Bab 11

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Alex." Suara lembut itu membangunkan Alex dari tidur ayam. Ia sudah menunggu selama dua hari untuk mendengar kembali panggilan merdu dari sang istri. Pria tersebut mengangsurkan segelas air putih yang memang tersedia di nakas.

Joanna menerimanya dan langsung meneguk habis air tersebut karena tenggorokannya terasa begitu kering. Ia menatap sekeliling dan mengernyit, kemudian berusaha untuk bengkit. Namun, rasa sakit menyerang bahunya. Gadis itu baru ingat jika terkena tembakan karena ingin melindungi Alex.

Sebenarnya, Joanna pun tak mengerti kenapa dirinya tiba-tiba menjadi sangat pemberani? Benarkah ia rela mengorbankan diri untuk pria ini? Memang ketika melihat yang terjadi di luar kamar saat memeluk Alex, ia berpikir kejadian itu sangat mengerikan. Bahkan, gadis itu tak berani membayangkan apa saja yang dihadapi oleh Audrey.

"Audrey? Bagaimana dengannya?" Joanna benar-benar takut membayangkan terjadi sesuatu kepada wanita pemberani itu.

Alex tersenyum seraya mengelus surai karamel Joanna untuk menenangkan gadis itu. "Jangan khawatir. Audrey baik-baik saja dan ada di luar. Mau kupanggilkan?" Joanna hanya mengangguk dan pria tersebut keluar mencari adiknya.

Joanna masih penasaran ia berada di mana saat ini. Gadis itu beberapa kali merasakan goncangan kecil di tempat tidur. Ia juga merasa sedikit asing dengan kamar yang ditempati. Namun, rasa penasaran itu dikalahkan oleh kekhawatirannya terhadap Audrey.

Tak lama sosok yang dikhawatirkan pun menyembulkan kepala dari balik pintu. Joanna tersenyum lebar seraya memanggil nama wanita itu. Audrey masuk diikuti oleh Alex yang membawa segelas cokelat hangat.

Audrey duduk di sisi ranjang, memindai tubuh gadis di hadapannya. Ia meringis ketika pandangannya jatuh pada bahu yang diperban. Wanita tersebut yakin sang kakak ipar pasti merasa sakit tak tertahan saat menjadi tameng Alex.

Namun, karena hal itu juga membuat Audrey semakin menyayangi Joanna. Gadis lugu ini rela mengorbankan diri untuk sang kakak. Ia memang pantas menjadi seorang Nyonya Abraham dan mendapat kehormatan dari seluruh anggota Double A.

"Sudah merasa lebih baik?" tanya Audrey seraya mengelus surai karamel sang kakak ipar. Walau Joanna sudah menikah dengan Alex, baginya gadis itu akan menjadi seorang adik yang harus dilindungi walau dengan mengorbankan nyawa sekali pun.

"Aku tidak apa-apa, hanya sedikit sakit di sini." Joanna menunjuk bahu, lalu tersenyum. "Aku senang melihat Audrey tidak terluka," ucapnya.

Kehangatan menyusup ke relung hati Audrey. Sudah lama tidak ada yang mengkhawatirkan dirinya. Alex begitu percaya jika ia adalah wanita kuat dan dapat melakukan apa pun.

"Minumlah!" Alex memberikan cokelat panas yang dapat membantu meningkatkan kembali sirkulasi darah gadis itu.

Menurut dokter, cokelat memiliki banyak manfaat bagi kesehatan sehingga ia disarankan untuk memberikannya kepada Joanna. Kandungan serotoninnya juga dapat menjadi anti depresan. Selain itu, cokelat mampu meningkatkan produksi insulin secara alami.

Di saat Joanna masih meminum cokelat hangatnya, sebuah pemberitahuan terdengar dari co-pilot. Mereka akan segera mendarat di Bandara Internasional San Fransisco. Gadis itu akhirnya tahu jika ia kini berada di pesawat.

"Sam akan menjemput kita," ujar Alex kepada dua wanita kesayangannya.

Ia memberitahukan ini karena ingin Audrey mempersiapkan diri. Alex tahu adiknya masih belum begitu siap. Namun, tak selamanya mereka bisa menghindar satu sama lain. Sam juga harus menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi.

Pesawat pribadi Abraham sudah mendarat di landasan dengan aman. Mereka disambut oleh beberapa mobil yang memang menjemput. Seluruh anak buah Double A membungkuk hormat menyambut kepulangan pemimpin mereka.

Joanna sendiri berada di kursi roda yang didorong oleh Alex. Audrey dan Simon beserta yang lainnya menyusul di belakang pasangan itu. Keadaan sang nyonya besar sudah tersebar ke seluruh anggota Double A. Mereka kini membuktikan sendiri semua kebenarannya.

Pada awalnya memang beberapa anggota sempat tidak setuju dengan pernikahan Alexander Abraham yang terkesan begitu terburu-buru. Terlebih saat itu mereka melihat sendiri sosok nyonya besar yang lemah.

Tidak terbayangkan apa jadinya Double A nanti jika sang pemimpin memilih pasangan yang salah. Gadis itu benar-benar akan menjadi kelemahan dan membuat repot semua orang. Namun, semua pemikiran itu berhasil dipatahkan dengan tindakan refleks Joanna yang melindungi Alex.

Saat semua terfokus kepada Joanna, tidak ada yang menyadari ketika sepasang mata itu bertemu. Saling menatap dengan berbagai emosi yang terpancar. Seolah hanya dengan menatap satu sama lain, mereka berbicara dari hati ke hati. Namun, tidak ada hal seperti itu di dunia nyata. Mereka manusia, bukan makhluk immortal yang memiliki kemampuan telepati.

"Selesaikan semuanya, Audrey," bisik Alex kemudian berjalan mendahului adiknya itu. Ia bersama Joanna dan Simon masuk ke sebuah mobil yang sama. Mereka meninggalkan Audrey untuk berdamai dengan masa lalu.

Sam membuka mobil di samping pengemudi dengan senyum tipis. Ia mempersilakan wanita itu masuk terlebih dahulu. Audrey hanya menghela napas pelan dan menyemangati diri sendiri. Ini sudah waktunya, kau tidak bisa terus menghindar.

Begitu ia masuk, Sam pun menyusul ke sisi lainnya. Suasana dalam mobil begitu hening, tidak ada pembicaraan. Mereka benar-benar seperti orang asing yang baru bertemu untuk pertama kalinya.

"Aku tidak pernah memimtamu untuk membunuhnya."

"Aku tidak pernah berpikir untuk membunuhnya."

Kalimat itu mereka ucapkan secara bersamaan. Langsung pada poin masalah yang menimbulkan kesalahpahaman. Keduanya saling menatap sebentar dan Sam kembali mengalihkan fokus pada kemudi.

Audrey mengingat jelas saat ia memberi tahu Sam tentang kehamilannya dan pria itu akan menjadi seorang ayah. Awalnya, wanita itu mengira jika kekasihnya tersebut akan bahagia. Namun, justru sebuah pertanyaan yang meluncur. "Kenapa? Seharusnya tidak."

Ia tidak pernah mengira jika Sam akan menolak anak mereka. Padahal selama menjalin hubungan dan berkencan di luar, pria tersebut seolah mendambakan seorang anak. Audrey sering memperhatikan Sam yang menatap penuh minat terhadap kedekatan antara ayah dan anak.

"Aku tahu kita salah paham dalam hal ini." Suara Sam mengembalikan Audrey dari kenangan masa lalunya. Wanita itu menatap lekat pria yang masih fokus pada kemudi, walau sesekali mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Apa maksudmu?" 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro