Benar-benar Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Barangkali Olive benar. Makin berat jangkar, kian tenggelam kapal.

Untuk Kak Nila, dunia ini adalah kapal yang terlalu kecil baginya. Kehadirannya dan jangkarku hanya membuat kapal berlubang, dan tenggelamlah kami berdua. Maka, sebelum semuanya terlambat, Kak Nila memilih terjun lebih dulu.

Bukannya tanpa pengorbanan dia melakukan itu. Diseret arus, dicekik gelombang pasang, digulung ombak ....

Aku? Aku belum siap untuk terjun dari kapal.

Namun, entah kapan, cepat atau lambat, aku tahu hal itu akan terjadi. Aku mungkin akan mendapati diriku jatuh terpeleset dan terlempar keluar dari kapal, atau melompat dengan kehendakku sendiri. Siapa yang tahu?

Hanya saja, tidak sekarang. Belum saatnya. Masih banyak yang harus kucari. Aku harus lebih merunduk lagi.

Sejak kebakaran di rumah Wilis dan Olive, Navy dan kawananya selalu menyingkir atau menempel ke dinding tiap akan berpapasan dengan salah satu dari kami bertiga. Mereka mungkin tidak mengingat jelas apa yang terjadi, tetapi rasa takut yang menjalari mereka nyata adanya.

Rumah Jerau sudah tidak pernah muncul di sekitarku, tetapi entahlah di tempat lain. Maka, kuberi tips jika kau menemukan rumah megah kosong teronggok begitu saja di depan mata: keset welcome itu tidak berarti semua orang boleh masuk.

Dua tahun berlalu sejak kejadian yang membekas itu. Ini tahun 2016. Wilis, karena tak kunjung dapat pekerjaan, tidak punya pilihan selain mengurusi bisnis resto orang tuanya. Namun, diam-diam dia juga bermusik dan menggambar—dia menimbun follower dan perlahan merangkak sebagai seniman yang memiliki muse yang aneh-aneh—meski hanya ada satu muse yang paling menginspirasinya, yang membuatnya pernah kejang-kejang dan nyaris kencing di celana.

Olive baru lulus dan mendapat beasiswa kuliah ke luar pulau (aku tidak terkejut sama sekali, dia memang gadis paling pintar dan cerdik yang pernah kutemui). Karena tidak bisa membawa Denim yang makin gemuk, gadis itu merelakan kucingnya dipelihara Wilis.

Di bandara, kami mengucapkan perpisahan. Olive bilang, aku boleh berpacaran dengan perempuan lain selama dia pergi, dan dia sendiri berencana menjalin hubungan dengan pria lain. Namun, dia membuatku berjanji: kalau suatu hari kami berjumpa lagi, dia boleh mencakar pacarku (kalau ada), dan aku boleh meninju pacarnya (kalau ada) untuk merebutnya kembali.

Aku menyanggupi janji itu tanpa perlu pikir dua kali. Aku sudah pernah meninju cowok kelas berat macam Navy, memang sebesar apa, sih, cowok yang bakal dipacari Olive nanti?

Sementara itu, Mama kembali ke rumah kakek dan nenekku, berencana menghabiskan sisa waktu untuk berbakti—toh, kulihat kakek dan nenekku sudah tidak pernah membicarakan hal-hal jelek tentang ayahku. Rumah kami yang kosong disewakan. Sedangkan aku ikut bekerja dengan Kak Magenta—aku mengiringinya dalam semua perjalanannya. Dia memang tampak seperti orang yang dikejar-kejar penagih utang ... tetapi siapalah aku mencampuri urusan pribadinya.

Petang itu, saat kami pulang—Kak Magenta mengunjungi ibunya yang sudah mulai menua, memberi kabar gembira bahwa akhirnya dia mungkin bakal menikah—sedangkan aku kembali jembatan itu, menatap aliran sungai yang memantulkan cahaya senja. Di sini, kakakku pernah berkata dia ingin jadi supir ambulans—kalimat polos seorang bocah 7 tahun yang mencoba menyentuh hati nurani ibunya agar membatalkan niat melompat menjemput Maut.

Di sini pula, diriku yang lain mati dalam dekapan ibunya.

Hari ini mungkin aku masih jauh dari kakakku—entah berapa miliar tahun cahaya. Entah berapa lapis dunia. Entah ....

Namun, suatu hari pasti, entah aku yang menemukannya atau Kak Nila yang pulang padaku dengan keinginannya sendiri. Namun, untuk saat ini ....

Kubiarkan kotak berisi kenangannya dilarutkan arus sungai, lalu aku melambaikan tangan.

Untuk saat ini, aku betul-betul melepaskan ikatan. Aku melepaskan pegangan. Aku melepaskan jangkarku dari Kak Nila. Hanya untuk saat ini ....

Selamat jalan, Kak Nila.

(*゚ー゚*) Thanks for reading

Secuil jejak Anda means a lot

Vote, comment, kritik & saran = support = penulis semangat = cerita lancar berjalan

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro