29.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gila!

Taehyung emang gila!

Rasanya, dia sengaja membangunkan singa yang sedang tertidur dengan becanda kayak begitu. Well, sebenarnya dia nggak sepenuhnya becanda. Dari kata-kata penuh modus itu, dia serius kangen sama pacarnya sampai-sampai ada keinginan untuk mengecup ranum itu.

Tapi, itu hanya sebatas angan belaka. Karena secara spontan Minji malah mendorong Taehyung hingga dia harus jatuh terjembab. 

"Kan sakit bokong gue jadinya," ringis Taehyung sambil bertumpu pada dinding ruang rawat. Minji mendengkus sebal, nggak tahu aja kalau dia lagi mati-matian untuk tidak kelihatan merona karena kalimat itu.

"Lagian lo asal aja kalo ngomong!" Minji bersungut-sungut sambil membuang pandang ke arah lain.

"Kan belom dicobain, makanya lo bisa bilang gitu. Coba aja kalau—IYA IYA, BECANDA. JANGAN DICUBIT!" Taehyung mengusap-usap lengannya secara berkala. Minji jadi sebel banget. Rasanya dia kepengen nendang bokong pacarnya dan langsung terlempar ke samudra antartika. Tapi, kakinya lagi di gips. Dia juga tidak punya kekuatan super sehingga bisa mengalokasikan Taehyung bermil-mil jauhnya dari Korea.

"Ada apa sih ribut-ribut?" Seunghyun terpaksa harus masuk ke dalam ruang rawat. Mendengar suara gaduh dari luar, firasatnya tidak enak. Biar bagaimana pun, ini lagi di rumah sakit.

"Nggak apa-apa kok, Om. Aku cuma kepleset aja," kata Taehyung sambil meringis kecil. Minji sih diam aja, kembali fokus sama keripik kentang dan kacangnya.

"Beneran? Kok kedengarannya berisik banget dari luar?"

"Biasa, Pa. Taehyung lagi ngasih unjuk gerakan sirkus," jawab Minji asal. Seunghyung melihat gelagat aneh keduanya, kemudian berdeham pelan.

"Papa belum siap dapet cucu. Lagi pula, ini di rumah sakit. Papa harap kalian cerdas memanfaatkan keadaan."

Minji tersedak, dan Taehyung buru-buru menyodorkan air putih walau dia juga sempet salah tingkah.

Yakali deh Om di rumah sakit, nggak romantis banget, batin Taehyung.

"Papa ngomong apa, sih? Kita nggak ngapa-ngapain dan nggak akan ngelakuin hal seperti itu sebelum nikah!"

Taehyung tersipu malu. "Oh, jadi mau nih nikah sama gue?"

Ditanya begitu, jantung Minji jadi berdegup tak karuan lagi. Dia memilih untuk bungkam dan membuang pandangnya ke mana saja—asal bukan ke arah Taehyung.

~

"Rene, are you okay?" Sooyoung menatap khawatir Irene ketika dia masuk ke kamar gadis itu. Berantakan, gelap dan terlihat menyedihkan. Ada satu tray berisi sarapan dan makan siang yang belum disentuh sama sekali. Malahan, sepertinya Irene memang sengaja tak mengisi lambungnya sejak kemarin.

Irene hanya tersenyum simpul, kembali menyamankan tubuhnya pada setumpuk bantal di sekitarnya.

"I'm okay." Jawaban simpul itu jelas suatu kebohongan, Sooyoung tahu hal itu. Dia pun berbaring di samping Irene dan memeluk sahabatnya itu.

"If you want to cry, do it." Sooyoung berkata dengan pelan. Sempat terdengar kekehan pelan untuk meremehkan kalimat tak masuk akal Sooyoung. Namun gak berapa lama, bahu Irene naik turun karena isaknya yang mulai intens.

Sooyoung tak berkata apa-apa. Dia tahu hal ini terjadi karena kebodohan Irene sendiri. Ada hal-hal yang bisa diubah, namun juga banyak hal yang tidak bisa memberikan keutuhan yang sama.

Seperti hubungannya dengan Taehyung. Siapa pun tahu, bahwa semuanya telah berakhir. Obsesi Irene hanya sekadar takut terkalahkan karena pamornya yang berkelas. Lagi pula, Irene pun tidak bisa mengetahui secara jelas perasaannya kepada Taehyung. Singkatnya, kebenciannya kepada Minji sangat tidak beralasan.

"Dah, jangan nangis lagi. Lupain semua dan jadi Irene yang baru, yang kuat dan nggak cengeng kayak gini. Mana Irene yang savage kayak dulu?"

Irene menelan tangisnya dan mengusap wajah basahnya. Dia tersenyum karena setidaknya hidupnya masih menyenangkan karena ada sahabat yang baik dan mengerti dirinya.

"Kayaknya gue harus balik ke US," ujar Irene mendadak.

"Hah, serius? Maksud gue, kok mau ke sana lagi? Gue pikir, lo udah nggak balik-balik ke sana lagi."

"Fashion week kan sebentar lagi, lo lupa kalo temen lo ini seorang model ternama?"

Mendengar kalimat narsistik dari Irene, Sooyoung tertawa dan memeluk singkat sahabatnya itu. Dia cukup bernapas lega, setidaknya Irene masih mau bicara dengannya.

"Tapi sebelum ke sana, temenin gue mau nggak?"

"Ke mana?" tanya Sooyoung.

"Ketemu si dada rat—maksud gue Minji."

Sooyoung sedikit terbelalak. "Serius lo?"

Irene mengangguk, walau sempat terbesit keraguan di dalam dirinya.

"Ya, harus. Gue mau pergi dengan tenang."

~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro