Bab 17b

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pram membawa kendaraan masuk ke sebuah gedung dengan bangunan antik yang bersih. Iris mendorong Nikolai memasuki gedung yang dijawa satu orang berseragam. Mereka disambut oleh pengelola wedding planner, seorang perempuan cantik dengan rambut ikal cekoklatan dan tubuh tinggi.

"Selamat datang Tuan Nikolai. Senang menyambut Anda hari ini."

"Bonita, apa kabar?"

"Kabar baik, Tuan. Semoga Tuan Nikolai selalu sehat. Saya senang bisa diberi kesempatan untuk bekerja dengan Tuan."

Perempuan itu menyambut Nikolai dengan sangat ramah. Kegembiraan terlihat jelas di wajahnya yang terpoles make-up rapi. Iris menaksir, umur perempuan itu kurang lebih sebaya dengan Nikolai. Yang membuat Iris heran adalah, perempuan itu sama sekali tidak memandangnya. Tatapan mata, sikap ramah, dan senyum manis hanya tertuju pada Nikolai.

"Bonita, perkenalkan ini calon istriku, Iris."

Bonita tidak dapat menyembunyikan ketekejutannya. Ia sudah mendengar desas desus kalau Nikolai akan menikah, tapi tidak menyangka calon istrinya masih demikian muda dan sederhana. Tidak salah kalau ia tidak memandang gadis ini. Berambut merah, kaos dan denim lusuh, Bonita menahan dengkusan.

"Oh, hai." Ia menyapa singkat.

Iris mengangguk kecil. Sikap berbeda yang ditujukan perempuan itu padanya, membuatnya kikuk.

Nikolai meraih tangan Iris dan mengenggamnya. "Kita akan di sini untuk beberapa saat dan mendengarkan presentasi Bonita soal rancangan acara pernikahan. Kalau kamu suka, atau tidak suka. Jangan ragu-ragu mengatakannya."

Iris tersenyum kecil. "Iya, Tuan."

Mereka dibawa masuk ke ruangan yang lebih kecil. Bonita mengajak mereka duduk di sofa. Perempuan itu menempatkan diri di samping Nikolai dan membiarkan Iris mengambil tempat di seberang.

"Tuan, konsep seperti apa yang Anda inginkan?" tanya Bonita.

Nikolai menatap Iris yang menunduk. "Iris, kamu ingin konsep seperti apa?"

"Bagaimana yang bagus menurut, Tuan. Tapi, alangkah lebih indah kalau ada—"

"Bagaimana kalau konsep modern dengan detil yang mewah, sesuai dengan kepribadian Tuan Nikolai." Bonita memotong perkataan Iris dengan cepat. "Saya bisa menyajikan pernikahan yang privat tapi tetap megah. Ada beberapa contoh pernikahan yang sudah saya urus. Tunggu sebentar, Tuan."

Bonita bangkit, bergegas ke ruang samping. Sepuluh menit kemudian datang lagi dengan album besar dan membukanya di hadapan Nikolai. "Ini adalah beberapa contoh konsep pernikahan yang sudah saya tangani, Tuan. Anda pasti mengenal Deputi Walikota? Anak beliau saya yang menangani dan juga beberapa artis."

"Sepertinya cukup bagus," gumam Nikolai.

"Memang, Tuan. Kami menjamin kepuasan pelanggan. Kami berusaha untuk mewujudkan semua keinginan Anda, Tuan."

Iris menatap photo book yang terbuka di depannya. Ia mengakui kalau konsep yang ditawarkan Bonita sangat bagus. Pesta-pesta yang mereka potret sangat megah, mewah, dan indah. Pasti membutuhkan banyak biaya untuk itu. Iris mengambil satu photo book dan memperhatikan isinya, sedangkan Bonita bicara tanpa henti dengan Nikolai.

"Saya masih tidak menyangka kalau Tuan Nikolai akan memakai jasa kami. Yakin saja, kalau saya akan bekerja dengan baik demi Tuan."

"Tidak!"

Iris menutup photo book dengan keras. Membuat Bonita dan Nikolai menatapnya bersamaan.

"Iris, ada apa?" tanya Nikolai.

"Aku nggak mau memakai jasa mereka, Tuan. Bisa kita cari yang lain?"

Nikolai menatap calon istrinya sesaat. "Beri aku alasan, kenapa?"

"Karena—"

Bonita menyela cepat. "Tuan, kami termasuk salah satu yang bagus di kota ini. Mungkin, gadis ini tidak tahu mengenai itu."

"Memang," sergah Iris cepat. "Aku nggak tahu apa pun sola wedding planer. Tapi, kamu harus ingat, namaku Iris. Seperti aku ingat namamu Bonita bukan?"

Bonita terbelalak, ingin mengatakan sesuatu dan berjengit saat Iris menunjuknya. "Jauhkan tanganmu dari calon suamiku!"

Iris bangkit, mengambil kursi roda dan mendorongnya. Setelah itu ia berdiri di depan Bonita. "Dari awal Tuan Nikolai sudah mengatakan kalau aku calon pengantinnya. Tapi, kamu sama sekali nggak minta pendapatku. Kamu memonopoli pembicaraan, aku hitung kamu empat kali menyentuh punggung tangan suamiku!"

Bonita menggeleng. "Bu-bukan begitu, Tuan. Saya—"

"Kamu masuk ke ruangan itu sebentar dan datang lagi dengan lipstik yang lebih merah dan kancing bagian atas terbuka. Kenapa?"

Bonita buru-buru mengancingkan blazernya. "Ini nggak sengaja?"

"Benarkah? Termasuk bagian kamu mengedip dan terkikik depan calon suamiku? Kamu mengaku professional tapi sikapmu seperti perempuan perayu. Apa kamu seperti ini sama semua laki-laki calon klien yang menarik bagimu?"

"Tuan, ini penghinaan. Gadis ini mengada-ada. Saya nggak terima!" sergah Bonita sambil memohon pada Nikolai yang terdiam.

Iris berkacak pinggang. "Oh, kalau nggak terima kamu mau apa? Bertengkar dan adu tinju? Ayo!"

Nikolai meghela napas panjang, merasa kasih pada Bonita yang terintimidasi. Ia meraih tangan Iris dan menggenggamnya.

"Iris, kamu nggak mau di sini?"

Iris mengangguk tegas. "Benar, saya nggak mau, Tuan."

"Baiklah, kita pergi sekarang."

Iris mendorong kursi roda Nikolai ke pintu dan Bonita berusaha mencegahnya. "Tuan, beri saya kesempatan sekali lagi. Tolong!"

Iris menghentikan langkahnya, menyipit ke arah Bonita dan menyingkirkan tangan perempuan itu dari pinggiran kursi roda.

"Awas, jangan pegang-pegang!"

Tidak ada yang bisa mencegah Iris, meskipun Bonita dan beberapa pegawai datang untuk memohon dan meminta maaf. Iris tetap ingin pergi. Setibanya di mobil, ia duduk di samping Nikolai dengan tegang, Menatap jalanan dan sama sekali tidak bicara dengan Nikolai.

"Iris, kamu marah?" tanya Nikolai.

Iris menggeleng tanpa menatap. "Nggak."

"Tapi, sikapmu seperti orang marah."

"Nggak, Tuan. Tapi, saya sedang menahan agar perasaan marah dan cemburu saya tidak meluap-lupa. Rasanya tidak puas kalau tidak mengajak Bonita baku hantam."

Nikolai tercengang lalu tertawa terbahak-bahak. Mengakui kalau Iris sungguh lucu dan menggemaskan saat senang merajuk. Nikolai mengulurkan tangan untuk mengusap pundak Iris dan berbisik.

"Terus terang, aku kurang suka juga dengan perempuan itu. Tapi, aku menahan diri karena ingin melihat rekasimu. Ternyata, kamu memenuhi ekpektasiku. Terima kasih, Iris."

Kemarahan Iris luluh. Ia membalas senyum Nikolai dan bergumam kalau lain kali akan bersikap lebih baik. Tapi, Nikolai justru mengatakan yang sebenarnya.

"Jadilah dirimu sendiri, marah kalau memang terganggu, tertawa kalau memang senang. Iris, jangan berubah demi apa pun itu.

.
.
.
.
Cerita ini akan tersedia di goggle playbook tanggal 17 Juli. Bagi yang ingin membeli pdf, bisa dibeli lebih dulu sebesar 85.000 melalui WA : 085811788865. Mulai tanggal 1Juli.

Jumlah halaman lebih dari 800 halaman.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro