsung lenyap seketika mereka sampai di depan penthouse Soo-jung.

Soo-jung perlahan-lahan membuka pintu mobilnya dan berjalan keluar sebelum tangan Tyler menahannya dan memeluknya. Kedua orang tersebut tetap diam berpelukan di bawah sinar bulan dan kilauan bintang.

Ketika Tyler melepaskan pelukannya ia langsung cepat-cepat melepaskan jaketnya dan meletakkannya pada bahu Soo-jung yang kedinginan.

"Good night," ucapnya dengan suara rendah yang lembut, "Thanks for everything Soo-jung!"

🌵🌵🌵

"Hey Jungs!" ucap Soo-yeon yang bersemangat setelah memasuki ruang kerja Soo-jung. Ia berjalan kearah sofa dan langsung menjatuhkan tubuhnya pada sofa yang nyaman itu.

"Hey!" balas Soo-jung kembali sambil mengangkat kacamatanya.

"Jadi. . . apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Soo-yeon dengan suara gugup.

"Jika seandainya. . . kamu harus memilih antara pria baik yang selalu menjagamu tetapi kau masih merasa ambigu terhadap tujuannya, dibandingkan dengan pria yang suka memainkan perasaanmu dan terus berbohong kepadamu—"

"Ini antara Kook oppa dan Tyler, kan?" tanya Soo-yeon dengan nada datar setelah mendengarkan penjelasan eonni-nya—yang lebih membingungkan lagi untuk dimengerti.

"Yup," jawab Soo-jung kembali dengan desahan lemah.

"Kalau menurutku, kau harus memberikan dua-duanya kesempatan yang imbang."

Jawaban Soo-yeon cukup membuat Soo-jung bingung, tetapi kalau dipikir-pikir juga tidak salah.

"Kook oppa, beberapa hari ini telah bekerja mati-matian untuk recordingnya, eonni. Ketika menyanyi, ia begitu serius tanpa mengeluh kalau aku memakinya, dan ketika latihan menari, ia selalu pulang paling telat. Melihatnya saja membuatku sedih," ucap Soo-yeon dengan nada yang kentara akan kekecewaannya melihat Jung-kook yang bekerja terlalu keras. Makan, minum, bahkan berbicara ketika latihan, semuanya dilupakannya begitu saja. Beagle-personalitynya yang menceriakan para member lainnya juga ikut terhanyut akibat keseriusannya.

"Tetapi, Tyler juga sepertinya menyukaimu. Kau harus memberikannya sebuah kesempatan." lanjut Soo-yeon kembali dengan desahan lemah.

"Baiklah, thanks for coming." ucap Soo-jung dengan tulus setelah mendengar saran adiknya yang cukup masuk akal.

Selama seminggu terakhir, Tyler terus mendatanginya dengan bunga, makanan, dan selalu mengurusnya sepenuh hati. Namun, tetap saja, dengan melakukan semua itu, hati Soo-jung tetap tidak bisa berpindah dari Jung-kook.

Pesan-pesan kecilnya setiap hari, seperti mengingatkannya untuk makan, ataupun hanya sekedar menanyakan keadannya, membuat Soo-jung sedih. Ia memutuskan untuk tidak membalas pesan-pesannya, namun ia terus membacanya berulang kali sebelum tidur.

Apakah Jung-kook benar-benar berubah? Apakah kali ini ia benar-benar berubah?
Apakah sebaiknya ku pergi ke Tyler?
Mungkin Tyler lah yang cocok denganku?

Banyak pertanyaan yang selalu muncul di benak Soo-jung sebelum ia tidur. Namun, satupun tidak ada yang bisa ia jawab dengan mudah.

🌵🌵🌵

—Jeon Jung-kook—

"Kook oppa! Soo-jung eonni barusan mengalami kecelakaan!" teriak Soo-yeon yang panik setelah mendatangi para member lain yang sedang bersamaku untuk latihan lagu comeback. Seketika itu juga, duniaku rasanya runtuh. Betapa aku menyesali keputusanku untuk tidak mengunjunginya, seperti yang biasanya kulakukan dulu. Namun, aku juga ingin menunjukkan kepada Soo-jung bahwa aku sudah berubah. Aku ingin menunjukan kepadanya bahwa aku bukan lagi Jung-kook yang selalu cepat emosi dan suka bermain-main dengan pekerjaan.

Apakah sebaiknya aku kunjungi dia? atau kubiarkan dia sendiri dengan tunangannya?

Sebulan yang lalu, Lee Corp mengumumkan pertunangan mereka di depan para wartawan. Tentu saja, berita itu membuatku panik dan frustrasi. Aku ingin sekali menghancurkan semua benda di depanku dalam satu tinjuan sekaligus, namun jika aku melakukan itu, maka rencanaku untuk berubah akan langsung kandas. Aku terus menahannya—demi Soo-jung.

"Apa kau tidak pergi ke Amerika sekarang? Soo-jung eonni. . . membutuhkanmu. . ." lanjut Soo-yeon dengan suara yang semakin lama semakin kecil. Aku tahu betul maksudnya, tetapi sepertinya ia juga mengerti alasan mengapa sedari tadi aku tidak membuka mulutku untuk berbicara.

"Soo-jung sudah mempunyai tunangan, aku hanya sekedar teman biasa baginya. Kita bisa mengunjunginya, bersama-sama." ucapan tersebut terasa berat sekali untuk diucapkan begitu saja. Namun, itulah kenyataan yang tidak bisa kuelakkan begitu saja.

"Baiklah, I'll book for the fastest flight tonight, kalian bersiap-siaplah. Aku akan menjelaskan semua kepada Bang PDnim dan manajer kalian nantinya." ucap Soo-yeon sebelum berlari keluar ruangan bersama Tae Tae-hyung yang terus mengikutinya.

Melihat mereka berdua membuatku iri. Mengapa takdir terus menjauhkanku dari Soo-jung? Mengapa aku tidak bisa berakhir seperti Soo-yeonie dan TaeTae hyung?

Selama perjalanan di pesawat, aku memutuskan untuk tetap diam. Sementara para hyung lainnya terus menatapiku dengan khawatir. Mereka masih belum terbiasa dengan perubahanku. Aku tidak menyalahkan mereka, karena selama ini aku tidak pernah sekalipun menganggap serius hubunganku dengan seorang wanita. Ini pertama kalinya aku bahkan melakukan sesuatu yang tidak masuk akal bahkan untuk diriku sendiri. Aku memaksa diriku untuk berubah.

Tidak ada alkohol, tidak ada club, tidak ada bar, dan bahkan tidak ada ponsel yang menemaniku.

Aku terus mengunci diriku sendiri dalam comeback yang sibuk ini. Aku tidak ingin Soo-jung kecewa terhadapku. Aku harus membuatnya bangga. . .

Detik dimana kumasuki kamarnya, aku langsung tersungkur di kakiku dengan lemas.

"What have you done?" ku tanya sang pria yang menodong sebuah pistol kearah kepala Soo-jung dengan senyuman licik. Tentunya, para member lain dan Soo-yeon memutuskan untuk membiarkanku masuk terlebih dahulu, dan yang aku temukan ketika memasuki ruangan Soo-jung adalah. . .

—End of Chapter Fourteen : 너랑나—

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro