VIII - PERNYATAAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Jadilah istriku, dewi Nawang Wulan." –Jaka Tarub

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Seminggu telah berlalu. Wulan benar-benar menikmati hari-harinya disini. Setiap hari, Jaka selalu membawanya menyusuri tempat-tempat indah yang baru diketahuinya sekarang. Hidupnya seketika menjadi berwarna, Wulan mempercayai Jaka sepenuhnya. Bukan hanya karena acara jalan-jalan mereka, tapi karena, Wulan mencintai Jaka.

Ribuan orang biasanya bagai tak bernyawa. Kadang manusia lain kelihatan cuma ngontrak, dunia serasa milik berdua.

Entah darimana rasa itu muncul. Mendadak singgah di hatinya. Rasa ingin terus bersama, dan dilindungi. Semua sikap dan perlakuan Jaka kepadanya, alunan musik dari gitar dan suara merdu Jaka tiap malam di teras rumah membuat Wulan merasa alasan cintanya sudah cukup. Keterbukaan Mama dan Papa Jaka membuat Wulan merasa sangat diterima.

Hingga Wulan baru sadar, besok, delapan Agustus adalah hari ulang tahunnya. Ia masih disini, menunggu kabar Kezia akan transferan uangnya. Sekedar meminjam uang untuk mengurus paspor, bagi Kezia asal Wulan bisa kembali, apa saja diberikan.

Namun, selama ini ada sesuatu yang mengganjal, Wulan seringkali melihat Jaka membawa sebuah box super mini yang dibalut kertas emas. Entah isinya apa, tapi Jaka melarang siapapun membuka barang pribadi miliknya, termasuk box itu.

Jaka tahu masalah Wulan yang kerap kali sendirian di Singapura, Wulan juga tahu saat Jaka terkadang merasa tertekan dengan tuntutan Ayahnya. Tapi mereka berusaha saling menguatkan, dan meyakinkan bahwa mereka bisa melalui semuanya.

Di sisi lain, Jaka tengah asyik berbincang dengan Evan melalui telepon.

"Jadi, selama ini dia belom tau?"

"Belom, jangan deh. Hidup gue udah cukup indah. Bisa ancur kalo dia tau."

"Tapi cepat atau lambat, kebohongan lo pasti kebongkar. Kalo dia tau, dan dia pergi?"

"Gue...gue udah telak jatuh sama dia, boy. Gue gak bisa lepasin dia."

"Kalo gitu, ya tembak lah, bos. Ada hubungan dulu seenggaknya."

"Belom yakin."

"Nih, Jak. Lo gak bakal tau perasaan dia ke lo gimana kalo belom lo coba. Lagian, mau sampe onta bertelor kalo lo cuma gantungin dia gini, kalo lo gak ngomong, dia juga gak bakal tau perasaan lo ke dia gimana. Udeh, tinggal nunggu dicolong orang aja tu jemuran."

"Sembarangan abis." Jaka mengitari kamarnya, lalu tanpa sengaja melirik kearah kalendar gantung di dinding. Oh, ia pernah menandai hari lahir Wulan diam-diam dulu, lihat dari paspornya.

"Oh, besok bidadari gue ulang tahun, tengah malem aja apa nih?"

"Cheesy sekali. Boleh lah, sekalian kasih surprise bos!"

"Bener juga."

Tak lama obrolan mereka berakhir. Sempat menyinggung soal ujian kampus yang juga sudah semakin dekat. Tapi pikiran Jaka sudah dipenuhi oleh Wulan. Tak bisa lagi memikirkan yang lain.

Jaka tak punya banyak waktu. Ia langsung pergi diam-diam saat Wulan membantu Mama memetik stroberi di taman belakang rumah. Membeli beberapa barang untuk 'acara' nanti malam. Bedanya, beruang putih ini mengenakan dress merah dan nampak cantik.

Sesampainya dirumah, tampak Wulan tengah berbincang dengan Papa di ruang tamu. Tak mau berburuk sangka dulu karena obrolan mereka pun terlihat ringan. Jaka sempat menguping dibalik pintu.

"Udah berapa lama kalian, nak?"

"Baru empat bulan, Om." Jaka tak habis pikir, Wulan sangat totalitas.

"Oh bagus. Om kira tuh, anak berandal kayak Jaka susah disukain cewek. Om awalnya gak yakin, kamu beneran cinta sama anak Om?"

Ditatapnya Wulan, senyumnya tampak mengembang sedikit. Lalu menjawab dengan matang. "Iya, Om. Aku cinta."

***

Matahari berganti bulan, terik berganti teduh, hari menjadi malam. Wulan tengah asyik melihat hasil fotonya dari dalam box berisi kamera dan cetakan polaroid miliknya. Sesekali bersenandung merdu karena speaker ponselnya memainkan lagu bahagia. Namun senandungnya berhenti kala ia tiba-tiba mengingat bahwa Jaka hari ini sama sekali tak menganggapnya ada.

Tepukan atau sekedar sapaan bahkan tak dihiraukan oleh pemuda itu. Wulan jadi ragu, merasa takut juga heran. Memang bukan masalah kalau Jaka tidak mengetahui hari lahirnya esok, karena perlakuan hangat lelaki itu sudah cukup menjadi hadiah untuknya. Tapi kalau diacuhkan seperti ini, tidak bisa.

Tak sadar, waktu sudah masuk tengah malam. Ponselnya bergetar terus menerus, notifikasi ucapan ulang tahun dari kawan-kawannya memenuhi layar ponselnya. Wulan tersenyum, sesekali tertawa pelan karena ada saja dari mereka yang mengirimkan video ucapan konyol.

Tok!Tok!

Ketukan itu lagi. Jaka? Apa mungkin? Jaka sendiri bahkan sangat dingin hari ini. Wulan memutuskan untuk membuka pintu begitu saja, tapi nihil, tak ada orang. Hanya ada sebuah kertas dan boneka beruang putih mengenakan rok merah di depan pintu. Sukses membuatnya merinding, untunglah akhirnya ia sadar setelah meraih boneka dan kertas tadi. Kertas ucapan ulang tahun.

'Happy Birthday, Wulan. Terimakasih karena sudah lahir.'

Wulan tertawa kecil di perbatasan pintu. Matanya kemudian menangkap sesuatu, seperti lilin, berjalan sendiri, tidak. Ada seseorang dari kegelapan ruang tamu, melangkah perlahan kearahnya, lalu tersenyum saat sampai di hadapan gadis itu. Wulan sempat takut, juga kaget. Tapi dua hal tadi tergantikan dengan bahagia yang secara tiba-tiba datang.

Jaka menyanyikan sebait lagu ulang tahun untuknya. Dengan membawa kue cokelat kecil dan dua lilin kecil menyala diatasnya. Menggunakan topi segitiga, dan mengeluarkan satu lagi untuk dipakaikan di kepala Wulan.

"Selamat Ulang Tahun, Wulan. Make a wish and blow this candle for me, ya?"

Kantuknya mendadak hilang, Jaka sukses membuatnya merona lagi. Wulan menurut, ia menutup mata dan mengucapkan beberapa harapan dalam doanya, kemudian meniup lilin dengan senyum yang tak juga luntur.

"Kok, tau?"

Jaka tersenyum hangat. Lalu mengangguk, mengisyaratkan Wulan agar tak banyak bertanya. Jaka kemudian, mengumpulkan nyali untuk sekedar menyatakan perasaannya. Malam itu juga. Dengan gadis yang sungguhan ia cinta, memecahkan skenario palsu mereka sendiri, menciptakan hubungan nyata diantara keduanya.

Hubungan yang benar-benar ada.

"Wulan..."

"Iya?"

"As long as you're with me, everything's gonna be alright. So, be mine, please?"

***

896 words.

Tbc.

xoxooooo!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro