28.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saat sampai di rumah sakit, Taehyung sudah melihat kedua orangtua Minji dan teman-temannya. Juga ada Jimin dan Jungkook yang menunggu kedatangan Taehyung. Keadaan sangat genting, semua wajah di situ tampak sedih dan murung. Bahkan, Jiyeon menangis di bahu Hoseok saat ini.

"Tante, gimana keadaan Minji?" tanya Taehyung kepada Sooyooung yang murung, ditemani Seunghyun sang suami yang menenangkan dengan cara mengelus punggung istrinya. 

"Kamu liat sendiri aja, Nak Taehyung." Begitulah kalimat yang terlontar untuk menjawab pertanyaan calon menantu. Jantung Taehyung semakin berdegup, takut menghadapi kenyataan yang sudah tergelar di depannya. Dia menatap ragu-ragu ruang rawat Minji, antara ingin masuk atau kembali pulang aja.

"Lo masuk aja, Tae. Perlu gue temenin?" tanya Jimin yang merasakan kekhawatiran Taehyung kepada Minji. Pemuda bermarga Kim itu mengembuskan napas dengan berat kemudian menatap Jimin serius.

"Nggak usah. Gue masuk sendiri aja." Diakhiri sebuah tepukan pelan di punggung Jimin, akhirnya Taehyung memberanikan diri untuk membuka kenop pintu ruang rawat.

Sepersekian detik, Taehyung ngerasa ada sesuatu hal yang aneh. Apa mungkin ini adalah imajinasinya belaka? Tapi, dia bisa merasakan ketukan yang berasal dari kacang yang dilempar dari arah tempat tidur.

"Anjir, baru dateng sekarang. Ke mana aja lo?" Yang ngomong kayak gini adalah Minji, dengan gips di kaki dan sebuah hansaplast di sudut keningnya. Mulutnya sibuk mengunyah cemilan yang ada di dalam pelukannya.

"Lo baik-baik aja?"

Minji memutar matanya jemu. "Patah tulang kaki dan sedikit luka tiga jahitan di dahi. Menurut lo, gue baik-baik aja?" jawab Minji ketus. Namun, sepersekian detik kemudian Minji hampir saja tersedak keripik kentang. Alasannya adalah karrna pemuda Kim itu memeluknya secara tiba-tiba dan sangat erat.

"Gue bersyukur banget lo masih bisa ngomong dan ngeselin kayak gini. Gue sempet berpikir kalo mungkin—"

"Gue mati?" lanjut Minji. Taehyung semakin menguburkan wajahnya di bahu Minji. Sementara gadis itu menghela napas dan mulai mengusap lembut punggung pacarnya.

"Tenang aja, gue nggak bakal ninggalin lo. Kecuali lo yang pergi ninggalin gue."

Taehyung menarik pelukannya, menatap Minji dengan intens. Dia agak malu karena ingus sempat berleleran di baju Minji, bahkan sedikit tersisa di hidungnya. Namun, Minji nggak kelihatan jijik. Dia cuma boyor kepala Taehyung karena udah jorok banget.

"Lagian, kok lo bisa begini, sih? Abis ngapain emangnya?"

Well, Minji menceritakan semua kejadian tanpa terlewatkan sedikitpun. Awal mulanya adalah ketika dia ingin menyelamatkan anak kucing yang berada di atap rumah tetangganya. Bermodalkan nekat, dia melewati balkon dan berjalan di atas atap untuk menyelamatkan kucing itu. Namun setelah kembalinya, kakinya tergelincir lumut dan akhirnya dia jatuh ke halaman belakang. Sungguh, saat itu Minji selain malu karena jatuh di halaman belakang tetangganya, dia juga menghancurkan satu rumah kucing yang baru saja dibangun.

"Makanya badan gue masih pegel banget nih," keluh Minji sambil meringis menahan sakit. Taehyung masih berusaha menahan senyum. Dia nggak tahu harus kasian atau ngetawain kecerobohan Minji itu.

"Gue tahu cara biar lo nggak pegel-pegel banget."

Seusai Taehyung ngomong begitu, Minji menoleh dengan semangat.

"Apa-apa?" Minji menjadi tidak sabaran. Taehyung tersenyum dan membisiki Minji setelahnya.

"Gue cium, gue yakin sakit lo cepet sembuh."

~

Unedited.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro