Bab 7

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ayo, Sayang. Kau harus makan!" Alex masih terus berusaha merayu istrinya. Gadis bersurai karamel itu hanya berdiam diri sejak kepulangan mereka semalam sampai siang ini.

Joanna hanya memeluk lutut erat dan bersandar di kepala ranjang dengan pandangan kosong. Semalam, gadis itu tak sadarkan diri saat mereka masuk mobil. Lalu pagi ini dimulai dengan teriakan histeris. Alex bingung harus melakukan apa? Setiap ia mendekat dan menyentuh sedikit saja, Joanna langsung menepis tangannya.

Pria itu mengakui, memang kesalahannya semalam melakukan hal yang pasti membuat takut Joanna. Namun, Alex memiliki alasan kuat melakukannya. Apa yang akan dilakukan seorang suami jika istrinya dalam bahaya? Tentu, ia harus melindungi dengan berbagai cara.

Alex melesatkan timah panas tepat ke musuh yang hanya berjarak sekitar satu meter darinya dan Joanna. Suara letupan serta darah yang tersembur dari mulut pria itu benar-benar melekat di pikirannya. Sangat jelas.

Terlebih semalam dengan mudahnya Alex membunuh beberapa pria berpakaian hitam itu. Sosok suami yang ia kenal selalu lembut ternyata dapat menembak dengan sangat tepat. Joanna takut kalau ia melakukan kesalahan, pria itu akan membunuhnya. Ketidaknyamanan membuat gadis itu hanya ingin jauh-jauh dari Alex.

Bertepatan dengan Alex yang sudah kehabisan ide, pintu kamar mereka terbuka. Audrey muncul dengan beberapa tas belanja di tangannya membuat sang kakak menatap lekat wanita itu. Ia memang menghubungi adiknya tersebut untuk membantu menghibur Joanna, tetapi dengan santainya Audrey belanja begitu saja?

Alex sungguh tidak mengerti bagaimana isi pikiran wanita. Ia hanya memperhatikan gerak-gerik sang adik yang mendekati istrinya tersebut. Audrey mengeluarkan sesuatu dari salah satu tas belanja dan itu berhasil mengundang perhatian Joanna.

"Aku bawa sesuatu untukmu," ujar wanita itu seraya menggoyang-goyangkan sebuah boneka beruang merah muda di hadapan istrinya.

"Pinky bear." Joanna langsung meraih boneka itu seolah sebelumnya tidak terjadi apa-apa.

Audrey menatap kakaknya yang memasang wajah tak percaya. Semudah itu? Pikiran Alex benar-benar buntu sekarang. Ia sudah mengerahkan berbagai cara untuk merayu Joanna, tetapi tidak berhasil. Oh, sial! Dirinya kalah dengan sebuah boneka?

Berbeda dengan Alex, adiknya itu benar-benar tertawa puas. Joanna bahkan mengangkat pandangan dari boneka beruang baru dan menatap Audrey penuh tanya. Wanita itu hanya menggeleng seraya mengelap ujung matanya yang berair.

"Kau payah sekali, Alex." Audrey sangat puas kali ini.

Bukan salahnya juga bisa dengan mudah merayu Joanna. Gadis itu memang terlalu polos dan sangat mudah untuk membuatnya kembali tertawa. Alex benar-benar perlu diajarkan cara jitu untuk menghadapi Joanna.

Kakak iparnya itu sangat sederhana, bahkan dalam beberapa hari kenal, ia sudah sangat menyukai Joanna. Sejujurnya, Audrey sedikit bingung bagaimana bisa gadis sepolos Joanna mau menikah dengan pria arogan seperti Alex? Oh, ia akan mencari tahu lebih lengkap tentang hal ini.

Saat Joanna asik dengan boneka barunya, Alex tidak membuang waktu. Pria tersebut kembali mencoba perlahan merayu sang istri. Ia mulai menyuapkan makanan kepada Joanna dan ajaibnya gadis itu tidak menolak. The power of pinky bear, pikirnya.

Tidak ada pembicaraan selama Joanna menerima suapan demi suapan dari Alex. Gadis itu hanya peduli dengan boneka barunya. Bahkan setelah selesai makan, ia langsung berbaring kembali sambil memeluk pinky bear tersebut.

"Kita perlu bicara sesuatu," ajak Alex kepada sang adik yang memperhatikan wajah damai kakak iparnya saat tertidur.

Audrey sebenarnya bingung menganggap Joanna seperti kakak. Karena jika boleh memilih, ia lebih ingin menjadikan gadis itu sebagai adiknya. Namun, mau bagaimana lagi? Joanna sudah menikah dengan Alex dan resmi menyandang status sebagai Nyonya Abraham.

Wanita itu memperbaiki selimut Joanna sebelum mengikuti langkah kakaknya keluar dari kamar. Ia berharap gadis polos ini selalu dalam perlindungan Tuhan. Ya, Audrey tahu dirinya bukanlah orang suci, hanya saja ia masih mempercayai keberadaan Sang Pencipta.

"Ada apa?"

"Ikut aku kembali ke San Fransisco dan lindungi Joanna. Ia butuh seseorang yang bisa diajak bicara dan kau yang paling tepat." Alex langsung menegaskan keinginannya dan tak berharap menerima bantahan dari sang adik.

Audrey sendiri sebenarnya tidak ada masalah jika harus meninggalkan Italia, karena di sini juga sudah ada tangan kanannya yang akan melapor apapun yang terjadi. Namun, satu hal yang menahannya adalah pria itu. Apa yang akan dilakukan saat mereka kembali bertemu?

"Kapan?" tanya Audrey singkat, ia tidak langsung menyetujui begitu saja.

"Lusa aku kembali, kau akan ikut dengan kami," jawab Alex tegas.

Ia sebenarnya tahu hal yang mengganggu pikiran sang adik. Namun, menurutnya urusan pribadi Audrey juga tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Semua kesalahpahaman harus diselesaikan sampai ke akar.

"Baiklah!" Audrey tahu keputusan ini akan menentukan bagaimana kehidupannya di masa mendatang.

"Bagus. Kalau begitu, tugasmu sekarang jaga Joanna. Aku akan pergi bermain bersama Simon," ujarnya dengan seringai menjanjikan.

"Sudah ketemu?" Audrey seharusnya tidak terkejut, tetapi memang bagi orang di balik layar tersebut, ini bukanlah hal sulit. "Pergilah! Titip salamku untuk mereka."

"Tentu!" Alex pun meninggalkan penthouse dan memasuki salah satu mobilnya bersama Simon.

Mereka mengikuti sinyal GPS yang dikirim oleh Sam. Pria itu memang sangat luar biasa. Walau tidak berada di sini, ia bisa menemukan segalanya dengan cepat. Memang tidak ada yang meragukan kinerja Samuel Anderson.

Alex sendiri bangga dengan sahabat yang juga merangkap sebagai tangan kanannya tersebut. Jika sudah berhubungan dengan mencari sesuatu, tidak ada yang bisa menghalangi Sam. Cukup dengan satu atau dua keterangan kecil, pria itu sudah mendapatkan lebih dari yang Alex butuhkan.

"Sudah saatnya kita bersenang-senang Simon."

"Ya, tentu saja! Aku sudah tidak sabar."

Dalam waktu satu jam, mereka sudah sampai di Ostia dan menatap salah satu bangunan dari kejauhan. Jika melihat gambaran dari yang sudah dikirim oleh Sam, rumah besar itu merupakan tempat dari orang yang mencari masalah dengan mereka.

Alex mengamati bagaimana pola pergerakan di rumah besar itu menggunakan teropong empat dimensi. Sebuah hasil karya dari Simon yang memang sangat menyukai berbagai hal berhubungan dengan sains. Suatu rahasia yang hanya diketahui oleh orang-orang terdekatnya saja. Maka dari itu, Double A bisa dikatakan sebagai salah satu organisasi yang hampir sempurna dengan tiga pembesar yang luar biasa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro