4. Sesak

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mai menatap nona majikannya itu dengan perasaan cemas. Bertahun-tahun sudah, ia mengetahui kebiasaan Elona, yang bila dilanda stress langsung pergi ke dapur dan melahap apa pun. Mai takut sekali, kalau nanti malam Elona akan mengulangi kebiasaan buruknya itu.

“Nona, saya mungkin terdengar lancang, tapi Nona sudah kuanggap seperti keluarga sendiri,” ucap Mai sembari menyisirkan rambut Elona yang berwarna cokelat terang dengan panjang sampai di bawah bahu. “Karena itu, jangan menanggung semua beban Anda sendirian … Saya mungkin tidak dapat membantu banyak, tapi setidaknya saya bisa mendengarkan.”

Elona tertegun mendengar perkataan Mai barusan. Dulu, Ira juga pernah mengatakan hal yang serupa, sewaktu ia masih menjadi Tara. Tapi nyatanya, Ira mengkhianatinya. Apakah Mai juga akan melakukan hal yang sama?

Enggak, aku enggak boleh menyamakan mereka berdua. Kehidupan Tara sudah berakhir, dan sekarang aku menjadi Elona. Seumur hidup Elona mengenal Mai, tidak pernah sedikitpun Mai berkhianat padanya. Setidaknya, begitulah yang ada di memori Elona.

Elona menggeleng kecil, lalu ia tersenyum, “Tenang saja, mulai hari ini, aku adalah Elona yang berbeda.”

“Eh, maksud Anda?” Mai bertanya tidak paham dengan kata berbeda yang disampaikan.

“Ah, bukan apa-apa.”

Elona mengerti apa yang dimaksudkan Mai. Dalam memorinya sebagai Elona Locke, disana digambarkan bahwa Elona memiliki kebiasaan gangguan makan berlebih. Kalau di bumi, lebih dikenal dengan istilah bahasa inggrisnya yaitu eating disorder, alias makan bukan karena lapar, tetapi karena stress berlebihan.

Elona dan Tara memiliki satu kesamaan: sama-sama ditinggal tiada oleh kedua orangtua sejak kecil. Perbedaannya, Tara melarikan diri pada hobi membaca buku, sedangkan Elona kepada makanan.

Mai membantu Elona berganti pakaian dari seragam sekolah menjadi dress berwarna kuning pastel. Elona merasa sedikit sesak saat Mai memakaikan korset. Tubuh gemuknya menjadikan benda tersebut seperti tidak berguna. Napasnya sampai tersengal-sengal.

Setelah itu, Mai pamit dan meninggalkan Elona kembali sendirian di kamar yang luas. Elona mengambil secarik kertas linen di atas meja tulis, dan sebuah pena bulu.

Sekarang Tara sudah menjalani hidup sebagai Elona yang tinggal di dunia bersetting kerajaan. Kalau di bumi tempat Tara berasal, ini seperti di Eropa jaman abad pertengahan, ketika listrik belum ditemukan. Tidak ada lampu, hanya ada perapian, obor, lentera, atau lilin biasa. Tidak ada televisi, hanya ada buku-buku sebagai hiburan. Tentunya tidak ada bioskop, tapi ada teater. Terutama yang paling penting …

Aghh!! Aku kangen smartphoneku!! Kenapa tidak ikut transmigrasi saja sih, benda satu itu!

Elona menelungkupkan wajah di atas meja. Bahkan untuk membungkuk saja, perutnya merasa tidak enak karena terhalang lemak. Elona mencubit gelambiran lemak di perutnya. Gara-gara stress, Elona yang sebenarnya harus menderita seperti ini.

Sekarang aku sudah jadi Elona. Syukurlah, aku terbiasa makan sedikit sewaktu masih jadi Tara. Yah, aku emang belum tentu menguruskan tubuh yang ini, sih... Tapi paling tidak, Elona Locke enggak akan jadi lebih gemuk dari yang sekarang.

*****

Demi mengisi kekosongan yang biasanya terhibur dengan adanya ponsel pintar, sekarang Elona sedang berusaha mengingat-ingat kejadian apa yang akan terjadi, hingga akhirnya memicu kematian di akhir cerita. Elona telah menyiapkan kertas dan pena bulu, bersiap untuk menulis.

Kejadian tadi siang merupakan salah satu pemicu kemarahan Louis terhadap Elona. Namun, plot di webtoon “Cerita Hati” tidak banyak menceritakan tentang kehidupan pribadi Elona Locke, karena dia hanyalah antagonis, sedangkan tokoh utamanya adalah Kiara.

Bab-bab dalam webtoon tersebut kebanyakan mengambil cerita dari sudut pandang Kiara, dan sesekali Louis. Dalam cerita, Elona hanya digambarkan sebagai gadis gemuk tunangan Louis yang selalu mengganggu Kiara, seperti merobek buku-bukunya di sekolah atau membasahi sepatunya.

“Oke, dari yang bisa kuingat … Elona mulai semakin dihina ketika keluarganya mengalami kebangkrutan. Kalau tidak salah, karena salah satu wilayah kekuasaan keluarga Locke mengalami penurunan pendapatan pajak … tapi itu kapan, ya?”

Elona bergumam seraya menuliskan yang dia ucapkan di kertas. Yang bisa ia ingat adalah adegan-adegan Elona Locke mengganggu Kiara Perez. Elona menghela nafas.

“Aku cuma bisa ingat satu peristiwa penting, ya ampun … .”

Elona mengangkat kertas linen tersebut ke atas dan membacanya sekali lagi. “Setidaknya, aku harus bisa menghentikan kejadian yang ini.”

Kebangkrutan keluarga Locke memang terjadi di dalam alur “Cerita Hati”, tetapi tidak pernah dijelaskan secara merinci apa sebabnya dan bagaimana keluarganya mengatasi hal tersebut. Yang Elona tahu, bahwa Stefan selalu bolak-balik pergi ke kota Armelin, wilayah yang dimaksud, untuk mengurusnya. Akan tetapi, sepertinya tidak berhasil.

“Oh iya, Stefan Locke … ."

Berbeda dengan kehidupan Tara yang sendirian, Elona Locke memiliki seorang kakak laki-laki yang usianya terpaut enam tahun. Stefan Locke, namanya. Namun, sejak Elona memasuki rumahnya ini dari siang tadi, ia tidak melihat kakaknya itu.

Aku harus menemuinya dan memperingatkan soal kota Armelin … .

Elona melangkahkan kaki, berjalan keluar kamar. Seperti kediaman para bangsawan lainnya di ibu kota, keluarga Locke tinggal di sebuah wastu berlantai dua. Setidaknya ada tujuh ruangan di rumah ini.

Di sayap kanan dan kiri bangunan terdapat asrama para pelayan dan kamp prajurit keluarga Locke. Hamparan karpet merah dan dinding yang putih bersih, dengan jendela-jendela besar membuat rumah ini begitu terang meskipun tidak menyalakan pencahayaan apapun.

"Elona!" Seorang wanita berlari ke arah Elona dengan mengangkat ujung dressnya. Dua orang pelayan perempuan mengikuti dari belakang.

"Oh, Kak Iris..."

Dengan lembut, wanita yang bernama Iris itu mengusap pipi Elona. Wajahnya terlihat cemas, tetapi ia tetap dapat menjaga posturnya yang elegan.

"Aku sudah dengar apa yang terjadi. Kamu tidak apa-apa, Sayang?"

"Aku tidak apa-apa, Kak ... ," jawab Elona sembari tersenyum. Iris sedikit terkejut karena ini pertama kalinya Elona membalas pertanyaannya dengan baik dan disertai senyuman.

Wanita ini bernama Iris Locke, istri dari kakak Elona yang bernama Stefan. Terlahir di keluarga Viscount Hilgard yang terkenal sebagai keluarga harmonis, membuat Iris sedikit kebingungan ketika harus memasuki keluarga Locke sebagai menantu.

Sepi, hanya ada para pelayan yang menemani, membuat Iris ingin mengajak Stefan dan Elona selalu melakukan kegiatan bersama-sama. Entah itu sekedar mengobrol atau piknik di halaman.

Namun pada kenyataannya, kedua kakak beradik itu susah sekali untuk dipertemukan. Jangankan piknik, mengobrol santai bersama saja bisa dibilang tidak pernah.

Bukan, bukan karena ada masalah di antara hubungan mereka bertiga, tetapi lebih pada kesibukan. Stefan, sebagai kepala keluarga, hampir selalu berpergian keluar kota untuk urusan bisnis, terutama di wilayah-wilayah yang menjadi milik keluarga Locke.

Terutama sejak ditinggal oleh kedua orangtuanya, Stefan terpaksa menjabat gelar Marquess di usia yang masih belia. Kesibukannya belajar dan bekerja sebagai Marquess muda demi tidak mempermalukan nama Locke, membuatnya sedikit melupakan adiknya.

Sedangkan Elona, lebih senang menyendiri di kamar. Bila ingin makan, pelayan selalu membawakan makanan ke kamar. Elona tidak pernah bercerita tentang apapun yang menimpa dirinya di sekolah atau di luar rumah sekalipun.

"Syukurlah kalau kamu tidak apa-apa ... kurang ajar sekali Louis Vandyke itu! Beraninya menyakiti adik iparku!"

"Sudahlah, Kak, tidak apa-apa ... ."

Elona memandang kakak iparnya itu. Tubuh ramping dan tinggi, membuat Elona yang dulu tidak percaya diri di hadapan kakak iparnya itu. Elona ingin sekali bertubuh ramping dan berwajah cantik sepertinya, tetapi keinginan untuk makan saat stres sulit sekali untuk diatasi.

Sebenarnya Elona tidak pernah membenci kakak iparnya. Namun, rasa minder yang membuat dirinya lebih senang makan di kamar ketimbang di meja makan.

Perlahan tapi pasti, tubuh Elona berkeringat lebih dari yang tadi siang. Padahal, sudah masuk senja dan cuacanya sedang tidak panas, tetapi dahinya malah mengucurkan peluh.

"Hah ... hahh!!" Tiba-tiba, rasa sesak menyelimuti dada Elona. Rasanya sakit luar biasa, seperti ditindih oleh batu besar dan berat. Elona megap-megap, bertarung melawan sesak di dada untuk mendapatkan oksigen.

"Elona! Kamu kenapa?? Elona!" Iris panik luar biasa. Belum pernah dia menyaksikan ada orang sesak nafas langsung di hadapannya.

Iris membungkuk, mengelus-elus punggung Elona saat adik iparnya itu terjatuh sembari memegangi dada. Iris menoleh cepat pada pelayan di belakangnya.

"Cepat panggil dokter! Dan hubungi Stefan! Cepat!!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro