STEP 6 - Tidak Enak Badan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sepulang dari sekolah, jadwal Arasha untuk hari ini adalah les. Sejujurnya, tempat les yang ia akan datangi sekarang bukanlah tempat yang sama dengan tempal les Raka dulu. Karena persaingan antar bimbel (bimbingan belajar) semakin ketat, Ares memilih tempat dengan kualitas pengajar les terbaik di antara lainnya.

Bagi Arasha, pilihan Ares kali ini cukup tepat. Para pengajar begitu ramah dan penyampaian materi yang jelas, tempat les yang kondusif, serta lokasi yang terletak tak jauh dari sekolahnya.

Ada harga ada kualitas, begitulah fasilitas yang ditawarkan memang sudah sangat sesuai dengan harga. Paling mahal di antara yang lain, tidak main-main para alumni tempat les di sana juga masuk ke TOP 10 universitas se-Indonesia dengan jurusan terbaik.

"Arasha, ya?" panggil salah satu siswa yang kebetulan sedang menunggu ojol-nya datang.

"Iya?" Arasha bingung namun tetap bersikap ramah.

"Kemarin, aku belum sempet bilang. Saat pengumuman perwakilan osn, nama aku juga di sana. Aku Diva, perwakilan bidang Geografi. Kita bakalan ketemu pas pelatihan, aku bingung mau sapa kamu karena malu," ujar dia yang memperkenalkan diri dengan sebutan Diva.

Arasha terkekeh pelan. "Aduh, maaf ya aku ketawa soalnya kamu lucu. Kalau mau sapa aku, sapa aja kok. Aku gak bakalan cuek. Jangan sungkan, kita bakalan ada interaksi nanti," terangnya.

Betul juga, pikir Diva.

"Minggu depan bakalan ada grup chat perwakilan yang lolos. Nanti aku chat kamu biar kita sering ngobrol, ya," kata Arasha kemudian ia melihat arlojinya dengan angka jam sudah menunjukan pukul 14.15 WIB. "Aku pergi dulu, ya. Sampai jumpa lagi, Diva."

Bersamaan Arasha berjalan ke arah kanan, driver ojek online pesanan Diva pun sudah tiba. Diva, ia notabenya adalah teman sekelas Rachel tidak menyangka bahwa anggapan Rachel salah besar dari kenyataan.

"Kayaknya memang Rachel ada rasa benci tersendiri. Padahal Arasha baik, kenapa malah dibenci banget ya?"

***

Tempat les Arasha sudah terdapat beberapa kendaraan berupa motor dan mobil yang terparkir rapi di halaman depan. Mobil-mobil itu biasanya milik siswa siswi kelas 12 yang sudah memiliki SIM A sebagai syarat diizinkannya seseorang untuk mengendarai mobil di jalanan.

Arasha baru saja tiba di sana, tetapi sesuatu terasa tidak enak di perutnya. Rasa tidak nyaman namun ia pikir bahwa sejak pagi ia tidak salah makan maupun tidak memakan pemicu maag.

Semakin lama, rasanya semakin tidak mengenakan namun tetap saja ia harus menahannya selama di kelas.

Saat di sekolah, ia benar-benar dalam keadaan baik-baik saja. Kenapa sekarang malah sebaliknya? Ia lantas mengoleskan minyak hangat ke perutnya supaya lebih enakan.

"Miss, saya izin ke toilet dulu."

"Silakan, Arasha. Saya baru mau memberikan soal latihan ke kalian."

"Thank you, Miss Ratna."

Arasha pergi ke toilet yang berada di ujung lorong. Di dalam toilet, ia memuntahkan seluruh isi perutnya. Bukan seperti muntahan makanan, tetapi hanya ada muntahan air saja.

Tenggorokannya kering, tubuhnya gemetaran, ia segera mengambil obat yang berada di dalam saku dan menenggaknya tanpa air putih. Butuh waktu sekitar 5 menit sampai obat tersebut bekerja, dan ia segera kembali ke kelas supaya tidak tertinggal.

Soal yang diberikan oleh Miss Ratna segera ia kerjakan secepatnya. Otak cerdas Arasha mampu menjawab pertanyaan mudah dalam keadaan kepepet sekalipun. Itulah kelebihannya.

"Good, Arasha. Jawaban kamu sempurna, saya rasa kamu bisa menjawab soal TOEFL dengan nilai cukup sempurna."

"Terima kasih atas pujiannya, Miss."

Walaupun kini matanya sudah bisa kembali fokus ke papan tulis, namun sepertinya Arasha baru menyadari penyebab rasa tidak nyaman di perut hingga memicu muntah.

Pasti karena 'itu' yang sudah sangat sering ia lakukan, dan bukan karena makanan maupun obat yang ia minum. Jujur, ia memang menderita sesuatu, dan obat tadi adalah salah satu obat yang berfungsi menenangkan. Efek ngantuk dari obat tersebut sudah ia rasakan, dan Arasha mampu menahan rasa kantuk tersebut.

"Harus kuat, jangan tidur, Arasha. Ayo fokus ke materi biar papa gak marah."

***

Karena konflik internal dunia tarian, Gheko sampai harus latihan di sanggar senam karena salah satu anak divisi tradisional melaporkan dengan banyak pengaduan tidak masuk akal ke pembina. Hal ini menyebabkan banyak anak dance menjadi tidak suka.

Namun, pembina tahun ini yang baru saja menjabat dan menggantikan pembina sebelumnya dikatakan cukup 'baik' karena memberikan solusi. Tak seperti tahun lalu yang menanaktirikan anak dance karena dianggap enggan melestarikan tarian lokal.

Tahun sebelumnya, situasi lebih menegangkan daripada tahun ini. Masalah ditutup dengan tangan berat sebelah ke anak tarian tradisional.

Gheko, dia yang bukan ketua dance merasakan tekanan yang dialami oleh anak-anak lain. Mereka berjuang untuk membuktikan bahwa mereka bisa berprestasi. Setelah memenangkan lomba tarian kreasi gabungan tarian modern dan tradisional khas Bali, pembina ekstrakurikuler mereka diam dan tidak bisa menyangkal prestasi itu.

Puas? Tentu saja. Bahkan, jumlah anggota naik daripada sebelumnya.

Battle dance sudah dilakukan. Latihan kali ini untuk salah satu acara dimana timnya diundang dan dijadikan guest. Ada bayarannya tentu saja.

Beberapa orang terpecah untuk mendapatkan peran masing-masing. Gheko mendapat tugas sebagai tim koreo dan pola lantai. Lagu sudah ditetapkan, dan perlu diselesaikan sesegera mungkin.

Sayangnya, hari ini pikirannya tidak fokus ke kertas dan lagu yang tengah didengarkannya, namun malah ke bayangan wajah Arasha yang melintas di kepalanya.

Ia ingin dekat dengan Arasha, tapi keberaniannya masih sebanyak satu sepersekian persen.

Alasannya? Banyak.

"Gue anak IPS, dia anak MIPA. Gue anaknya biasa-biasa aja, tapi dia berprestasi di banyak bidang. Dia ... terlalu cantik. Gue minder, takut jomplang banget," monolog Gheko.

See? Apalagi saat kemarin dia mau mendekatinya, malah takut freak.

Takut juga dibilang modus dengan wajah Gheko yang sudah mirip seorang playboy. Ia memang ganteng juga, kok, tapi ya karena perbedaan aura saja yang membuatnya jadi takut. Aura ganteng dan cantiknya orang kan berbeda.

Arasha seperti seorang putri yang keluar dari karakter Disney, Gheko sering dibilang seperti face original dari karakter fiksi novel bertemakan badboy dan playboy. Kata Wildan dan teman satu ekstrakurikuler yang berpendapat demikian tanpa Gheko tanya.

"Mmm, coba telpon Wildan deh. Barangkali dia gak sibuk, mau nanya sesuatu." Gheko mengeluarkan ponselnya dan mencari kontak nama Wildan di layar.

Tidak butuh waktu lama bagi Wildan untuk mengangkat panggilan dari kawannya, dan ia menyapa lebih dulu.

"Yo apa kabar, Bro? Lo kangen sama gue, ya?" kata Wildan basa basi.

"Bilang sekali lagi, besok kita ketemu, sapu melayang di kepala lo sampai muncul bukit merah di sana," ucap Gheko terdengar serius meski tau Wildan melayangkan candaan.

Maklum, otaknya lagi pusing.

"To the point aja dah. Gue lagi enak tiduran, anjir."

"Oke," Gheko menarik napas terlebih dahulu. "Lo tau caranya PDKT ke cewe, gak? Anu, temen gue nanya ke gue tapi gue gak pernah pacaran lagi. Terakhir gue pacaran pas SMP kelas 7, itu juga putus setelah 5 hari pacaran." Malah curhat, tapi it's ok bohong sedikit.

"Temen lo yang nanya beneran, apa malah justru lo yang nanya?"

BUSET, WILDAN CENAYANG.

Tapi Gheko tidak boleh jujur, dia takut diledek sama temennya yang hobi fanboying Jisoo Blackpink itu. Kalau diledek sehari sih bukan masalah, tapi kalau seminggu? Mana betah.

"Temen gue beneran anjir, tapi temen online di twitter. Ada saran, gak?"

"Ada sih. Saran gue cuman dua : kalau PDKT jangan terlalu blak-blakan, terus pahami karakter dan kesukaan dia aja. Perlahan, hal-hal lain bakalan berjalan saat PDKT berlangsung. Udah gitu aja sih," kata Wildan.

Oke, Gheko paham dan segera mencatatnya di notes ponsel.

"Thanks, btw berguna banget. Temen gue semoga bisa terima masukan dari lo, Dan. Dah, sana lo tidur tapi jangan kebablasan sampai besok pagi."

"Kurang ajar."

Gheko tertawa dan menutup panggilan mereka secara sepihak. Ia tersenyum tipis, dan mulai mencoba mencari tau hal-hal yang Arasha suka. Masalah kapan ia akan mulai PDKT, tunggu saat ia benar-benar siap.

Kita lihat, apakah ini akan berhasil?

***

Hi, chapter ini finally perlahan-lahan Gheko bakal sering muncul daripada Wildan. Wildan just tritagonis yang aslinya julid guys cuman emang bestie yang cukup somplak juga kok 🤣

See you in the next chapter

- Matcha -

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro