17: Sahabat

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Gue mau lo hancur, Vrinn. Seperti yang gue bilang, gue akan balaskan semua yang lo lakuin. Lo enggak bakalan bisa lepas dari gue."

Vrinn mundur tiga langkah, melihat sorot kebencian yang besar di mata Lingga membuat dirinya semakin takut. "Kamu salah paham, berapa kali aku harus katakan, Lingga?"

Pria itu mengepalkan tangan mendengar pembelaan dari mulut perempuan itu, emosinya mengumpul di dada hendak meledak.

"Lo sok suci, sok baik di depan semua orang. Hidup lo baik-baik aja, bisa ketawa-ketawa sedangkan hidup gue hancur!" bentak Lingga.

Ia melempar dua foto itu ke wajah Vrinn. "Dasar pelacur! Lo deketin Papa gue, buat Mama dan Papa cerai. Lo mau jelasin apa lagi, hah?"

"Aku ... a... Aku," Vrinn kehabisan kata-kata. Kemarahan Lingga dan fakta yan diucapkannya barusan seperti bom. Menghancurkan dirinya berkeping-keping. "Lingga ini benar-benar salah paham." Ia ingin menjelaskan, tetapi tidak bisa merangkai satupun kalimat, kepalanya pusing.

"Vrinndani Prameswaray, tunggu aja tiba tanggal main gue akan bantu membuat lo semakin terkenal."

Lingga meninggalkan Vrinn ketika bell yang menandakan bahwa waktu istirahat sudah selesai berbunyi. Melengos membiarkan perempuan itu jatuh terduduk.

Air mata mengalir dari matanya, ia amat ketakutan atas ancaman yang dikatakan Lingga. Bila itu benar maka hancurlah dirinya. Pasti orang tuanya akan sangat kecewa, teman-temannya akan membencinya, semua orang akan menyalahkan dirinya.

•••

Vrin hanya ingin menyenangkan semua orang.

Vrinn ingin jadi anak yang membanggakan orang tua.

Vrinn ingin jadi Kakak yang baik buat adiknya.

Vrinn ingin jadi sahabat yang baik dan membantu semua buat temannya.

Vrinn ingin jadi siswa yang membanggakan sekolah.

"Aku ingin ... aku ....
Sayangnya semua kini semua sebentar hancur." Gumamnya dalam bilik toilet, memutuskan untuk bolos pelajaran.

Semua ini bermula karena melakukan sebuah kesalahan besar di masa lalu.

Setahun yang lalu ia mengikuti perlombaan, sebuah olimpiade nasional, sangat bergengsi. Tetapi sekolah mengatakan hanya akan ada tiga orang yang menjadi wakil sekolah.

Karena menganggap ia mampu dalam bidang matematika, ia memutuskan mendaftar untuk olimpiade matematika, tidak menduga saingannya tidak kalah hebat. Alhasi di babak seleksi ia kelimpungan, sudah bekerja keras tetapi nilainya di bawah sang saingan.

Vrinn sudah memberitahukan pada Papanya bahwa ia akan mengikuti olimpiade sains nasional, pria itu sangat senang mendengarnya. Bara lalu memamerkan anaknya itu kepada semua orang, padahal masih belum pasti Vrinn yang dikirimkan ke olimpiade.

Saat itulah ia berusaha melakukan apapun agar dirinya dipilih termasuk melakukan hal curang.

Saat itu pemilik yayasan, Pak Naratama melakukan kunjungan untuk melihat perkembangan anak-anak di sekolah Nusa Indah Sejahtera. Juga melihat para siswa berprestasi yang sedang diskusi di ruangan.

Ada Vrinn dan lima temannya di sana yang tersisa sampai saat itu. Tinggal satu seleksi lagi sebagai penentuan.

Saat itulah Naratama melihat Vrinn dan terpesona akan kecantikan anak didiknya tersebut. Hubungannya dengan sang istri yang memang sedang kacau membuat pria itu menginginkan perempuan lain dalam hidupnya.

Karakter Vrinn yang sopan berbeda dengan teman-temannya. Selalu murah senyum dan ramah, sering bertanya kabar dirinya membuat pria itu terpikat pada darah muda itu.

Hingga ia dengan berani menawarkan sebuah kesepakatan yang lancang agar Vrinn mau dengannya.

"Kamu akan saya loloskan asal kamu mau menemani saya jalan."

Itulah tawaran yang disesaki Vrinn, seandainya bisa memutar waktu ia tidak akan menerima permintaan Naratama. Sungguh, kebodohan besar. Ia tidak percaya diri dengan kemampuannya, tidak mau membuat malu Bara yang sudah memamerkan dirinya, cara apapun untuk membuat ia lolos menjadi perwakilan olimpiade Vrinn akan lakukan.

Naratama sudah memiliki istri dan anak, Pria itu menceritakan permasalahan keluarganya.

Ini salah paham.

Lingga jelas salah paham, pikir Vrinn. Ia tidak pernah melakukan hal aneh-aneh dengan Naratama, ia hanya jalan dengan pria itu, mendengarkan seluruh keluh kesahnya.

Vrinn tidak pernah menyangka perbuatannya sampai mengakibatkan perceraian orang tua Lingga.

***

Pulang sekolah sudah berlalu lima belas menit lalu, Vrinn akhirnya berani keluar dari toilet. Matanya masih sembab, hidung merahnya masih kentara, pun jejak-jejak air mata yang membasahi pipinya masih kelihatan.

Namun, Vrinn punya janji pada Papa. Ia tidak akan melanggarnya. Vrinn tidak akan membuat papanya kecewa. Itulah prinsip hidup perempuan itu.

Ia pikir kelas telah kosong ketika ia kembali, kenyataan ada tiga orang menunggu di mejanya. Seorang berambut pendek sibuk menelepon nomornya, tetapi pasti tidak bisa masuk karena Vrinn sudah mematikannya.

Bona yang pertama kali menyadari kehadirannya. Vrinn mematung di depan pintu, hatinya mendadak terharu.

"Vrinn, lo kemana aja? Kita khawatir banget," Wynaa berlari menghampiri dirinya lalu memeluk tubuhnya seakan dua jam sukses membuat ia rindu.

Begitu juga Lia dan Bona, wajah mereka menunjukkan kecemasan.

Tindakan itu membuat Vrinn menangis lagi, hatinya sakit mengingat ancaman Lingga. Sadar jika Lingga benar-benar menyebar foto itu maka ia akan kehilangan segalanya.

Ia berandai-andai bagaimana mereka tahu ia pernah menjadi simpanan Pak Naratama?

Apakah mereka masih secemas ini?

Mereka tidak akan menatap dirinya jijik, kan?

"Hey, lo kenapa Vrinn?" tanya Bona ketika Wynaa mengurai pelukannya.

"Enggak apa-apa, aku cuma enggak enak badan jadi tadi istirahat di UKS." Vrinn tidak sanggup mengatakan yang sebenarnya.

Biarlah ia berbohong agar ia masih punya waktu bersama mereka.

Lia menyerahkan tas ransel pada Vrinn, "Kalau lo udah siap, cerita aja ke kita, Vrinn. Kita siap dengar semua masalah lo."

Meskipun sering diam jika bersama, Lia selalu paling peka di antara mereka. Meskipun sudah berbohong, memberikan alasan masuk akal. Perempuan itu dapat membaca pikiran Vrinn.

Wynaa yang akhirnya mengerti segera mengangguk mengiyakan perkataan Lia. "Benar, jangan ragu. Ada kita di samping lo."

"Mungkin lo bisa tenangin diri dulu," saran Bona melihat air mata Vrinn terus menerus turun.

"Terima kasih, aku bersyukur punya kalian. Terima kasih sudah baik padaku," lirih Vrinn membentangkan tangannya memeluk tiga orang yang sangat ia sayangi itu.

Wynaa yang emang dasarnya cengen jadi ikutan terbawa suasana, cairan bening sudah menganak sungai menyusuri wajahnya, begitu juga Lia. Sedangkan Bona menahan sekuat tenaga agar terlihat kuat, meskipun hidungnya kini merah, juga matanya yang berkaca-kaca.

"Apapun yang terjadi besok-besok, percayalah aku beneran sayang sama kalian."

"Kita juga sayang banget sama lo, Vrinn."

"Yepp, kita bakalan selalu ada di sisi lo!" seri Wynaa penuh semangat kini mengeratkan pelukannya membuat keempat sesak dan meronta.

"Gue nggak bisa napas, bisa kita menghentikan ini?" tanya Bona merasakan kesulitan mendapatkan pasokan oksigen.

Sesi peluk-peluk itu berakhir. Vrinn mengusap matanya, hatinya menghangat. Matanya memandang sahabatnya satu per satu.

Tuhan terima kasih telah mempertemukan aku dengan mereka.

[]

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro