Leila S. Chudori - Pulang

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Akhirnya ane bisa nemu buku ini setelah dua kali kehabisan di marketplace. Udah dimasukin keranjang pas flash sale, eh kehabisan pas mo bayar. Itu pun di Shopee sama Tokped Gramed lho.

Ane pun dapet di Gramed daring (dan lucunya: barangnya langsung habis 5 menit setelah lunas).

Buku ini emang rada susah nyarinya. Ane nanya ke temen gak punya. Nyari di Perpustakaan Nasional sama iPusnas gak ada. Waktu itu ane nyari sekalian meet up di Perpusnas sih.

Awalnya ane nyari buku itu buat riset. Ane sempet kepikiran bikin cerpen latar tahun 1965 cuman gak jadi. Udah mah nyari bukunya susah, tema sensitif, dan risetnya nyaris gak ada petunjuk. Akhirnya ane nyerah deh.

Kebayang kalo cerita kek gitu jadi lapak ane. Bisa-bisa followers yang sesedikit temen-temen di komunitas malah gak naik.

Apa kelebihan buku ini sampe ane ngebet pengen baca?

Sedikit Peringatan

Novel ini terdiri atas dua bagian. Bagian pertama menceritakan kehidupan Dimas Suryo, seorang wartawan yang "terjebak" di Paris. Bagian kedua menceritakan soal Lintang Utara, anak Dimas Suryo, yang mengerjakan tugas akhir di Jakarta. Meskipun fokus utama ada pada kedua karakter itu, ada bab lain yang diceritakan dari sudut pandang karakter lainnya. Hal itu membuat cerita semakin jelas dari sudut pandang yang berbeda.

Buku ini sempet bikin ane kesel. Soalnya ....

Trigger warning:

Ada beberapa adegan erotis yang digambarkan eksplisit. Tidak untuk di bawah 17 tahun.

Ane kaget pas baca bab-bab awal langsung disuguhin ....

Meskipun ane baca erotica dan ecchi sekalipun, penggambarannya diksi tingkat tinggi dan kiasan. Kadang pula berbentuk fan disservice alias ujung-ujungnya gore ato bikin muntah.

Berhubung latarnya di Paris ... ya emang orang Paris seperti itu. Gak heran.

Ini kali kedua ane kena jebakan adegan dewasa tanpa peringatan di blurb sebelumnya setelah How The World Makes Love.

Nasib Malang Karena Relasi

Pulang juga menceritakan bagian sejarah Orde Baru yang kelabu: nasib keluarga eks tahanan politik.

Masalahnya sederhana. Hanya karena pernah berhubungan dengan orang PKI dan ada salah seorang wartawan dari Masyumi, nasib sekelompok orang dari kantor berita itu kacau. Mereka yang saat itu sedang mengikuti konferensi di Santiago tidak bisa pulang ke Indonesia karena paspor mereka dicabut. Mereka terpaksa tinggal di Paris dan terpisah dari orang-orang terdekat.

Ironis memang. Ketidakadilan muncul hanya karena berhubungan dengan PKI dan Masyumi.

Kalo soal PKI sih agak masuk akal. Masalahnya, apa yang salah sama Masyumi? Masyumi sendiri merupakan partai Islam terbesar yang pernah berkuasa di era Orde Lama. Itu yang bikin ane bingung selama membacanya.

Hal yang lebih bingung lagi ketika salah satu bab bercerita soal Samiaji Suryo, adik dari Dimas Suryo. Statusnya adik doang, tapi kok disangka PKI? Anaknya sendiri pun terkena imbasnya. Hal itu mempersulit anaknya untuk melamar sang kekasih.

Lebih konyol lagi, emang kalo cuman makan di restoran otomatis jadi PKI? Keempat orang tahanan politik di Paris (Dimas, Nugroho, Tjai, dan Risjaf) membuka restoran Indonesia di Paris. Mereka bertahan hidup dari restoran itu. Meskipun restoran itu terkenal di kalangan orang Paris, lucunya restoran itu "haram" bagi orang Indonesia.

Bentar. Apa hubungannya sih? Kalo gak boleh didatengin karena restorannya gak halal, gak kosher (sejenis standar halal versi orang Yahudi), sama gak ramah vegan ya masuk akal. Ada faktanya. Bisa dari dalil agama sama menu makanannya. Lah ini, cuman makan di sana apa otomatis jadi orang PKI? Padahal keempat tahanan politik itu wartawan apes yang ikut PKI aja gak.

Memang, masalah hubungan orang biasa dengan PKI itu bisa jadi masalah. Padahal mereka sendiri tidak terlibat dengan PKI. Contoh literatur lain yang menceritakan hubungan aneh ini salah satunya bisa dilihat di film "Sang Penari" (adaptasi dari novel trilogi Ronggeng Dukuh Paruk).

Ibaratkan logika PKI dengan lokalisasi deh. Emang semua orang yang lahir dan tinggal di sekitar Saritem/Dolly/Kali Jodo itu pelacur? Lah buktinya ada preman, pedagang, sampe ustadz tinggal di sana. Faktanya, semua hal selain pelacur itu dipukul rata sebagai pelacur atau keluarga pelacur. Begitupun dengan orang-orang di sekitar PKI. Logika gagal paham ini bertahan hingga Orde Baru runtuh.

Hal yang lebih menyedihkan lagi: orang-orang yang tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan PKI menjadi korbannya.

Ane jadi keinget cerita Pak Asvi, seorang sejarawan, di kelas umumnya. Beliau cerita soal Reza Rahardian. Ini bukan bicara soal film, melainkan keluarganya. Neneknya itu eks tahanan politik yang dapat suaka di Belanda setelah 20 tahun lamanya terjebak di Cina. Ironisnya, sang nenek pergi ke Cina untuk tugas kenegaraan dan tak bisa pulang karena paspornya dicabut.

Nasib keempat eksil dalam novel Pulang dan nenek Reza Rahardian merupakan contoh nasib malang orang biasa yang tidak ada hubungan dengan PKI bisa jadi korban politik dalam negeri. Masih banyak lagi eksil bernasib malang lain yang namanya pun seakan terhapus dari sejarah negeri ini.

Pengalaman Membaca

Buku ini bisa dibilang agak lambat untuk diselesaikan. Soalnya ada keponakan di rumah selain ane kealihin sama buku dan kegiatan lain.

Di samping "jebakan" di beberapa bab, buku ini masih bisa dibaca. Ceritanya ngalir meskipun banyak flashback dalam bentuk ingatan/surat.

Untungnya, hal itu dikasih peringatan jelas dengan pergantian adegan dan cetak miring. Bukan flashback on sama flashback off.

Ane bingung golongin cerita ini ke genre mana seandainya jadi cerita Wattpad. Cerita ini bisa dibilang hisfic karena riset sejarahnya aja niat. Mulai dari G 30 S, demonstrasi mahasiswa Prancis tahun 1968, sampai Mei 1998. Pembuatan ceritanya saja sampai enam tahun.

Namun, di sisi lain, cerita ini konfliknya human drama banget. Itu di luar soal "logika gagal paham" soal PKI yang ane sebutin sebelumnya.

Tidak hanya masalah "repotnya jadi keluarga eks tapol" yang jadi fokus utama, hubungan asmara "kasih tak sampai" juga ada. Kalem aja, tidak ada tikung-menikung di sini.

Soal gaya bahasa ya penulisnya bisa memainkan diksi dengan baik, minus "jebakan" yang menurut ane terlalu vulgar. Untungnya gak sampe ketinggian apalagi terlalu berat berkat konflik yang berkutat pada identitas, keluarga, dan nasib.

Cuman ... buat temen-temen yang biasa baca cerita Wattpad dengan tulisan pendek-pendek, kudu waspada. Soalnya paragrafnya banyak yang panjang. Untungnya hal ini ketolong sama bahasa yang mengalir dengan plot terarah. Jadi, mata gak gampang lelah.

Bukunya juga lumayan tebel, 461 halaman. Kalo gak ada keponakan ya bisa bablas sehari beres. Biar bukunya tebel sama alineanya panjang, buku ini bisa bikin pembacanya lupa waktu. Serius. Itu sebabnya buku ini cepet banget abis pas flash sale 12.12 kemaren dan sampe dicetak ulang empat belas kali juga.

Yup, cuman segini cerita ane soal buku ini. Buat temen-temen yang pengen pake banget baca buku ini, silakan cari di perpustakaan terdekat ato pinjem ke temen. Soalnya nunggu cetak ulang ke-15 itu lumayan lama. Cetak ulang ke-14 yang terbit Oktober tahun ini aja ludes di marketplace sama Gramed daring. Kali aja bisa nemu stok sisa buku ini di Gramed/toko buku resmi terdekat lainnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro