Air dan Api

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم

Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

Hari itu cerita akan masa lalu Titan terungkap. Setelah drama yang Kenza lalui dengan adegan dramatis Nadia. Kni ia tengah menjadi pendengar yang baik dari masa lalu Nadia.

Sedikit banyaknya ia paham dan mengerti bahwa kejadian itu cukup membuat Nadia trauma.

Dilain sisi ia juga tak bisa menyalahkan Titan namun disisi lain ia tak ingin membiarkan hati sahabatnya tersakiti, apakah hari ini waktunya Kenza jujur akan kepergiannya satu bulan lalu?

"Nad, udah cukup! Udah, aku ngerti kok," ucap Kenza mengakhiri cerita pilu Nadia, dengan tangisan buayanya Nadia terus bercerita dan jelas mengkambing hitamkan Titan.

Dimata Nadia, Titan merupakan manusia paling hina yang pernah hidup didunia, selain karena dendam ia juga iri pada Titan, mengapa? Mengapa Titan selalu menjadi pusat perhatian banyak orang? Apa hebatnya Titan? Cantik? Biasa saja!

"Nad, menurut aku Titan juga gak salah! Kamu juga gak jujur soal perasaan kamu, dan kamu memperrumit masalah itu, lagian dia pergi bukan karena Titan, coba kamu pandang dari sisi lain, bisa aja Titan lebih menderita dari kamu," ucap Kenza kembali, jujur dalam hatinya ada sedikit rasa kecewa dimana kini ia tahu akan siap laki-laki yang masih mengisi sebagian hati istrinya, namun ia cukup paham dan sadar bahwa itu hanyalah masa lalu.

"Kamu kenapa jadi bela dia? Dia itu jahat! Kalau bukan karena dia gak mungkin dia mati! Aku sayang sama dia makanya aku pergi, supaya dia bahagia sama Titan, tapi apa? Titan nolak dia gitu aja!" jawab Nadia dengan amarah yang terus menggebu.

"Nad, aku bukan mau belain Titan, tapi coba kamu pikir lagi, apa salah Titan sebenernya? Titan bahkan mau bantu dia selama dia berobat, jaga bahkan rawat dia sampai ajal memisahakan mereka, kenapa? Kenapa kamu salahin dia terus?" balas Kenza yang mulai tersulit emosi dan mulai tak terima dengan kemarahan yang Nadia utarakan padanya.

"Ken, kamu ngomong kayak gitu karena kamu gak ada diposisi aku, coba kalau kamu ada diposisi aku, gini deh! Bayangin kalau kamu udah nikah terus kalian terpaksa ldr dan dia selingkuh disana, emang kamu bakal terima?" tanya Nadia yang mulai mengarahkan permasalahan itu pada hal yang mungkin kini tengah hinggap dibenak Kenza.

Sejenak Kenza terdiam, sedikit terbawa dengan permasalahan yang tengah diutarakan Nadia, "Apa Titan bakalan selingkuh? Kayaknya gak mungkin deh! Bismillah, lu harus percaya Ken, jan sampe kehasut," batin Kenza dalam hati.

"Gimana Ken? Kebayang gak sakitnya kek gimana?" ucap Nadia kembali dengan senyum smrik yang mulai terbit diwajahnya.

"Ini baru permulaan, gue tahu, ini gak akan bikin lo percaya, tapi tenang aja! Gue udah siap buat berperang, maaf Ken! Lo yang akan jadi korbannya," batin Nadia.

Dengan tatapan sendu Kenza mulai berucap, "Nad, apa yang ada dipikiran kamu akan terus menghantui kamu, coba kalau kamu berpikir positif, kamu pasti akan tenang! Nad, aku juga manusia biasa yang jelas akan merasakan sakit hati jika dikhianati, tapi sebelum itu terjadi aku sudah bersiap untuk menerima, dimana kini aku sebagai manusia yang lemah hanya bisa menitip harapku pada Tuhanku, karena hanya dia yang bisa menjaga titipanku dan membawaku pada titik tenang, bukankah dengan cara mengingat Allah kita bisa tenang?" jelas Kenza.

"Ken! Realistis dong! Lo mau dibegoin banyak orang? Ken, cewek tuh gampang baper, lo kayak gak tahu aja! Gue contohnya, lo cuma ngagep gue temen tapi gue enggak, rasa nyaman itu bisa tumbuh dengan siapapun kita bercengkrama, lo ngerti kan?" ucap Nadia dengan segala kebenaran yang ia miliki.

Sedikit banyaknya Kenza mulai merasakan kekhawatiran yang kini mulai mendera hati, pikiran dan kayakinannya.

Dilain sisi ia ingin percaya pada Titan dengan terus berpikir poitif dan menggantungkan harapnya pada Tuhan, tapi disisi lain kenyataan dan bayang-bayang akan perselingkuhan dan laki-laki lain yang akan bisa mengantikan posisinya mulai hilir mudik dibenaknya.

Ldr, sesuatu yang sangat berbahaya jika dijalanka, ldr layaknya racun yang bereaksi sedikit demi sedikit hingga tanpa ia ketahui ia mulai terbunuh dengan racun itu. Rindu akan terus mengalir dengan deras dalam hubungan ini. Obatnya? Hanya percaya dan pertemuan.

"Ken!" ucap Nadia sembari melambaikan tangannya didepan mata Kenza.

"Hah," balas Kenza kikuk.

"Lo kenapa? Kita kan lagi bahas masa lalu gue?" tanya Nadia dengan berpura-pura tak tahu akan masalah yang tengah Kenza hadapi.

"Enggak kok Nad, tadi lo jawab apa? Sorry gue gak fokus," jawab Kenza mengalihkan topik pembicaraan.

"Udah gak usah dibahas, males gue kalau ngomongin tuh orang, bawannya enek!"

"Nad, ikhlas! Dia juga udah gak ada, lo mau marah-marah juga gak guna, sekarang waktunya buat lo move on dan berdamai, minta maaf sama Titan juga," balas Kenza yang paham akan sikap Nadia yang keras kepala dan ingin menang sendiri.

"Dihh! Ogah, najis! Yang harusnya minta maaf tuh dia, bukan gue!" jawab Nadia yang masih teguh pada prinsipnya, bagi Nadia, meminta maaf pada Titan berarti ia kalah dalam beperang dan dilain sisi ia telah merendahkan harga dirinya.

"Nad, buat kali ini aja! Lagian minta maaf gak akan bikin lo rendah kok, gue temenin deh," balas Kenza yang memang menginginkan sahabatnya ini berdamai dengan Titan istrinya, bagaimanapun Titan tetaplah istrinya, selagi belum ada bukti yang menguatkan akan tingkah Titan yang teramat buruk dimata Nadia, ia akan tetap percaya bahwa Titan tidak bersalah dan ia bisa memberi kepercayaan sepenuhnya pada Titan.

"Gak! Gak usah, sampai kapanpun gue gak mau minta maaf," tegas Nadia.

"Terserah lo deh Nad! Capek gue, mending gue siap-siap kekampus," balas Kenza dan segera bersiap melangkah sebelum, "Gak sadar waktu lo? Toh liat jam!" ucap Nadia.

Dengan segera Kenza melirik kearah jam dinding yang tergantung apik diruang tv itu dan alangkah terkejutnya ia kala menyadari waktu kini menunjukkan pukul 6 sore itu artinya ia terlambat untuk bisa kekampus guna mengisi beberapa dokumen yang ia perlukan untuk memulai kegiatan skripsinya, "Astagfirullah! Gara-gara lo gue telat," ucap Kenza kesal.

"Dih! Kok nyalahin gue sih?" hardik Nadia yang tak terima jadi sasaran kekesalan Kenza.

"Ya iyalah! Kalau aja lo gak drama, pura-pura mau bunuh diri lagi. lo sadar gak? Itu tuh dosa! Lo mau masuk neraka?" ucap Kenza mengungkapkan kekesalannya.

Laki-laki mana sih yang tidak kesal jika disuguhkan pemandangan live buhun diri dengan alasan cinta, bulshit dan norak!

"Gue serius Ken! Kalau lo sampe ingkar dan gak mau jadi pacar gue, jangan salahin gue kalau lo liat gue mati, lagi lo juga nyegah gue! Itu artinya lo juga punya perasaan yang sama kaya gue, iya kan? " tanya Nadia enteng.

"Ya kali gue biarin lo mati gitu aja! Dan alasan lo mati karena gue! Ogah! Gue mau hidup tenang gak diganggu setan penasaran apalagi bentukan tuh setan kek lo, amit-amit gue," ucap Kenza dramatis.

"What! What the... udah capek gue debat!" lerai Nadia pada akhirnya.

"Astagfirullah, gue lupa!" ucap Kenza tiba-tiba panik.

"Lo kenapa sih?" tanya Nadia yang mulai kebingungan dengan tingkah aneh Kenza.

"Kepo banget lo," balas Kenza acuh dan mulai mencari sesuatu dimeja depan tv.

"Gue kan sekarang pacar lo, jadi apapun yang ada dihidup lo, gue wajib tahu," jawab Nadia angkuh.

"Ni cewek bikin gue sakit kepala aja! Oyy gue udah punya bini, astagfirullah, Nad kalau lo gak nekad gak akan gue mau jadi pacar lo! Sadar diri napa? Gue kek nyimpen bangkai kalau kaya gini, dan Nadia...dia bakalan jadi bom waktu buat rumah tangga gue, astagfirullah," batin Kenza yang mulai menerawang ke segala hal.

"Nad, gue gak bisa, gue gak mau Nad," jawab Kenza pada akhirnya, ia diawal menerima hanya demi menyelawatkan nyawa Nadia, dan kini ia rasa nyawa Nadia telah aman karena luka ditangannya telah ia obati dan luka batinnya perlahan ia perbaiki.

"Gak gue gak terima penolakan!" tegas Nadia kembali, "inget ya Ken, lo udah janji sama gue dan janji adalah hutang," lanjut Nadia dengan senyum smriknya.

Kenza yang sedari tadi terus berusaha menahan emosi sembari terus mencari sesuatu yang kini tengah menjadi titik fokus dan rasa penasarannya, kini hanya bisa mengacuhkan ucapan Nadia, cukup jengah dengan tingkah sahabatnya itu, sebanyak apapun sanggahan Nadia akan tetap teguh! Pilihan terakhir adalah diam.

"Hallo, assalamu alaikum," ucap Kenza setelah mendapatkan benda yang ia cari, yang tak lain merupakan handphone kesayangannya, setelahnya ia langsung menekan nomor yang ternyata sedari tadi sudah menghubunginya.

"Hallo, waalaikum salam, kamu kemana aja sih? Telpon aku kok gak diangkat terus?" tanya seseorang diseberang sana.

"Maaf, bentar ya..." ucap Kenza mengangtung.

Karena sadar posisinya kini tidak aman, ia mulai melangkah menuju kamarnya dan melanjutkan pembicaraan yang sempat tertunda tadi, "Hallo," ucap Kenza setelah ia sampai diarea kamarnya.

"Hallo, ada apa sih? Kamu lagi sama cewek ya?" tanya seseorang diseberang sana.

"Enggak kok, kamu nih curiga terus, aku suami kamu loh," balas Kenza berbohong.

"Iya maaf," balasnya.

"Gimana udah kelitan belum si dedenya? Kalian baik kan?" tanya Kenza

"Udah, Alhamdulilah kami baik, umur dia sekitar 4 minggu," jawabnya.

"Alhamdulilah, Aj jaga diri disana ya, maaf aku gak ada disamping kamu saat kamu hamil," balas Kenza. Ya! Yang sedari tadi berbicara adalah Ajwa alias Titan.

"Iya gak papa kok, udah ahh jangan melow," balas Titan dengan nada ceria, entah kenapa Kenza menelpin menggunakan panggilan suara, padahal Titan ingin melihat wajah suaminya itu.

"Ken, Vc yu!" pinta Titan.

"Hah! Aku lagi nugas, iya lagi nugas, nanti ya," balas Kenza dengan kebohongannya.

Tanpa Kenza ketahui sedari tadi ia masuk kekamar Nadia dengan tenang mengupi pembicaraan Kenza dibalik pintu yang sengaja Nadia buka sedikit.

Kenza yang ceroboh ia lupa menutup pintu kamarnya hingga, "Kenza sayang makan yu," ucap Nadia yang sengaja memantik bara api kecemburuan.

"Ken itu siapa?" tanya Titan mulai penasaran.

"Ken..."

"Ken, jawab dong dia siapa?"

"Enggak Aj, itu temen," jawab Kenza panik.

"Kamu apaan sih Yang?" balas Nadia tak terima dan langsung melangkah kearah Kenza dan dengan tidak sopannya ia langsung merebut handphone yang ada ditangan Kenza.

"Hallo, who is this? Jangan ganggu Kenza dia pacar gue,"

Tut

"Kenapa harus gue? Dia siapa?"

"Nad lo ..."

"Satu panah melesat dengan sempurna, selamat datang Titan,"
.
.
.
Pangandaran, 7 Juli 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro