Titik Temu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Sebelum membaca harap follow dulu aku wattpadku ya😊
Dan jagan lupa vote sama komennya❤
Maaf masih banyak typo🙏
Happy reading🤗
.
.
.

Setelah berpikir seharian, kini saatnya Titan memberi penjelasan yang lebih jelas lagi pada keluarganya. Guna mereka merealisasikan keinginan sang Kakek.

"Bismillah, semoga ini yang terbaik," gumam Titan setelahnya ia turun ke bawah tepatnya keruang keluarga, dimana kini Abi,Umi dan Abangnya tengah duduk cemas menunggu jawaban dari Titan.

Sesuai janji, Titan meminta kembali waktu setelah drama menangisnya dengan sang Kakak diketahui oleh Abinya, sang Abi memberi Titan waktu sehari dan memberi tahu akan video yang ditinggalkan Ayahnya guna lebih meyakinkan Titan.

"Ehmmmm" dengan sengaja Titan berdehem keras, guna mengambil alih kondisi.

"Iya, Aku mau Bi, insyallah Titan siap!" ucapan itu terlontar dengan sempurna dari mulut manis Titan tanpa ada raut kecewa maupun terpaksa.

"Kamu yakin? Gak akan nyesel? Dia masih kuliah loh, kamu juga, dan yang pasti kalian gak akan bisa hidup bareng karena dia kuliah diAmerika dan kamu juga punya tanggung jawab disini, itu artinya kalian ldr dan kalian ldr bukan dalam tahap pacaran tapi sudah terikat dalam ikatan halal? Yakin ikhlas?" hening sejenak. Jujur kenyataan itu sangatlah memberatkan Titan namun apalah daya jika takdir menginginkan demikian, dengan pasti Titan menganggukkan kepalanya dengan senyum manis yang terukir dipipi cubbynya.

"Baik, minggu depan keluarga dia akan datang melamarmu dan tentu sembari menentukan tanggal pernikahan kalian, kalian tidak akan mengenal dalam waktu yang lama, sebulan dari acara lamaran kalian akan menikah, apa kamu siap?" tanya  sang pemimpin keluarga itu yang tak lain Abi Titan, Rahman adalah sosok abi yang sangat tegas dan disiplin kepada kedua putra-putrinya, ia akan selalu serius jika menyangkut masa depan mereka, bahkan dalam hal sekecil apapun itu. Terlebih kini ia dihadapkan dalam masalah yang cukup membuatnya berpikir keras, akankah ia rela dan ikhlas melepas putri kesayangnya? Memberikannya pada orang lain yang ia sendiri belum yakin bisa membahagiakan sibungsu, sungguh tak mudah bagi Rahman memilih hal itu. Tapi Abinya, Abdullah yang tak lain kakek dari Titan telah meminta hal itu dengan sangat padanya, tak mungkin ia menolak dikala rasa sayang abinya telah berhasil membuatnya menjadi seorang lelaki yang sukses dalam bidang bisnis yang kini telah menjamur dinegeri ini, dari tangan sang abilah ia tumbuh dengan baik, disirami dengan cinta dan kasih serupa dengan cinta kasi seorang ibu. Walaupun ia tak dapat mengingat betapa besar kasih sayang itu namun pastilah sangat besar seperti kasih sayang sang umi yang rela mengorbankan nyawanya demi kelahirannya kedunia.

Dan permintaan sang Abi berhasil membuat pondasi hidup Rahman porak poranda, dikala ia harus menerima dengan ikhlas usulan sang Abi dengan mengesampingkan rasa kecewa yang akan ia berikan pada putrinya.

Titannya kini akan ia lepas untuk selamanya, tak akan ada lagi drama manja Titan yang bisa ia rasakan kelak.

Sungguh hatinya kini hancur, namun ia harus tetap tegar guna Titan yakin akan keputusannya.

Tatapan Rahman tak pernah lepas barang sedetikpun dari putrinya, tampak dengan jelas wajah penuh akan kebimbangan namun Titan tetaplah Titan ia selalu berhasil mengelabui semua orang dengan senyum manis yang tak pernah luntur ditambah dengan sikap tenangnya yang selalu disamakan dengan sikap dan watak almarhumah Uminya dulu, walaupun ia tak tahu akan kebenaran itu, tapi ia yakin apa yang diceritakan Abinya tentang Titan yang sangat mirip dengan Uminya pasti benar adanya dan kini wajah itu tengah berusaha memanipulasi semua bukti kecewa dan gundah yang ia rasakan, dengan helaan napas yang panjang sang putri menjawab dengan gamblang dan enteng tanpa kekesalan dan emosi

"Insyallah Titan siap Bi, doain Titan ya Bi, supaya bisa menerima semua ini dengan ikhlas dan bisa menjadi istri yang baik." Jawab Titan dengan pasti.

"Kita semua selalu ada dibelakang lo de, kita gak buang lo kok, jadi tenang aja, kalau lo ada masalah tinggal kabur ke sini." balas Reyhan dengan nada candaannya yang membuat Abi dan Uminya menatap horor kearah sumber suara itu.

"Gila lo bang, kalau ngomong tuh difilter dulu bisa gak? Belom juga nikah udah doain gak bener! Gue tampol baru tahu rasa." protes Titan sembari melempar asal bantal sofa yang ia gunakan dipahanya.

"Lu belom nikah aja udah kdrt sama gue, bisa babak belur suami lo nanti." hardik Reyhan tak mau kalah.

"Udah gak usah berantem, umi dan abi bosen liat drama kalian tiap hari, tom and jerry ditv aja bisa damai masa kalian enggak, kesel deh Umi!" Lerai sang umi dengan tatapan mengenakannya.

"Ampun Mi, jangan marah, Abang sih Mi selalu usil sama Titan." balas Titan sembari terus mencari pembelaan pada Uminya, padahal keduanya sama-sama salah, sebelas dua belas lah!

"Udah deh gak usah ngeles kayak bajaj, lu apa bedanya maemunah!" hardik Reyhan sembari terus meledek sang adik guna meluapkan emosinya melebihi dirinya.

"Ehhh jan ngadi-ngadi deh, lu yang mulai ya bambang!" sanggah Titan dengan emosi yang mulai memuncak.

"Udah deh! Nama kalian tuh bukan bambang sama Maemunah! Gak bisa ngehargain banget perjuangan abi sama umi buat nyari nama yang bagus buat kalian!" nah kan! Kena deh sama singa jantan! Mampus dah.

"Maaf Bi." ucap keduanya dengan wajah tertunduk, jika abinya sudah angkat bicara maka atmosfir yang tadinya ceria akan berubah murung karena sang abi bukan tipekal orang yang suka bercanda, namun entah dari gen mana kedua anaknya justru sangat-sangat jauh dari kata pendiam. Apalagi jika dihadapa mereka hanya keluarga, maka mereka akan bar-bar dan tak mengindahkan yang namanya keanggunan.

"Langsung diem kek patung! Gak maj becanda lagi nih? Padahal tadk abi cuma becanda loh!" hah! Becanda dengan nada serius? Becanda versi mana tuh?

"Abi gak salah makan kan? Mi tadi umi masak apa sih? Kok Abi aneh deh! Dan tadi Abi bilang apa? Becanda? Becanda versi Abi nyeremin juga ya Mi! Kok Umi bisa sih nikah sama Abi? Mana langgeng lagi!" tutur Titan panjang kali lebar tanpa rasa malu dan takut kena semprot mulut pedas dan tajam Abinya.

"Mulutmu tan! Kalau ngomong udah kek radio rusak dipembuangan aja!" balas Reyhan dengan nada memelasnya.

"Gak usah ikut campur deh!" protes Titan dengan tatapan tajam.

"Udah ngomongnya? Mau Abi jawab gak?" tanya Abi dengan tatapan heran akan tingkah putra-puterinya.

"Udah bi, lanjut ceritanya bi, gak usah dengerib omongan kaset kusut itu!" tak hentinya titan meledek sang abang dengan kata-kata laknatnya.

"Dosa apa gue punya adek kek dia? Abi sama Umi mungut dimana sih? Kok bisa salah ambil, toa bobrok kok dikira anak!" batin Reyhan.

"Pertama Abi gak suka ya cara bicara kamu yang prontal itu, ia Abi akui kalau Titan akan berubah 180 derajat jika dihadapkan dengan orang asing, tapi kalau udah kenal sikap bar-barmu akan menguap begitu saja tanpa ada pemanasan terlebih dahulu, kedua Abi sama sekali gak salah makan, emang Abi selama ini terlalu serius ya? Sampai-sampai anak Abi akan diam dan kalem jika Abi angkat bicara ditengah keributan kalian? Dan untuk pertanyaan selanjutnya biar Umi yang menjelaskan." tutur Abi dengan pasti dan cukup mengherankan bagi mereka tapo tidak bagi sang istri yang telah mengenal betul tabiat suaminya.

"Maaf bi, titan gak maksud bikin Abi tersinggung, maaf!" dengan lesu Titan meminta maaf pada Abinya.

"Udah deh gak usah drama lo, besok juga lo bakalan bar-bar lagi!" bukannya membela sang adik reyhan malah semakin menjatuhkan jati diri Titan dihadapan abinya. Dasar abang laknat!

"Gak usah nyamber deh!" balas Titan dengan emosi yang kembali menguap.

"Udah Tan, Abi bosen liat drama kamu sama Abangmu itu, liat Umi dong kalem, kamu kok gak ada kalem-kalemnya jadi cewek." hilih! Dasar Abi!

"Kok jadi bawa-bawa Umi sih Bi? Anak kita kayak gitu ya karena Abinya dulu juga bar-bar bahkan melebihi kelakuan mereka, sadar gak?" pertempuran kembali dimulai dan kini giliran Reyhan dan Titan yang menonton.

"Lah kok abi sih mi? Kan umi juga bar-bar, mana ada cewek panjat tembok pembatas demi masuk kelas! Mana pake rok dan berkerudung lagi!" jelas sang abi sembari berusaha mengingat kenangan masa SMA mereka.

"Situ lebih parah! Mana ada cowok gak bisa manjat pohon, kalah sama cewek! Inget gak pas aku hamil Rey, dan aku minta kamu manjat pohon kelapa malah kamu pake tangga, mana tangga yang buat ngcat dinding lagi bukan tangga biasa ditukang-tukang pln! Situ sehat?" kontra sang umi dengan emosi dan nada meremehkan yang kentara dan jangn ditanya bagaimana raut wajah menantang sang Umi.

"Mana ada, aku nih lelaki sejati ya, buktinya kamu hamil! Aku nih maco, dada aja bidang kek gini!" balas sang abi sembari menunjuk bagian dadanya.

"Gak usah lebay deh! Udah tua juga, sadar umur gih! Anak udah mau nikah juga!" semakin seru saja bertengkaran yang terjadi, sampai kini titan mulai jengah dengan perdebatan kedua orang dengan usia yang tak lagi muda ini.

"Bang yang awalnya berantem siapa sih?" tanya Titan dengan wajah yang mulai tak bershabat karena malas.

"Kita lah!" tutur Reyhan tanpa beralih menatap sang adik.

Namun sedetik kemudian ia merasakan kebosanan yang mulai melanda, "De bosen nih! Obrolan mereka makin gak karuan, capek deh abang, kalau jadi penonton bayaran sih okeh! Lah ini pusing iya dibayar kagak!" dengan tatapan yang mulai bersahabat Reyhan mengalihkan pandangannya dari kedua orang yang terus saja beradu argumen dan kini ia menatap lekat-lekat wajah sang adik yang ada dihadapannya.

"Balik kamar aja yu Bang! Gue ngantuk!" usul Titan sembari mengucek-ngucek matanya hang sudah limat watt itu.

Reyhan hanya bisa mengangukan kepalanya sembari berdiri dan mendekat kearah sang adik.

Buk

Setelah titan berada dipunggungnya dan siap untuk ia bawa pergi kedua orang itu bersuara, "Mau kemana kalian?" tanya keduanya bebarengan.

"Kamar, ngantuk tahu gak? Kalian gak sadar udah dua jam kalian debat, kita ngantuk mau tidur!" balas Titan yang diangguki Reyhan.

Dengan perlahan Reyhan terus melangkah sembari membawa beban bernyawa yang ada dipunggungnya, sudah menjadi kebiasaan sejak kecil bila titan akan tidur dan posisi mereka sedang tidak ada didalam kamar semisal diruang keluarga, maka Reyhan akan menggendong Titan hingga sampai ketepi kasur dan membaringkan titan yang telah tertidur pulas diatas punggungnya, bahkan kadang jika Titan dibalkon kamarnya pun ia akan meminta Reyhan untuk menggendongnya menuju kasur king sizenya, aneh memang namun itulah salah satu bukti cinta kasih antara kakak dan adik yang telah mendarah daging.

"Bahagia selalu Titan, Reyhan"

Senyum terlukis dengan indah diwajah kedua orang yang kini tengah asik saling merangkul bahu sembari menatap kearah putra-putri mereka.

"Keluarga yang sangat harmonis."
.
.
.
Pangandaran, 5 Juni 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro