8. Herbarium

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jun telah menunjukkan meja milik Jella tanpa keluar dari ruang dokumentasi. Pria itu menjelaskan posisi meja dengan sebuah gambar. Tanpa menunggu lama, Jella langsung menuju mejanya. Tim juga turut keluar dari ruang dokumentasi. Namun, pria yang tingginya bisa saingan dengan pintu itu berbelok dan langsung masuk ke ruang arsip.

Setelah meletakkan tas, Jella langsung jalan berkeliling ruangan kerjanya. Perlahan, wanita berambut gelombang itu melangkah ke ruang arsip. Ia pura-pura melihat sekitar sambil menyentuh beberapa benda yang membuatnya tertarik. Jujur saja, Jella sudah kepo setengah mampus pada kegiatan yang dilakukan Tim. Soalnya, pria bermata sipit itu masuk ke ruang arsip setelah sibuk celingak-celinguk.

Gerakan Jella yang sebelumnya santai, tiba-tiba jadi melambat begitu mendengar suara dari dalam ruangan. Mata besar Jella menyipit dan ia segera mendekatkan tubuhnya ke pintu ruang arsip.

"Herbarium merupakan teknik pengawetan spesimen tumbuhan dengan dua cara utama, yaitu basah dan kering. Tujuan utama pengawetan adalah untuk kepentingan koleksi dan ilmu pengetahuan."

Celah yang terbentuk antara kosen dan daun pintu, membuat Jella bisa mendengar suara itu dengan jelas. Sudah ratusan kali Jella membaca hal yang serupa. Sebagai orang yang menggeluti bidang tersebut, wanita berambut gelombang itu bisa menjelaskan definisi herbarium tanpa melihat contekan.

"Spesiemen herbarium sudah dibedakan sejak tahap pengumpulan di lapangan. Spesimen basah dimasukkan dalam cairan pengawet, sedangkan yang kering direndam dalam alkohol berkadar 70 persen. Spesimen basah dimasukkan ke ruang aklimatisasi untuk membunuh hama, sedangkan spesimen kering dimasukkan ke mesin penggarangan untuk menghilangkan air dan getah. Setelah itu, spersimen akan masuk ruang khusus dan ditempelkan di atas kertas spesimen, lalu dimasukkan ke dalam ruang penyimpanan."

Jella memiringkan kepalanya. Ia juga sudah memahami hal itu di luar kepala, tetapi ia masih bertanya-tanya, apa yang dilakukan Tim dengan buku dasar herbarium di dalam ruang arsip?

Suara Tim kembali terdengar jelas. Rasanya Jella ingin nimbrung saja. Ia sudah gemas karena pria itu membaca buku keramat seperti sebuah dongeng. Mending dongengnya niat, nadanya lebih mirip dengan anak SD yang sedang ujian membaca.

"Sebuah spesimen herbarium dapat menunjukkan distribusi tanaman langka dan yang sudah punah. Spesimen herbarium juga dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk melihat siklus perubahan iklim dengan cara menghitung jumlah karbon yang tersimpan dalam spesimen dan membandingkannya dengan keadaan sekarang."

Belum juga Jella berhasil menerobos masuk, Jun sudah muncul di depannya dan tidak lagi memegang kamera. Pria berhidung mancung itu bertanya dengan tatapan mata dan gerakan mulut tanpa suara, setelah Jella meletakkan telunjuknya di depan bibir sebagai peringatan supaya Jun tetap diam.

"Herbarium merupakan suatu bukti autentik perkembangan dunia tumbuhan." Tim kembali membaca. Ada jeda sejenak.

"Koleksi herbarium merupakan obyek studi utama yang tak ternilai harganya." Jella menyelesaikan kalimat itu dengan suara pelan.

"Lo pasti sering baca buku keramat, ya?" Jun bertanya setelah mendengar suara pelan yang melanjutkan kalimat Tim dengan lancar.

Jella tersenyum. "Lo juga bilangnya buku keramat?"

"Ye, semua orang juga bilangnya buku keramat kali. Buku setebel itu nggak bisa dibilang buku biasa. Terbitnya juga udah zaman dahulu kala." Jun tertawa.

Saat Jun tertawa, Jella bisa melihat lesung pipi kecil di sudut bibir pria itu. Pesonanya sempat membuat Jella kehilangan fokus. Jella tidak lagi mendengar suara Tim dari ruang arsip. Tanpa ia sadari, pintu ruangan itu terbuka dengan cepat.

"Bisa nggak, ngobrolnya nggak di depan sini banget?" Tim bertanya dengan nada kelewat songong.

Jun tertawa. "Ada yang ngamuk. Pindah ke sofa aja, yuk."

"Berisik, tahu, nggak!" Tim cemberut dan menatap dua orang di depannya dengan sinis, kemudian ia membanting pintu dengan keras.

"Kayaknya dia beneran mau pastiin kalo pintunya ketutup." Jun mengangguk sambil mengambil remot TV.

Jella melongo, kemudian menoleh pada Jun. "Tuh, orang emang ada gila-gilanya, ya?"

Mendengar pertanyaan tidak biasa dari wanita berponi itu, Jun langsung mengalihkan pandangannya dari TV. Kini, ia fokus menatap Jella.

Jella yang merasa tengah diperhatikan, langsung salah tingkah. Ia sampai harus membuang pandangannya jauh-jauh dari Jun. Pipinya juga jadi terasa panas.

Jun tertawa kecil dan kembali menatap TV yang menampilkan sebuah tayangan.

Begitu Jun tidak lagi menatapnya, Jella mengembuskan napas lega. Kini ia juga turut memperhatikan tayangan di TV. Sepertinya, video itu adalah hasil dokumentasi penelitian.

"Akhirnya, ada yang sadar kalo orang itu agak gila. Emang banyak kurangnya, sih, tapi emang bener, Tim itu salah satu staf sampling lapangan yang paling kompeten. Video ini hasil dokumentasi penelitian terakhir dia." Jun masih terus menatap TV.

Jella terperangah sejenak. Ia bisa melihat video yang menunjukkan pemandangan luar biasa. Begitu banyak jenis tumbuhan yang terlihat dalam satu waktu. Warna hijau memenuhi layar. Sudut pengambilan gambarnya juga epik. Diam-diam, Jella langsung terpukau. Saking terpukaunya, ia merasa seolah-olah tengah berada di tempat video itu dibuat.

Pria berkemeja hitam itu menyandarkan tubuhnya di sofa dan kembali bicara, "Anaknya emang agak-agak, tapi kalo di lapangan, lo bisa percayain nyawa lo ke dia. Tim itu doyan banget ke hutan. Dia bisa agak ceroboh kalo kerja di lab, kalo nggak dikasih jatah masuk hutan atau nggak, minimal keliling kebun raya. Ada yang lebih aneh lagi, Tim doyan ngobrol sama pohon. Lo tahu pohon gede di sebelah? Nah, Tim suka nongkrong di sana. Daripada di lab, kayaknya dia lebih sering ada di bawah pohon itu."

Jella mengerutkan dahi. Ia bisa mengerti semua penjelasan Jun, tetapi ia tidak bisa mengerti alasan pria tampan di sampingnya ini harus repot-repot menjelaskan. Terlebih lagi, ia menjelaskan tentang Tim. Rasanya Jella ingin protes, lebih baik Jun membicarakan dirinya sendiri ketimbang harus menjelaskan Tim dengan panjang lebar seperti tadi.

"Lo pasti bingung, ya? Kenapa gue tiba-tiba jelasin tentang Tim?"

Waduh, selain ganteng, dia juga punya kemampuan cenayang. Kok, lebihnya banyak banget ini orang?

Wanita berkemeja kuning itu masih bengong ketika Jun mematikan TV. Namun, perhatian Jella langsung fokus ketika pria itu menjentikkan jari di depan wajahnya.

"Lo sama Tim bakal gabung jadi satu tim di proyek penelitian Bu Alia, makanya gue jelasin. Ngeliat recoknya kalian berdua, gue yakin, kalian pernah ketemu sebelumnya, tapi gue nggak yakin lo tahu tentang Tim."

Jella langsung menelan ludah. Ia fokus pada kalimat pertama Jun. Ia dan Tim akan bekerja bersama. Wanita bermata besar itu sampai mengerjap tidak percaya.

Apa Tuhan nggak dengerin doa gue, ya?

***

Terima kasih sudah membaca dan berkenan vote.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro