20.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pertemuannya dengan Jonghyun sedikit mengusik hatinya. Rasa itu masih ada meskipun sedikit, dan perubahan pada tatapan pemuda itu membuat jantung Minji sepersekian detik berdebar tak karuan. Ya jelas aja. Dia mengagumi Jonghyun sejak masa ospek, kemudian berakhir dekat karena UKM. Perjuangannya untuk dekat dan nggak kelihatan mengagumi itu susah-susah gampang. Begitu juga sekarang, ketika dia bertemu kembali setelah sekian lama dia lupa akan eksistensi cowok yang disukai dulu.

Namun, lagi-lagi dia harus ingat bahwa Kim Taehyung adalah pacarnya. Memang sikap manisnya dengan cowok berandalan itu tidak diperlihatkan secara terang-terangan. Bisa-bisa Taehyung berubah menjadi lebih gombal, dan Minji males banget harus mendengar gombalan yang receh abis setiap saat. Bukan, bukan nggak suka. Minji cuma gengsi kalau-kalau Taehyung mergokin muka meronanya kayak tadi siang.

Netranya melihat Taehyung dikejauhan. Cowok itu kalem, tapi mulutnya brengsek. Kalo udah ketemu sama temrn-temennya, dia berubah jadi kekanakan banget. Seketika Minji tersenyum dikala melihat Jimin memukul kepalanya karena menumpahkan ornage juice. Minji harus akui bahwa pacarnya itu emang patut digemari oleh para gadis. Dia juga bisa melihat kalau beberapa cewek yang duduk dekat meja mereka melirik penuh minat.

Sesaat Minji cuma bisa tersenyum. Dirinya semacam kemakan omongan sendiri. Semua perkataan benci itu justru jadi bumerang yang balik nyerang dia, kemudian menimbulkan rasa suka hingga dia memutuskan untuk jadian beneran dengan cowok berandal itu.

"Abis ini giliran lo," Duo JJ menghapus lamunan Minji saat itu. Dia menatap si cebol Jiyoon yang kesusahan bawa gitar. Sementara Jiyoung buru-buru nyamber botol air putih yang disediakan untuk para performer.

"Sip coy, anjir deg-degan nih. Jam terbang gue kan belum sebanyak kalian." Minji berkata gugup. Jiyoon cuma tersenyum tipis.

"Lama-lama juga kebiasa. Ya udah, cepetan. Kak Heechul nge-mc nggak bisa lama-lama juga. Sana ambil gitar lo."

Minji mengangguk, dan melangkah untuk mengambil gitarnya setelah merasa gugup kayak mau presentasi skripsi aja, padahal skripsian aja juga belom. Intinya adalah dia sedang demam panggung sekarang.

Semakin Minji melangkah, semakin dia merasa sesuatu yang janggal terjadi di ruang tunggu itu. Tampak berantakan, dan juga dipenuhi oleh remah-remah-remah kayu. Minji berusaha menyelidiki dengan mengamati semua remahan kayu yang berasal dari sebuah tas hitam di pojokan. Ah, perasaannya mulai tidak enak. Apalagi ketika dia membuka tas gitar dan menemukan gitarnya hancur, sama sekali tidak bisa dipakai.

"Anjir, ulah siapa coba. Mana abis ini gue lagi," protes Minji di keheningan ruang tunggu. Dia bakalan cari siapa pelaku penghancuran gitarnya ini. Matanya menatap sekeliling, dan menemukan semua cctv di ruangan itu tertutup oleh permen karet.

Sekali lagi, Minji mengumpat. Dia memutuskan untuk tidak tampil aja malam itu. Namun, jelas dia nggak bisa seenaknya. Tim acara udah susun semua jadwal performer sampai acara ini selesai. Dikejauhan, Minji bisa mendengar Heechul mulai mengalihkan minat penonton untuk memperhatikan live music selanjutnya.

"Kamu ngapain di sini? Cepetan ke belakang panggung, sedikit lagi kan kamu tampil." Jonghyun menghampiri Minji saat itu.

Seakan mendapat sedikit pencerahan, Minji buru-buru ngomong, "Kak, bantuin aku ya, please?"

"Bantuin apa?"

Minji mengembuskan napas kasar. "Ada yang hancurin gitar aku di ruang tunggu. Aku nggak bawa instrumen cadangan buat live. Jadi, aku mau pinjem gitar Kakak, boleh ya?"

Jonghyun tampak berpikir sebentar sebelum mengambil ponselnya dan mengangguk. Tak lama berselang, pemuda itu menyodorkan ponselnya yang sudah tertera beberapa list lagu yang akan dibawakannya kelak.

"Karena Kakak perform sehabis kamu, ada baiknya kita duet sekalian. Kita bisa bawain lagu-lagu yang biasa kita nyanyiin pas latihan di UKM. Gimana menurut kamu?"

Minji mengangguk dengan semangat. "Ide bagus, Kak!"

~

Taehyung sangat menunggu-nunggu hal ini. Dia suka ketika Minji menyanyi dengan sepenuh hati, tapi dia nggak bisa sering-sering nyuruh Minji nyanyi. Alasannya karena Minji itu galak, dan kalo dipaksa-paksa mulu yang ada gadis itu berubah menjadi barbar. Meskipun sayang, Taehyung nggak mau jadi sasaran kemarahan pacarnya sendiri.

"Eh Irene," sapa Jimin yang kebetulan sedang melirik ke sekumpulan teman-temannya yang baru aja lewat.

Irene menoleh, lantas menebar senyum tipis. "Oh, Halo Jim. Apa kabar?" Irene mengatakan hal itu sambil melirik ke arah Taehyung yang bodo amat sama kehadirannya.

"Baik. Lo tumben ke sini." Jimin basa-basi karena dia sudah terlebih dulu menegur Irene.

"Yah, kebetulan lewat dan gue haus banget. So, mampir sebentar."

"Gimana, enak kan kopi buatan cafe gue?" tanya Seokjin dengan percaya diri. Untungnya Irene tersenyum saja, yang membuat cowok-cowok disekitar mereka bersiul karena tertarik.

"Yah, enak kok. Tapi bikin gue ngunyah permen karet mulu karena pahit. Atau gue nggak biasa minum kopi kali, ya. Biasanya ada yang ingetin sih," seloroh Irene sambil mengedikkan bahunya. Taehyung tahu bahwa gadis itu berusaha untuk menarik minatnya untuk sekadar menoleh dan ikut berbicara. Tapi, Taehyung sama sekali nggak mau basa-basi lagi dengan gadis kayak Irene.

Karena nggak ada tanggapan, Irene memutuskan untuk melangkah pergi. "Have fun, guys! Gue pulang dulu."

Hanya segelintir orang yang memperhatikan ucapan perpisahannya, atensi mereka teralih pada dua sosok yang sibuk menyiapkan performance selanjutnya.

Irene hanya menyeringai sambil mengunyah permen karetnya. Sementara Taehyung mulai mengernyit nggak suka ketika Minji duduk berdampingan dengan Jonghyun di depan sana.

~

unedited. ngebut. wkwk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro