Kutunggu Dirimu Sampai Mampus (Otoya ittoki x Tamori Zico / fem!reader)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi yang cerah, makhluk bersurai merah bernama Otoya Ittoki tengah berjalan di jalanan kosong. Dirinya bersenandung riang dengan gitar tersampir di punggungnya.

"HANIIII!"

Seseorang berteriak dengan anggunnya. Seseorang itu menerjang tubuh gitar Otoya dengan lembutnya /gggggg. Tubuh Otoya jatuh tersungkur bersama dengan kekasihnya, Tamori Zico. Untung rohnya juga ikut tersungkur /slap.

Dengan susah payah Otoya bangkit -- dengan tubuh kekasihnya yang masih di atas punggung. Dengan susah payah pula ia melangkah dengan Tamori yang masih bergelayut di gitarnya dengan rasa cinta yang sangat besar. Ia memiliki rencana membuat lagu dengan judul 'Cintaku Ditikung Gitar'.

Skip~

"MAKASIH HANIIIIIIII!"
Ucap Tamori Zico bak di telinga Otoya. Lantas langsung pergi ke dalam sekolahnya. Otoya hanya tersenyum lalu melanjutkan perjalanannya ke sekolahnya sendiri.

Otoya side's

Skip~

"Ittoki-kun!"
Bentak sang guru yang kini berada di hadapan remaja bersurai merah. Wajahnya tertunduk, tak berani menatap guru di depannya yang kini menatapnya setajam silet /gggggg.

"SETIAP HARI, KAMU PASTI MAMPIR KE RUANGAN INI! SEKALI LAGI, KAMU MENGHADAP KEPALA SEKOLAH! KAMI SEPAKAT MENGELUARKANMU DARI SEKOLAH INI JIKA MASIH DIULANGI!"

Mata Otoya membelalak sepenuhnya. Ia langsung menatap gurunya itu. Tak nampak sirat mata keraguan darinya.

"SUDAH SANA KE KELAS!"

Mendengar titah itu, dengan lesu Otoya pergi dari ruangan itu. Pikirannya kalut, di satu sisi, ia harus 'menemani' kekasihnya untuk bersekolah, di sisi lain, ia tak boleh mengecewakan ibu panti yang sudah sukarela membesarkannya.

Skip~

"Otoya-kun"
Panggil seorang gadis cantik /gw boong / yang memiliki mata besar seperti hantu. Nanami Haruka namanya.

Merasa terpanggil, Otoya menoleh, mendapati gadis itu berada di depannya. Ia menatap bingung 'kawan'nya yang tengah lesu, lantas mengambil tempat di sebelah Otoya.

"Kau kenapa?"
Tanya Nanami. Otoya bahkan tak menatapnya dan terus menunduk.

"Gadis cacat itu lagi?"
Tebak Nanami. Gotcha! Tepat sasaran, tepat juga di hati Otoya.

"Sudahlah, kau tidak perlu memikirkannya"

"Cukup putuskan saja dia, kau bisa terus bersekolah"

Otoya bungkam. Tidak mungkin, ia benar benar mencintai Tamori, dan hal itu takkan pernah terjadi.

Otoya langsung bangkit dari kursinya, lantas berjalan pergi. Dari kejauhan, ia masih bisa mendengar teriakan dari Nanami, tidak mengenakkan di hatinya. Jika bisa, ingin rasanya ia menyobek mulut gadis itu secara paksa.

"Kutunggu jawabannya ya Toya-kun~! Semoga kau tidak bodoh~!"

Skip~

"Oy Ikki, kenapa?"
Sejumlah kawan Otoya berlari mendekatinya yang nampak penuh beban. Otoya tetap saja tertunduk, tak menatap kawannya.

"Karena pacarmu lagi?"
Tebak salah satu dari mereka. Ia adalah Ren Jinguji, seorang cowok femes yang memiliki rambut panjang bewarna oranye. Otoya hanya mengangguk.

"Kau putuskan saja dia"

"Haruka-chan benar benar menyukaimu"

Dan banyak saran lainnya yang dilontarkan kawan kawannya. Tetapi ia sama sekali tidak menerima saran kawannya. Ia bukannya tak menghargai, hanya saja... Ini terlalu berat untuknya.

"Maaf, aku tidak bisa, aku mencintai Tamori"
Suatu penolakan dari Otoya. Setelah itu ia berjalan pergi.

Skip~

"Bagaimana, Toya-kun? Apa kau sudah menentukannya?"
Tanya Nanami setelah sampai di kelas. Otoya sama sekali tak memandang Nanami, seolah menganggapnya tak ada.

Tamori side's

Setelah ia masuk ke dalam sekolah, ia langsung meminum obatnya lagi. Ia tak ingin Otoya mengetahuinya. Tentu saja, mengetahui bahwa dirinya masih menyimpan obat berbahaya itu. Obat berbahaya yang ia beli di pasar gelap internet. Obat yang membuatnya mampu berjalan hingga saat ini, meski hanya sebentar. Bak kecanduan sakau, ia tetap minum 8 jam sekali meski sudah membaca efek sampingnya. Setelah ia meminum obat itu, ia langsung berjalan menuju kelasnya.

Skip~

'Grek!'

"Tamori? Kau datang? Kau kan lumpuh!"
Tanya seseorang disana dengan nada saskartik. Setelah itu tertawa bersama gengnya. Sementara Tamori tak begitu peduli. Ia hanya berjalan ke kursinya.

Skip~

"Tamori, kau tau kan?"

3 orang menghampirinya. Tentu saja, salah satu dari mereka adalah orang yang pertama kali 'menyambut'nya tadi. Pemimpin mereka menggesek gesekkan kedua jarinya dengan cepat. Tamori mengerti, namun ia tak membawa apa yang mereka mau sekarang.

"Maaf, aku sedang tidak membawa uang"

"HAH!?"

Ketua mereka langsung menggebrak meja. Salah satu anggotanya langsung menarik kerah Tamori. Sementara anggota satunya membongkar tas Tamori.

"Ja.. Jangan..!"

"DIAM KAMU!"

Tamori yang tak berani membalas hanya mampu melihat mereka mengeluarkan semua isi tasnya. Ia tau, cepat atau lambat pasti mereka akan menemukan obatnya.

"Obat apa nih?"
Ujar salah satu dari mereka. Dugaannya benar, mereka menemukan obatnya.

"Ja.. Jangan.."

Mereka hanya tertawa mengejek dan pergi dengan membawa obat itu. Tamori yang ketakutan hanya mampu melihat saja. Tak ada seorangpun di kelas yang mau membantunya.

'.. Waktuku.. Berkurang..'

Two side's

Skip~

Sore ini, Otoya berjalan sendirian menuju sekolah Tamori. Ia yakin gadis yang dipujanya tengah menunggunya, barangkali hingga tertidur. Tak lama ia sampai di gedung sekolah Tamori. Sepi. Dengan wajah bingung, Otoya masuk ke dalam sekolah.

Skip~

Karena kelas Tamori yang tak jauh dari gerbang sekolah -- dan Otoya mengetahui hal itu -- ia cepat sampai di depan kelasnya. Dilihatnya gadis bersurai putih tengah tertidur di bangkunya. Dengan cepat Otoya menghampirinya.

"Mori?"

Dalam sekali gugah, Tamori langsung terbangun. Meski begitu, ia tak bergeming dari duduknya.

"Tubuhmu.. Kaku lagi?"
Tanya Otoya. Tamori hanya mengangguk pelan. Tubuhnya seakan mati rasa. Yah.. Tamori menderita stroke ringan. Hanya saja ini menjadi kendalanya untuk bersekolah. Ia tak memberitahu Otoya hingga saat ia terjatuh dan mendadak kaku. Dan saat itu terjadi, stroke yang dideritanya sudah jauh lebih parah dari yang sebelumnya.

Dengan hati hati Otoya memindahkan tubuh gadis itu ke punggungnya. Lantas perlahan menggendong Tamori.

Skip~

"Otoya.. Kun.."
Panggil Tamori lemah. Kepalanya yang bersandar di pundak Otoya memudahkannya mendengar. Gitar kesayangannya disampirkan di pundak kanannya.

"Ya?"
Jawab Otoya sembari sedikit menoleh ke arah Tamori.

"Arigatou"
Ucap Tamori. Otoya hanya tersenyum tulus lantas menjawabnya. Ketika mereka tengah berjalan, Otoya menyadari bahwa jantung Tamori berdetak lebih cepat dari biasanya. Di saat yang sama, ia juga menyadari adanya keringat dingin dari kekasihnya.

"Tamori?"
Panggil Otoya. Namun hanya hembusan nafas yang terdengar. Detik demi detik nafasnya semakin tidak normal. Otoya yang awalnya berjalan ke arah rumah Tamori langsung memutar langkahnya menuju rumah sakit.

"BERTAHANLAH!"

Skip~

"DOK!"
Otoya berteriak sembari membuka pintu ruang dokternya dengan keras. Tentu saja, dokter yang dahulu menangani penyakit Tamori yang satu ini. Untung saja tak ada manusia lain di ruang itu selain sang dokter. Dokter yang baik hati dan mencoba menyembuhkan Tamori tanpa butuh material duniawi berupa uang, mengingat ekonomi Tamori yang sama sekali kesulitan bahkan hanya untuk makan.

Dokter itu langsung berlari menghampiri kedua remaja SMA itu. Ia langsung mengambil alih tubuh Tamori dan perlahan membaringkannya di kasur, lantas memeriksanya.

Skip~

"Ittoki-kun"
Panggil dokter itu. Otoya menatap sang dokter. Dirinya kalut, ia hanya ingin pacarnya baik baik saja, bukan terbaring lemah seperti saat ini.

"Apa kamu tau kalau dia menggunakan obat terlarang?"
Lanjut sang dokter. Mata Otoya membelalak kaget. Benar juga, ia hanya terlalu senang dengan pacarnya yang nampak sudah membaik tanpa tau segala 'proses'nya.

Otoya menggeleng pelan. Dokter di hadapannya menghela nafas pelan.

"Ia cukup sering meminumnya. Obat itu berefek tumor yang tumbuh di otaknya, hal ini menyebabkannya koma entah sampai berapa lama. Dia harus dirawat inap. Gratis untuknya. Aku akan berusaha menyembuhkannya dengan sekuat tenaga. Kau tenang saja"

Mendengarnya, Otoya lemas seketika. Butiran bening turun dari matanya. Rasa sakit menjalar ke dadanya. Sesak. Isak tangisnya memenuhi ruangan itu.

Skip~

Langkah kaki menggema di koridor rumah sakit. Seseorang dengan gitar yang tersampir di punggungnya berlari dengan langkah kegirangan.

"TAMORI!"
Teriak seorang remaja bersurai merah sembari membuka salah satu pintu disana. Sial beribu sial, dia salah kamar. Kamar kekasihnya ada di sebelah ruangan yang dibukanya. Ia langsung menutup pintu dengan pelan. Orang orang di dalamnya menatap dalam bingung.

Skip~

"Tamori, apa kau tau? Kali ini aku lolos lagi sebagai peserta mewakili lomba menyanyi dan iringan sendirian"
Ucapnya dengan nada gembira. Sementara manusia yang diajak bicara sama sekali tak menyahut.

"Tamori, apa kau penasaran dengan lagunya?"
Lanjutnya sembari mengeluarkan gitarnya. Lantas menarik kursi agar duduk di sebelah ranjang Tamori dan mulai memainkan gitarnya.

Indahnya langit biru
Selalu menghiasi langkahku
Kala pagi menyambut hari
Serta mentari yang sinari diri

Kicau burung bergema setiap waktu
Menemani detikku yang perlahan hilang
Bayangmu slalu teringat
Menghiasi kekosongan relungku

Alunmu selalu menghiburku
Tak peduli dengan semua rasamu
Rasa sakit yang kurasa
Mendadak menghilang dari benakku

Reff :

Selalu teringat dirimu
Kala bercanda, kala tertawa
Dawai yang selalu kupetik ini
Iringi suaramu kala bernyanyi

Dunia yang slalu berputar
Tak kuasa menggerus tekatku
Tuk terus menunggumu
Yang tengah pergi berjuang dalam diam

Sampai saat itu tiba
Kutunggu kau kembali
Sampai ajal menjemput
Ku kan tetap menunggu

-End-

***

Me : "BUCIN! BUCIN!"

Otoya : "BERISIK LU KAMPANG"

Me : "GW DINYANYIIN ITU AMA LU, NGEFLY GW NJENG :*"

Otoya : "GW NYANYIIN BUAT TAMORI, OGAH GW NYANYI BUAT LU, GW NYANYI WAKTU AJA KEMATIAN LU AJA"

Me : "HWEEE TAMORI, OTOYA KEDJAAAAAAAAM" *Meluk Tamori

Otoya : "JANGAN SENTUH SENTUH TAMORI GW KAMPANG"

-Sekian thx-

-Maaf kurang lebihnya wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh-

Salam, Aru ^^

Nb : gamudeng? Baca terus sampe kamehameha dicopy Kise

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro