Bab 5a

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Restoran yang biasanya sepi, malam ini sangat ramai pengunjung. Tidak peduli meski cuaca tidak mendukung. Bukan hanya restoran itu, kafe dan bar di sekitarnya pun padat oleh orang-orang yang menghabiskan akhir Minggu mereka. Bukan hal biasa terjadi tapi bisa dicari penyebabnya, tak lain kalau kafe, restoran, dan bar itu terletak di sepanjang jalan utama. Menghadap langsung ke balai kota. Hari ini ada pesta besar untuk kalangan tertentu, yang tidak bisa mereka hadiri. Tentu saja, Melihat siapa saja tamu yang datang adalah kesenangan sendiri untuk mereka. Pesta besar dengan para tamu berpenampilan mewah adalah hiburan di sela rutinitas.

Rose mengaduk kopi dan menyesapnya sesaat. Menatap deretan kendaraan mewah yang sedang antri untuk masuk balai kota. Ia menghela napas panjang, merasakan hatinya berdenyut nyeri. Ia sudah membuat persiapan panjang untuk malam ini semenjak menemukan undangan di meja kekasihnya tapi ternyata, tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kekasihnya tidak mengajaknya ke pesta dengan dalih, undangan itu hanya untuk berdua.

"Maaf, Sayang. Undangan ini hanya untuk aku dan Nyonya Taeri. Jadi tidak bisa membawamu," ucap Carla saat ia menanyakan hal itu. Taeri adalah pemegang saham terbesar di agency milik Carla.

"Nyonya Taeri punya suami, kenapa harus datang bersamamu?" tanya Rose.

"Justru itu, aku sebenarnya tidak mendapatkan undangan ini tapi Nyonya Taeri mengajakku."

Tidak ada lagi yang bisa dikatakan Rose untuk membujuk Carla agar mengajaknya. Laki-laki itu sudah punya alasan untuk menolak, percuma menyiapkan gaun, sepatu dan segala macam, membuang uang di hari terakhir dan kenyataanya seperti sekarang.

Rose terbelalak saat melihat sang kakak memasuki kedai. Camelia menghampirinya dan bertanya heran.

"Kenapa kamu di sini?"

Rose mengangkat kopinya. "Ngopi. Kamu sendiri ngapaian?"

Camelia mengenyakkan diri di kursi. "Mau ngopi juga. Sial! Aku pikir akan datang ke pesta bersama Arlo. Ternyata, dia pergi bersama teman sekantor. Dengan dalih, sudah ada nama di kartu undangan. Padahal, aku sudah menyiapkan gaun dan sepatu, dan akan berpura-pura kaget kalau dia mengajakku. Ternyata, semua keingianku tidak menjadi kenyataan."

Rose mendengkus. "Ternyata nasib kita sama sialnya."

Mereka bertukar pandang muram, Camelia memesan kopi dan minum dengan tidak berselera. Ia malas pulang, ternyata Rose pun demikian. Langit tidak lagi hujan tapi dalam hati mereka masih menggayut rasa muram.

"Menurutmu, bagaimana keadaan Iris sekarang?" tanya Rose.

Camelia mengangkat bahu. "Entahlah, mungkin menangis dan mengurung diri di kamar."

"Apa benar Tuan Nikolai akan menjemputnya?"

"Mungkin, iya. Tapi, siapa yang mau membawa seorang gadis dengan gaun pesta bekas dan compang-camping?"

Keduanya saling pandang lalu sama-sama mengulum senyum. Malam ini mereka memang bersedih tapi Iris yang tidak jadi ke pesta adalah hiburan untuk mereka. Mereka melibatkan diri dengan para pengunjung lainnya, meminum kopi sambil menatap dan mengomentari orang-orang terkenal yang melintas di depan mereka.

**

Di dalam Gedung, musik dimainkan oleh sekelompok orchestra. Para perempuan dengan gaun indah dan perhiasan mewah, membaur bersama tamu laki-laki berjas malam atau bertuxedo. Obrolan berkisar tentang saham, pekerjaan, dan kegiatan sosial.

Norris memutar gelas anggur di tangan. Mengamati kemeriahan pesta dari lantai dua. Ia mencari sosok yang paling dinanti di pesta ini dan tidak menemukannya. Tersenyum masam, meskipun hatinya berdenyut kesal.

"Lihat bukan, Sayang? Adikmu hanya menggertak. Wajahnya sama sekali tidak terlihat di sini." Desha muncul di samping suaminya, ikut mengamati keadaan lantai dasar. "Aku bahkan berkeliling dengan Jeremy dan tidak melihat mereka."

"Tadinya aku juga berpikir melewatkan sesuatu, ternyata benar Nokolai tidak datang malam ini. Sial! Kenapa dia menolak memberikan undangan itu padaku."

"Adikmu itu, dari dulu suka sekali menentangmu. Bisa jadi karena hasutan Paman Dickson atau Bibi Popy."

"Dua orang tua itu tidak punya pengaruh apa-apa pada Nikolai. Tapi kamu benar, Sayang. Nikolai tidak pernah melakukan sesuatu tanpa pertimbangan. Kalau dia tidak datang malam ini pun, pasti ada pertimbangan lain."

"Dia bahkan membual akan membawa teman. Memangnya kita nggak tahu kalau temannya bisa dihitung jari? Setelah putus dengan Nicole, dia tidak pernah menggandeng perempuan lain."

"Sayang, adikmu bukan hanya suka membual tapi juga sombong. Coba kalau undangan itu diberikan pada kita, pasti saat ini kita ada di ruangan VIP dan mewakili keluarga Danver bicara dengan para pejabat negara."

Dasha berusaha untuk tidak mengeluarkan makian. Segala sesuatu tentang Nikolai memang mengesalkan. Dari semenjak masuk ke keluarg Danver dan punya anak seumur Jeremy, tidak pernah sekalipun ia akrab dengan Nikolai. Dari awalk bertemu, sudah merasa kalau adik suaminya itu angkuh dan sombong. Tidak berkurang bahkan setelah mereka menjadi keluarga.

Kematian orang tua mereka dalam kecelakaan yang juga berakibat fatal pada tubuh Nikolai, membuat keangkuhannya semakin menjadi-jadi. Karena cacat, sikapnya menjadi semakin tertutup dan mengesalkan. Suaminya memintanya untuk tetap sabar menghadapi Nikolai, kalau bukan demi perusahaan dan warisan keluarga Danver, ia tidak sudi melakukan itu.

Norris mengernyit saat kerumunan di pintu menyibak. Ia tidak tahu siapa yang datang dan menarik perhatian sampai akhirnya terlihat seorang laki-laki duduk di kursi roda dengan seorang perempuan muda mendorongnya.

"Itu Nikolai?" gumam Norris kaget.

"Dengan siapa dia datang? Siapa gadis itu?" tanya Dasha heran.

"Entahlah, aku juga tidak tahu. Bagaimana kalau kita turun?"

Norris menggandeng istrinya menuruni tangga, perasaan ingin tahu berkobar di dada mereka. Tentang perempuan yang dibawa oleh Nikolai ke pesta. Mereka menyibak kerumunan yang ingin menyambut Nikolai. Berdiri di depan sang adik dan menatap perempuan bergaun merah lekat-lekat. Bagaimana tidak, di antara orang-orang dengan gaun hitam atau berwana lembut, perempuan itu tampil berani dengan warna terang. Semakin mencolok dengan rambut merah yang disanggul dan membentuk ikal besar di bagian depan. Sungguh, perpaduan yang berani untuk laki-laki tenang dan angkuh seperti Nikolai.

.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro