Bab 2b

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Iris, bantu kakakmu. Sarapan biar papa yang siapkan."

Sang papa muncul, Iris menunduk.

"Papa, tolong beritahu Iris agar lebih tahu diri. Di rumah ini, aku dan Camelia yang bekerja keras. Bisa-bisanya dia membantahku!"

Bukan luapan kemarahan Rose yang membuat Irs akhirnya menyetrika gaun hitam itu. Tapi pandangan memohon sang papa. Ia dipaksa untuk tetap tunduk pada kedua kakaknya. Tidak boleh membantah dan harus melakukan semua yang diperintahkan oleh mereka. Karena dirinya dianggap sebagai beban, satu-satunya anak yang tidak bekerja. Bagaimana ia bisa mencari pekerjaan kalau setiap hari dbebani dengan urusan rumah yang seakan tidak ada habisnya.

Setelah kedua kakaknya pergi, Iris akan naik ke kamar mereka untuk merapikan dan membersihkannya. Pakaian kotor berserakan di lantai, dengan setengah isi lemari seolah dimuntahkan keluar. Hal yang sama terjadi setiap hari, membuat Iris merasa kesal. Dirinya diperlakukan sebagai pembantu oleh dua saudaranya.

"Jangan mengeluh, Iris. Kamu harus bersyukur masih punya kakak yang bisa bekerja. Kalau tidak, kita pasti menggelandang."

"Aku juga ingin kerja, Pa."

"Mau jadi apa? Kamu hanya lulusan SMU. Kedua kakakmu kuliah, Iris."

Kenyataan pahit yang menamparnya, Iris seolah tidak ada pilihan lain dan harus tetap menerima keadaan dirinya. Padahal, ia ingin sekali pergi mencari pekerjaan. Bergaul dengan banyak orang, dan mencari teman. Sebuah keinginan yang tidak akan pernah menjadi kenyataan. Satu-satunya teman bicara hanya Eric.

"Jangan sedih karena sikap kakak-kakakmu. Mereka memang setengah setan, makanya kejam!" ucap Eric saat Iris mengeluh.

"Jangan bicara sembarangan!"

"Kenyataannya begitu. Coba kalau mereka manusia, pasti mereka tidak akan memperlakukanmu seperti ini. Membersihkan rumah, membantu papamu di sawah, belum lagi memasak, mencuci, setrika. Ya Tuhan, Iris. Nasibmu kacau sekali."

Iris tersenyum pilu. "Memang, makanya aku ingin sekali bisa keluar dari rumah ini."

"Yah, berharapo saja Tuan Nikolai datang menjemputmu."

Iris menatap temannya dengan bingung. "Apa maksudmu?"

Eric tersenyum cerah, menggeleng sambil bertepuk tangan. "Eh, sepertinya aku lupa bilang. Tapi, beberapa hari lalu aku bicara dengan Tuan Nikolai dan sekarang beliau tahu kalau kamu naksir dan ingin jadi istrinya."

"Apaa?" Iris molotot. "Kamu gilaa?"

"Oh, aku nggak gila. Aku waras, hanya sedang mencoba membantumu. Iris, berdoa saja. Semoga Tuan Nikolai benar-benar datang untuk memperistrimu!"

Kalau Eric tidak segera lari, pasti babak belur di tangan Iris. Sudah dua kali pemuda itu mempermalukan Iris di depan Nikolai. Perkataan Eric, membuat harga diri Iris jatuh. Ia memang jatuh cinta pada Nikolai, tapi tidak seharusnya dipermalukan begini.

Perkataan Eric tentang Nikolai, menimbulkan fantasy liar dalam diri Iris. Tentang laki-laki itu yang datang menjemputnya, dengan dirinya menunggu dalam balutan gaun indah. Bayangan Nikolai yang tampan dengan jas hitam, tidak peduli kalau duduk di kursi roda, membuat dada Iris berdebar.

Iris melamun tentang pernikahan yang indah, dengan banyak bunga sebagai dekorasi. Tidak hanya itu, ia akan tinggal di rumah besar Nikolai. Setiap hari bisa bersama laki-laki itu, pasti akan membahagiakannya. Menukar kesempatan untuk tetap ada di rumah ini, dengan menjadi istri Nikolai, Iris bahkan rela mempertaruhkan hidupnya untuk itu. Sayangnya, itu hanya angan-angan semu. Suara lengkingan Camelia dari lantai atas membuyarkan khayalannya tentang Nikolai.

"Iris, cepat kemari. Bagaiman bisa ayam-ayam ini masuk ke kamarku!!"

Kegaduhan terjadi karena dua ayam masuk ke kamar Camelia melalui jendela. Iris pun tidak mengerti bagaimana itu bisa terjadi. Seingatnya, ia sudah mengunci ayam-ayam itu.

"Gimana, kamu kerjanya, hah? Menjaga ayam saja kamu nggak becus!"

Iris terengah, berusaha menangkap ayam-ayam itu. "Dari pada kamu mengomel, akan lebih baik kalau kamu membantuku!"

"Hah, mana sudi aku berurusan dengan binatang!"

Rose muncul di pintu dan bergidik. "Apa-apaan ini, ih, jorok!"

"Gara-gara ayam sialan itu. Aku nggak mau tahu, setelah ini Iris harus mencuci semua pakaian dan membersihkan kamarku."

Rose mengajak Camelia turun, tidak peduli dengan Iris yang sedang sibuk mengejar ayam. Mereka duduk di ruang tamu, sambil mengikir kuku dan bicara tentang rencana makan malam.

"Aku bosan dengan masakan Iris. Bagaimana kalau malam ini kita keluar makan?"

Ajakan Rose disambut penuh semangat oleh Camelia. "Tentu saja. Tapi, hanya kita berdua. Jangan bawa Iris, bisa-bisa membuat kita malu."

"Hei, siapa yang mau membawa anak itu? Rambut merah yang berantakan, pakaian yang sudah ketinggalan jaman, dan belum lagi tubuhnya yang bau kotoran. Lebih baik aku di rumah dari pada harus pergi dengannya."

Keduanya sepakat untuk tidak melibatkan Iris dalam kehidupan sosial mereka. Iris dianggap sebagai salah satu bencana yang harus dihindari oleh mereka.

"Ada tamu?" tanya Camelia saat terdengar deru kendaraan dan kini berhenti di halaman.

Rose bangkit dari sofa, membuka gorden jendela. "Siapa yang datang? Mobilnya mewah sekali?"

Camelia yang penasaran ikut bangkit dan mengamati mobil hitam mengkilat. Seorang laki-laki keluar untuk membuka pintu penumpang.

"Bukan Arlo dan juga Carla, kalau begitu itu mobil siapa?"

Mereka terbelalak saat seorang laki-laki keluar dan duduk di kursi roda. Mereka menuju ke pintu dan tak lama bel berbunyi. Sepertinya mereka mengenal laki-laki itu, hanya lupa di mana pernah bertemu. Rose bergerak cepat untuk membuka pintu.

Nikolai muncul, dengan Pram di belakangnya. Menyapa lembut pada Rose.

"Selamat siang, apakah kami bisa bertemu dengan Iris?"

Rose belum sempat menjawab, saat dari arah tangga terdengar lengkingan. Hiruk pikuk terjadi saat Iris berguling dari tangga atas dan jatuh di lantai dengan rambut dan pakaian penuh dengan bului ayam. Ada dua ayam gemuk yang sedang meronta-ronta di bawah lengannya. Iris mengerjap, berusaha untuk bangun. Terbelalak ke arah pintu.

"Tuan Nikolai?"

Nikolai tersenyum. "Halo, Iris. Kita bertemu lagi."

.
.
.
Di Karyakarsa malam ini bab 7-8.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro