16. Tulisan Irsiabella Ravelsa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Aku ingin bilang kepada diriku sendiri di masa lalu, kelak kau tidak akan kesepian lagi."

***

Badai salju semakin parah sejak beberapa hari yang lalu. Stella meratapi kaca jendela, mencoba melihat keadaan di luar sana, tetapi hanya ada gumpalan-gumpalan salju yang lewat secara kilat, lalu tergantikan oleh gumpalan salju lain. 

Kali ini Stella tidak hanya menggunakan gaun berlapis mantel, tapi menggunakan gaun bermantel yang dilapis dua mantel tambahan dan juga syal yang melingkar di lehernya. Stella tidak tahu bagaimana jadinya kalau dia memutuskan untuk keluar rumah, sementara di dalam rumah Ravelsa saja, dia harus berpakaian sebanyak itu. 

Memang menghangatkan, tapi sebenarnya Stella agak terganggu. Ruang geraknya terbatasi karena pakaiannya. Tapi tidak ada yang dapat dilakukan olehnya saat ini, selain merenung meratapi jendela ruang tamu. 

Selama hampir sepekan penuh, Stella benar-benar mencurahkan perhatiannya untuk mencari tumpukan buku sihir Irsiabella yang hilang. Telah melakukannya mati-matiaan, Stella tetap tidak dapat menemukan buku-buku itu. Walaupun begitu, emosinya sudah lebih stabil. Sedikit banyak, Stella sudah bersiap dengan segala kemungkinan yang ada, bahkan jika memang buku itu rupanya telah terbakar di perapian, misalnya. 

 Baru merasakan musim dingin selama sesaat, Stella sudah mulai merasa muak. Mengapa dulu bisa-bisanya dia berpikir bahwa musim dingin adalah hal yang menyenangkan? Barangkali itu adalah pemikiran terpolosnya dulu. 

"Musim semi, cepatlah datang!" gumam Stella sambil menghela napas. Uap lagi-lagi muncul karenanya. 

"Masih tidak suka musim dingin?" tanya Regdar. 

Irsiabella tidak suka musim dingin, Stella tahu soal itu. Dulu, pertama kali kekuatan Irsiabella terpicu karena kedatangan musim dingin. Irsiabella tidak mau bunga-bunga di taman Ravelsa gugur, jadilah dia tidak sengaja menghidupkan satu bunga terakhir yang gugur. 

Atau, itulah yang didengarnya dari Regdar tentang bagaimana kekuatan pertamanya muncul. Regdar tidak bercerita tentang bagaimana reaksinya ketika mengetahui bahwa Irsiabella rupanya memiliki kekuatan, tapi Stella yakin kalau pria itu pasti bereaksi berlebihan. Mungkin saja dia pingsan atau terkena serangan jantung. 

Mendadak, Stella teringat kembali dengan cerita The Fake Princess. Banyak orang yang kemudian curiga bahwa mendiang Nyonya Ravelsa pernah punya hubungan lebih dengan raja, sehingga lahirlah Irsiabella yang memiliki kekuatan kuat yang setara dengan darah kerajaan. 

Kalau Regdar sendiri, setelah mengetahui bahwa dirinya dan istrinya sama-sama tidak memiliki sihir, apakah masih yakin bahwa Irsiabella adalah putrinya? 

Baiklah, mungkin Regdar selalu menganggap Irsiabella sebagai putrinya, tetapi apakah pria itu sebenarnya juga punya sedikit kecurigaan bahwa istirnya mungkin memiliki hubungan gelap dengan anggota kerajaan? 

Kalau hanya melihat wajah Irsiabella, sebenarnya dia tidak punya kemiripan sedikitpun dengan Regdar. Stella pun mau tak mau ikut merasa curiga saat ini, tapi apakah itu memang benar? 

Mendadak, dia ingat asumsi kebanyakan orang yang berpikiran bahwa Irsiabella dan Felinette adalah putri yang tertukar. 

Mengapa cerita The Fake Princess malah terdengar seperti drama opera sabun?

"Irsiabella?" Regdar menegur setelah beberapa saat tak mendapat balasan yang berarti. 

"Apa yang biasa kulakukan ketika musim dingin?" Stella bertanya. 

"Uh, kau hanya di kamarmu dan tiduran?" Regdar malah menjawabnya dengan penuh keraguan. 

Stella sudah tahu bahwa hubungan Irsiabella dan Regdar tidak bisa dikatakan seperti hubungan ayah dan anak secara umumnya. Regdar kelihatannya memang selalu memperhatikan Irsiabella, tapi sepertinya Irsiabella agak menutup diri. 

Namun, berdasarkan bagaimana cara Irsiabella menetapkan cara kembali ke rumah Ravelsa hanya dengan mengingat wajah Regdar, Stella yakin bahwa Irsiabella juga menyayangi Regdar sebagaimana Regdar menyayanginya.

"Kalau begitu, aku akan kembali ke kamar dulu." Stella segera melangkah, bersiap meninggalkan ruang kerja Regdar. 

"Irsiabella," panggil Regdar, yang membuat Stella menghentikan langkahnya. "Kalau badai sudah reda, mau pergi ke kota?" 

"Itu tawaran atau pertanyaan?" tanya Stella, memastikan lebih dulu. Habisnya, Regdar sudah beberapa kali menjatuhkan harapannya dalam pertanyaan jebakan. 

"Itu tawaran," jawab Regdar. "Kita bisa lihat festival purnama musim dingin di kota."

"Kalau begitu, aku mau," balas Stella sambil tersenyum. 

"Baguslah. Nanti kita pergi sama-sama, ya." 

Terlihat sorot yang membahagiakan dari Regdar. Stella belum pernah melihat orang lain sebahagia itu hanya karena jawaban kecilnya. 

"Kalau begitu, aku kembali ke kamar dulu. Aku harus mulai menulis balasan surat untuk Dayward Whistle," balas Stella. 

"Jawabnya formal saja, ya. Jangan kepanjangan, dia sepertinya mudah salah paham." 

Ya, aku juga tahu soal itu. "Selamat malam, Ayah." 

Stella sudah terlalu menunda-nunda dalam memberikan balasan surat untuk Dayward. Awalnya, niatnya akan menulisnya pada esok harinya, tapi berakhir dirinya melupakan kewajibannya hingga hari ini. Sekarang, berkat badai, Dayward tidak perlu bertanya-tanya mengapa surat balasannya belum sampai juga. 

Perapian di kamar Irsiabella telah dinyalakan dan hampir tidak pernah padam lagi sejak musim dingin semakin ekstrem. Stella sudah tahu berapa banyak kayu yang harus ditumpuknya agar api tidak padam selagi dirinya sedang tertidur nyenyak sampai pagi. 

Segera, Stella berjalan ke arah mejanya dan mulai menuangkan tinta di wadah kecil. Untuk mengurangi salah satu bebannya, Stella mau tak mau harus membalas pesan dari Dayward. 

Untuk menenangkan hati Regdar, Stella benar-benar mempertanyakan tentang warna biru muda. Usai menulis semuanya, Stella malah terkekeh sendiri membayangkan bagaimana reaksi Dayward saat membacanya nanti. Akan lebih menyenangkan kalau saja Stella bisa melihat reaksinya secara langsung. 

Benar, harus kejam dan menawan. 

Satu-satunya hal yang harus disayangkan adalah bahwa malam ini benar-benar badai salju. Jika besok sudah mereda, sebaiknya Stella segera meminta Sera mengirimkannya ke kediaman Marquess Whistler. 

Ada beberapa surat yang masih belum dibaca oleh Stella. Sejak kehadirannya di pesta pernikahan Marquess, banyak yang mengirimkannya pesan tanpa persetujuannya. Kebanyakan dari mereka sama-sama seumuran Irsiabella dan dari kelas bangsawan yang lebih tinggi. Walaupun ada beberapa yang segender dan setingkat, Stella tetap tidak mengerti mengapa mereka mau saja membuatnya repot dengan mengirimkan pesan. 

Kalau saja membalas surat bisa dilakukan hanya dengan mengetik dan mengirimkannya secara langsung, mungkin saja Stella masih kuat membalas semuanya malam itu juga. Namun Stella tidak bisa, karena menulis surat di dunia ini juga mementingkan keindahan bahasa dan gaya tulisan. Uh, itu benar-benar merepotkan. 

Sudut matanya menangkap buku sihirnya yang sudah beberapa hari ini tergeletak begitu saja. 

Setelah Stella pikir-pikir lagi, mungkin saja buku sihir bukanlah jawaban dari pertanyaan yang diinginkannya. Buku-buku sihir yang lain mungkin juga berisi teori-teori belaka, sebagaimana yang selalu dipelajarinya semasa sekolah dulu. Untuk instruksi-instruksi sihir seperti yang dibuat Irsiabella, mungkin hanya sekadar pengingat belaka. 

Stella meraih buku sihir itu, kembali membuka halaman yang dibacanya kemarin. Seperti dugaannya, isi buku itu tetap sama seperti kemarin, belum berubah satu kata pun. 

Memusatkan energi sihir pada satu objek, dapat membuat objek tersebut menjadi wadah sihir sementara, begitu katanya. 

Stella sengaja menempatkan tangannya lama-lama di atas buku sihir, mencoba berkonsentrasi. Masih sama seperti yang terjadi beberapa hari silam ketika Stella mencobanya, keajaiban tidak terjadi semulus saat dia mencoba teleportasi untuk pertama kalinya. 

Saat itu, Stella bahkan hanya mempraktikannya, tapi kekuatannya langsung membawanya ke sana. 

Usai menunggu beberapa saat, tetap tidak ada apapun yang terjadi. Teori tanpa praktik langsung hanyalah omong kosong. 

Kesal, Stella mulai mencoret buku sihir itu. 

Omong kosong.

Stella malah tersenyum melihat tulisannya sendiri. Barangkali suatu hari nanti Irsiabella bisa kembali ke tubuhnya, mungkin Irsiabella akan kebingungan dengan semua coretan-coretan di bukunya. 

Kalau dia tahu ada jiwa tersesat yang merasuki tubuhnya, mungkin Irsiabella akan ngeri, atau mungkin akan meringis geli melihat keputusasaan Stella karena tidak mampu mempraktikkan sihir sebaik Irsiabella. Atau mungkin, Irsiabella bisa saja tidak peduli dengan keberadaan Stella.

Karena, kenyataannya tidak ada yang tahu bagaimana reaksi Irsiabella nantinya. Stella tidak mengenalnya sedikitpun, walaupun sudah berusaha menjadi Irsiabella selama berbulan-bulan.

Saat hendak beranjak dari duduk dan bersiap-siap ke tempat tidurnya, tiba-tiba, goresan yang ditulisnya mulai bergerak. Stella hanya diam dan berkedip selama beberapa kali, sampai goresan itu akhirnya berhenti bergerak. Dia terlalu terkejut untuk mencerna bahwa kata 'omong kosong' kini berubah menjadi hal lain yang tidak pernah diduganya. 

Bukan, bukan! Stella bersedia menarik semua pemikirannya barusan tentang betapa tidak pentingnya teori sihir. 

Apanya? 

Tulisan di buku itu bertanya balik. 

***TBC***

30 November 2020.

Paus' Note

Kalau bingung, tunggu next chapie aja. Atau kalau punya teori, silakan~ 

Ah, chapter ini pun penuh dengan omong kosong, kecuali bagian terakhir tadi. huft. 

Kutahu cerita ini masih terlalu abu-abu untuk dilepaskan begitu saja oleh asumsi-asumsi yang dibuat Stella, karena itu mari kita munculkan salah satu doki-doki di list. 

Kalau kalian peka, kalian akan sadar bahwa italic + bold = kata-kata yang tertulis di buku. 

Uh, maksudku dalam konteks general. Misalnya kalau Stella sedang flashback ke cerita The Fake Princess dan menceritakan tulisannya, maka otomatis kata-katanya akan menjadi boldtalic.

Oke, habis ini mungkin ulur mengulur cerita akan semakin berkurang dan akan lebih ke to the point (?) Aku membaca masukan-masukan kalian tentang betapa lambannya alur cerita ini, hehehe. Jadi, chapter ini mungkin bakal jadi chapter lamban terakhir di cerita ini (mari diaminin). 

Soal narasi, aku masih keukuh buat deskripsiin sebaik yang aku mampu. Aku nggak bakal peduliin berapa jumlah kata, just as long as I can explain what I want to, mkay?

BTW GUYS, KALIAN TAU GA SIH. 

Aku tadi iseng cek di tagar Fantasi dan sekarang IRSIABELLA ada di ranking 7!!!! DEMI APA DRASTIS BANGET. 

Sebenarnya aku tahu kalau perjalanan menuju #1 bakal susah banget, karena yaaa ... chapterku masih dikit kalau dibanding dengan chapter cerita lain. 

Lalu, aku pun mulai berpikir buat mulai ngerevisi narasi payah dari ADK. Tenang, aku gabakal main unpublish tiba-tiba. Mentok-mentok, aku edit diam-diam, lalu setelah kelar ngedit dalam posisi publish, baru deh aku unpublish dan publish lagi satu chapter tsb, untuk memberikan notifikasi pada reader-reader lama. 

Jika nanti cerita ini sudah jauh dan mulai mengupas sisi-sisi lain yang ingin kuceritakan, aku akan menjelaskan mengapa aku memutuskan untuk stay di judul ini dan enggak ganti ke judul lain, meskipun judul ini sama sekali tidak memancing perhatian. 

Yang terpenting sekarang, aku ingin terus-terus-terusan update rutin seperti ini. 

Buat yang enggak tahu apa yang aku lakuin selama ngetik ini, aku kerja sampai jam 5 sore, lalu setelah semua kerjaanku kelar, aku ngetik ini sampai tengah malam (biasanya). ENTAH KENAPA YA, INSPIRASI TIDAK PERNAH DATANG WAKTU MALAM. DIA PENGINNYA TENGAH MALAM! Ternyata mantan penyakit insomniaku masih ngelunjak. 

Dan entah kenapa, aku ingin merutuki diriku sendiri karena manja banget. Belakangan aku mencoba nulis dari HP dan rupanya tanganku gampang banget lemas. Faktor U, sepertinya. ;-;

Aku baru nyadar kalau kita sudah di chapter 16, dimana di ADK series, chapter 16 adalah ladang ranjau dan mengindikasikan bahwa cerita perlu ditamatkan dengan segera. Dan karena itu, mari tidak mengulur waktu lagi. Fighto, paus! Fighto, reader! 

Nggak tahu kapan jump time lagi, tapi dipastikan ada dan segera. SIYAP-SIYAP JETLAG AAA

BESOK UDAH DESEMBER YA? KALIAN YANG BACA INI DI PAGI HARI, HARI INI UDAH DESEMBER YA? KOK CEPET BANGET. 

Tahun lalu di Bulan Desember, aku lagi galau-galaunya. Semprot air sambil kumenangiiiiiiis membayangkan, karena terlalu kepikiran tugas akhir ._.

TAPI KARENA SUDAH BERAKHIR, DADAH, AKU MAU NULIS AJA, HEHEHHE. 

See you next chapie! 


Big laf,
Paus, Cindyana, Prythalize, Dyana, dan lain-lain. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro