Dissapointed (Vernon x Avi)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hey"

Vernon menghampiri istrinya. Lagi lagi istrinya itu hanya bermalas malasan saat dirinya sedang banting tulang. Yang perlu dilakukannya hanya pekerjaan rumah, itu saja sudah terdapat pembantu yang bekerja. Apa yang kurang? Vernon tak mengerti. Anak mungil mereka tak terurus. Entahlah, apa yang ada di pikiran wanita bersurai hitam itu.

"Vernon! Aku mau belanja!"

Istrinya, Avi, membentak kasar. Vernon sama sekali tak mengerti, bagaimana jalan pikir wanita itu. Hanya berbelanja? Bersenang senang? Astaga.

Avi menggeret lelaki bersurai pirang itu ke garasi, menyuruhnya menyalakan mobil dan mengantarnya menuju mall terbesar seantreo kota. Avi tak peduli urusan remeh temeh di rumah. Ia tak peduli, anaknya bahagia dengan bibinya, rumah sudah bersih dengan belasan pembantunya. Yang perlu ia lakukan hanya bersenang senang.

Selepas mereka sampai, Avi langsung keluar mobil, memasuki mall. Vernon mengikutinya, mengingatkan bahwa mereka meninggalkan anaknya sendirian. Avi membentak. Vernon berusaha berargumen, namun Avi balik kanan, tutup telinga. Baiklah, kepercayaannya tak pernah mengajarkannya kasar pada wanita, terutama seorang ibu dan istri.

Avi berbelanja hingga banyak sekali barang tak berguna. Vernon tak protes. Pria itu berkantung tebal, tak kehabisan duitnya meski istrinya memberi bermacam barang.

Mereka kembali ke dalam mobil, lantas berjalan pulang. Berbanding terbalik dengan suasana di luar yang ramai berbincang, suasa di dalam mobil lenggang, bahkan suara mesin menjadi satu satunya sumber bunyi.

Dalam waktu cukup lama -- setidaknya bagi mereka, mereka sampai di rumah. Aneh, rumah itu tampak terbuka lebar, namun sepi. Keduanya langsung masuk. Tak butuh waktu lama, jeritan terdengar sempurna. Hanya mereka yang tak ikut acara piknik lingkungan rumah, dan jelas tak ada yang menyadari hal ini.

Kepala yang terpotong dan tubuh yang bersimbah darah nampak di hadapan mereka. Vernon panik, mencari anak semata wayangnya, harta berharganya. Nihil. Sementara itu, Avi justru sibuk mencari emas emasnya yang hilang.

"VERNON! KITA HARUS PERGI DARI SINI!"

Serunya panik, menuruni tangga. Mereka berdua tau, sang pembunuh sudah pergi. Vernon menanyakan anak kesayangannya, masih panik mencari di sana sini.

"PEDULI SETAN DENGAN ANAK ITU! DIA TIDAK BERHARGA! KITA HARUS PERGI DARI SINI! MENYELAMATKAN HARTA YANG ADA!"

Teriak Avi. Vernon terkejut, terdiam sesaat. Tangannya mengepal sangat erat, menandakan kemarahannya yang sangat besar. Avi sibuk bergerak, melangkahi mayat mayat yang bergelimang dengan hati hati.

"Avi"

Ucap Vernon. Nadanya datar, suaranya berat. Ia benar benar marah. Avi menghiraukannya, masih sibuk menyelamatkan benda penting di pelukannya.

"Aku mengajukan gugatan cerai"

Dan Avi membeku seketika.

***

Maaf jelek.

diraaaf

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro