[ 1 ]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng




Ia berjalan dengan santai diantara para mahasiswa yang menatapnya kagum. Beberapa kali tersenyum saat mendengar ucapan selamat keluar dari mulut mereka. Sedangkan Jimin yang ada di belakangnya hanya bisa memutar kedua bola matanya malas.

"Taehyung." ia menepuk pundak lelaki yang lebih tinggi darinya, mencoba mendapatkan perhatian. Taehyung pun reflek menengok kearah belakang, menatap Jimin heran.

"Aku tahu dengan benar kau tidak akan mungkin mendapatkan nilai terbesar. Sekarang katakan padaku, apakah kau mengambil kunci jawabannya?" langkah Taehyung seketika terhenti. Ia menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, dan kupingnya pun memerah.

Kemudian Jimin tertawa. Sangat keras dan tanpa berperikemanusiaan. Taehyung sampai harus membekap mulut sahabatnya agar orang orang berhenti menatap mereka berdua dengan muka kesal.

"Berisik. Seperti perempuan Jepang saja." Taehyung berkomentar. Tidak terima bahwa sahabatnya selalu saja bertingkah berlebihan.

"Sudah kuduga Kim," ia menjeda kalimatnya. "Otakmu itu sekecil biji—

"Ada apa dengan biji?" suara serak seseorang menghentikan Jimin untuk berbicara. Kemudian ia berbalik dan langsung membulatkan matanya saat mengetahui siapa pemilik suara tersebut.

"Seonbae!"  Jimin tersenyum senang. Yoongi dengan malas memperhatikan Jimin dari kaki sampai pucuk kepalanya, kemudian mengalihkan pandangannya kearah Taehyung.

"Taehyung-ah, tolong beritahu Namjoon aku tidak akan hadir malam ini." Yoongi membenarkan letak tasnya yang ia sampir di satu bahu, menghiraukan tatapan memuja dari lelaki yang berada disamping Taehyung.

"Tugasku padat, dan aku tidak peduli dengan percintaan yang ia alami." kemudian melihat kearah pergelangan tangan kirinya, dimana jam tangan kesayangannya berada dan menghela nafas.

"Sial, aku sudah telat." sebelum Yoongi dapat melangkahkan kakinya, Jimin sudah terlebih dahulu mencengkram tangannya. Taehyung pun terdiam, memperhatikan kedua sosok didepannya dengan bosan.

"Seonbae, ingat aku tidak?" Yoongi mendecih melihat tatapan memelas dari Jimin, dan dengan kasar melepaskan genggaman mereka.

"Tidak ingat, dan tidak ingin mengingat." setelah itu ia pergi, menghilang diantara kerumunan mahasiswa lainnya.

"Sudah kubilang, Yoongi hyung bukanlah orang yang seharusnya kau kejar. Dasar keras kepala."

"Aku tidak mengerti Kim, ada apa diantara kalian berdua?" Jimin mengeluarkan suaranya ketika mereka berdua kembali berjalan beriringan.

Taehyung tersenyum maklum, melingkarkan tangannya di pundak Jimin. Gerakan yang membuat Jimin mengumpat karena merasa terbebani oleh berat tubuh sahabatnya.

"Dia teman hyungku, dan sepertinya kita cukup cocok." Jimin mencubit Taehyung, hanya sekali namun menggunakan ujung kukunya.

"Sial. Maksudku bukan dari segi itu." Taehyung mengaduh. Langkahnya kembali terhenti saat mereka telah sampai didepan kelas Jimin.

"Baguslah. Lagipula kau sudah mempunyai namjachingu kan?" Jimin tersenyum jahil saat melihat sahabatnya mengeratkan genggamannya di buku yang ia bawa.

"Tolong ingatkan aku kenapa kita bersahabat." yang lebih tua meringis dan menepuk bahu sahabatnya.

"Entahlah." Jimin bergumam, "mungkin karena aku manis?"

"Menjijikan Park." balasnya sambil menyisir rambutnya kebelakang, dan mendapatkan decihan dari Jimin.

"Aku masuk dulu, sampai nanti Jack." Jimin mengedipkan matanya jahil sebelum masuk kekelasnya, meninggalkan Taehyung yang termenung sendirian.






Sore itu kebetulan Taehyung tidak mempunyai kelas lagi sehingga ia bisa bersantai sejenak. Ia merasa otaknya akan konslet jika terus menerus dipaksa untuk mengerti rumus. Jadi ia memutuskan untuk duduk di bawah pohon sambil menikmati semilir angin dengan telinga yang tersumbat earphone.

Seharusnya jika ia tidak berjanji akan mengantar Jimin pulang, ia pasti sudah berada didalam selimut sekarang. Sedang tidur nyenyak memimpikan bidadari kecilnya.

Teringat akan sesuatu, Taehyung pun mengeluarkan handphone nya dari saku dan membuka salah satu aplikasi yang telah dibanjiri notification. Senyumnya melebar melihat betapa antusiasnya para penggemar ketika tahu Taehyung akan menghadiri beberapa acara musik minggu depan.

Menurut Jimin, hal yang dilakukan Taehyung itu sia-sia. Ia selalu bilang bahwa itu hanya akan membuatnya makin merana. Walaupun bagaimana pun juga, Taehyung bukanlah orang yang pantang menyerah. Ia selalu berharap agar hubungan penggemar-idola ini segera musnah.

Menghadiri acara musik adalah salah satu cara ia bisa dekat dengan Jungkooknya walaupun terhalang lens kamera.

Ia tersadar dari lamunannya ketika merasakan tepukan pelan di pundaknya. Memasang wajah ramahnya dan membalas sapaan dari Jihoon yang terlihat kikuk.

"Jihoon-sshi, ada apa?" ia menaikkan alisnya dan bertanya dengan suara serak, membuat Jihoon makin mematung di tempatnya.

"A-ah, a-apakah seonbae sibuk h-hari ini?" balasnya bertanya dengan gugup, membuat Taehyung terkekeh kecil.

"Entahlah, aku sedang menunggu Jimin." Jihoon mengangguk paham sambil menggigit pipi dalamnya menahan malu. Kemudian menyodorkan satu paperbag berwarna putih gading dengan hiasan emas kepada Taehyung.

"A-aku membuatnya k-kemarin, jadi aku ha-harap seonbae mau menerimanya."

"Aku tidak tahu Park Jihoon yang terkenal ini ternyata gagap bicara." Jihoon membulatkan matanya mendengar ucapan Taehyung, lalu menggeleng keras.

"Aku bercanda," Taehyung tersenyum. Berdiri dari duduknya dan mengusak rambut kemerahan Jihoon sekilas.

"Akan kuterima," Ia mengambil paperbag tersebut dan beranjak pergi.




___

yeorobun aku gajago
ngedit maapkeun
❤️ ini buat yg udah lumutan
nungguin wkwk

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro