30

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku selalu takut ketinggian ....

"Hei ayolah, atap ini tidak setinggi itu. Jika kau jatuh, kakimu hanya patah." Ia terus—memaksa—berusaha membuatku mengikutinya ke atap. Melawan rasa takutku sendiri, namun dengan cara yang salah.

"Hanya? Kau bilang patah kaki karena jatuh hanya?!" Aku berseru frustasi karenanya.

"Oh ayolah, patah satu kaki tidak akan membuatmu mati, kan?"

"Bodoh."

"Hei cepatlah, kau akan meninggalkan bagian pentingnya!" ujarnya dengan terburu-buru sambil melihat ke belakang. Ia melanjutkan, "Kau akan melewatkan pemandangan indah yang jarang-jarang ini loh-"

"Aku disini saja."

Kami berdebat cukup lama sehingga ia menyerah. Yang aku lakukan hanya menunggu di bawah dengan dirinya yang berseru kagum melihat jajaran awan dengan matahari yang tenggelam di atas sana.

Aku menatap sekitar, melihat kupu-kupu kecil terbang mendekat. Hendak kuraih serangga kecil itu, namun ia melenggang pergi. Pantulan bayangan di dinding membuatnya terlihat menyedihkan. Haha ... kupu-kupu itu mungkin terlalu indah.

"Hei."

Aku mendongak kala ia memanggilku. Dirinya telah berdiri tegap di atap, menatapku dengan senyum lembut yang jarang ia tampilkan. Ia berujar, "Kau tahu? Kupu-kupu tidak pernah sadar bila sayapnya begitu indah."

Aku terdiam dan menunduk.

Aku tahu ... aku tahu akan hal itu. Karena itu, aku takut ketinggian. Tak sadar bila sayapku mungkin kurang hanya untuk menggapainya ....

***

Detailed :
✓3 words drabble challenge
✓169 kata
✓Keywords : “ Tembok, kupu-kupu, bayangan. ”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro