12. Mempersulit yang Mudah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

“Ada tiga iblis terbuang yang tinggal di sini. Mereka sangat berbahaya dan kekuatannya di luar jangkauan manusia serta Djinn mana pun. Kau tidak perlu mengkhawatirkan dua di antaranya, karena mereka menjalin kontrak dengan paranormal yang bekerja untuk pemerintah. Larilah saat kau bertemu dengan satu iblis yang tersisa. Rupanya sangat mirip dengan manusia dan bisa membuat daya magisnya tidak terasa sama sekali. Kekuatannya di luar nalar.”

Nasihat yang sudah lama masuk ke dalam kepala. Muncul kembali di ingatan begitu sosok iblis yang dimaksud ada di depan mata. Joseph sadar bahaya yang saat ini tengah menjeratnya. Memikirkan seribu satu cara untuk kabur tanpa ketahuan sambil mengikuti ke arah mana pembicaraan berjalan. Iblis sangat tidak menyukai manusia yang dapat melihatnya tidak bisa diajak bicara.

“Aku Tamariz Marlon Joseph. Orang-orang memanggilku Joseph.”

Jabat tangan antara Joseph dan Be Sick berlangsung normal. Setelah saling mengayunkan tangan, keduanya melepaskan genggaman. Tidak ada adu kekuatan genggeman seperti orang yang berselisih pada umumnya.

“Bagaimana keadaan jarimu? Berapa jari yang patah setelah menggunakan teknik Oron untuk membatalkan kontrak tidak langsungku?”

“Hanya jari kelingkingku yang patah. Sekarang sudah baik-baik saja.”

Tepuk tangan berkecepatan tinggi, gelengan kepala, dan tawa bahagia. Be Sick sangat terpukau dan kagum dengan Joseph. Kontrak tidak langsung miliknya yang terbilang kuat bisa dibatalkan hanya dengan mengorbankan satu jari.

“Luar biasa. Kau ternyata lebih kuat dari perkiraanku. Organisasi selalu bisa menemukan orang-orang yang menarik.”

Kebingungan melanda. Be Sick mengetahui adanya organisasi yang menaungi Joseph. Semula memang mengejutkan, namun setelah berpikir sejenak hal itu dirasa wajar. OPMA bertugass memberantas makhluk astral yang membahayakan nyawa manusia dan Be Sick adalah salah satunya. Kemungkinan mereka pernah mencoba membasminya, namun gagal.

Ada satu hal lagi yang masih mengganjal. Dari banyaknya Djinn yang bisa memutus kontrak iblis secara paksa, Be Sick menyeburkan nama Oron. Seakan dirinya tahu kalau Joseph hanya memiliki Oron sebagai Djinn pemutus kontrak.

“Dari mana kau tahu aku menggunakan teknik milik Oron? Semua kontrak yang terputus selalu membakar target dari dalam. Akar-akar di dalamnya terbakar dan mengalir keluar membanjiri tanah. Yang membedakan adalah harga untuk menggunakannya.”

Tepuk tangan terhenti. Senyum terhapus. Wajah datar dan tatapan tajam. Be Sick memajukan kepala dan mendekatkan bibirnya ke telinga kiri Joseph.

“Apa kabarmu, Moz?”

Pertanyaan yang membuat Joseph tersadar. Biasanya, Moz cukup banyak bicara jika bertemu dengan iblis atau Djinn. Memberitahu nama, kekuatan, dan rupa mereka tanpa perlu diminta. Kalaupun menginginkan timbal balik, dia pasti sudah mengatakannya dan tidak diam saja.

“Tertarik untuk melakukan tanding ulang?”

Moz tidak menunjukkan diri. Be Sick menantang secara terang-terangan. Kemungkinan besar keduanya pernah bertarung di masa lalu dan pemenangnya adalah Be Sick. Berkaca dari sikap yang ditunjukkan Moz saat ini.

Kepala mundur kembali. Memosisikan wajah saling tegak lurus berhadapan. Senyuman yang hilang, kini muncul kembali. Tawa kecil Be Sick meruntuhkan sebagian kecil ketegangan. Duduk kembali di tangga dan menepuk bidak lantai di samping kirinya.

“Duduklah di sampingku, Joseph. Tidak perlu takut. Aku hanya ingin berbincang denganmu.”

Ada keraguan yang terasa. Pola pikir iblis sulit ditebak. Joseph sama sekali tidak bisa memprediksi apa yang ingin dibicarakan oleh Be Sick. Namun, keadaan membuatnya tidak bisa menolak ajakan tersebut. Melawan Be Sick seorang diri tanpa bantuan Moz bukan pilihan cerdas. Mengikuti keinginnya adalah pilihan tepat.

Baru saja mendarat duduk di anak tangga, Spegasa berbentuk tawon hinggap di pundak Joseph. Entah apa tujuan Be Sick memerintahkan peliharaannya untuk berada di sana, yang jelas dia hanya bisa pura-pura tidak melihat.

“Berapa usiamu, Joseph?”

"Tahun ini usiaku dua puluh satu.”

“Selama dua puluh satu tahun menjalani kehidupan, apa kau pernah merasa kehilangan tujuan hidup?”

Ekspresi datar tanpa menoleh tersaji di wajah Be Sick. Joseph melihatnya dan merasa sedang bercermin. Ekspresi semacam itu yang mungkin tergambar di wajahnya saat kehilangan tujuan hidup.

“Pernah. Bahkan, aku masih merasakannya sekarang.”

“Apa yang membuatmu merasakannya?”

Untuk menjawab itu, perlu menggali setiap luka yang ada. Meski tidak bisa mengekspresikan bagaimana rasanya, namun semua manusia memiliki hati. Lukanya bisa dirasakan Joseph, namun dirinya tidak bisa berteriak untuk marah atau menangis tenggelam dalam kesedihan.

“Aku sudah menolong banyak orang dari gangguan makhluk astral, namun ucapan terima kasih yang aku terima bisa dihitung jari. Aku lebih sering dihina, dianggap aneh, dan dijauhi. Jikalau aku dilahirkan memiliki mata seperti ini untuk menolong sesama, lalu kenapa hidupku dipenuhi kesendirian yang menyiksa? Aku kesulitan mencari tahu apa tujuan hidupku yang sebenarnya.”

"Kalau kau berpikir seperti itu, lalu kenapa kau menolong Ajeng?”

“Aku menolongnya atas dasar menutupi kesalahan. Aku yang membunuh Spegasa milikmu, bukan dia.”

Tawa lagi-lagi terdengar. Iramanya sedikit berbeda. Jika dua sebelumnya sebagai bentuk kekaguman dan memecah ketegangan, tawa kali ini dikhususkan untuk pemikiran kolot yang baru saja Joseph katakan.

“Spegasa yang aku pinjamkan ke gadis itu bentuknya sudah terlalu besar. Hanya perlu menunggu waktu sampai akhirnya meledak. Tanpa dibunuh olehmu pun, pada akhirnya gadis itu akan tewas juga. Kehilangan nyawa atas ulahnya sendiri.”

Mengesampingkan terlebih dahulu perihal kehilangan tujuan hidup. Joseph harus mengetahui bagaimana Be Sick bisa menjalin kontrak tidak langsung dengan Ajeng. Padahal, Ajeng sendiri tidak memiliki mata khusus. Membuat kontrak dengan sesuatu yang tidak bisa dilihat merupakan hal yang mustahil.

“Bagaimana cara gadis itu bisa menjalin kontrak denganmu? Dia tidak bisa melihat keberadaanmu.”

Be Sick menjentikkan jari. Sebuah buku muncul di udara dan mendarat tepat di dalam genggamannya.

“Dia menggunakan buku ini untuk memanggilku. Di dalamnya ada salinan simbol terkutut dan syarat-syarat lengkap untuk bisa memanggilku. Aku tidak tahu dari mana dia mendapatkannya, yang jelas buku ini hanyalah salinan. Bisa jadi, ada banyak buku seperti ini beredar di luar sana.”

“Bukankah itu berita bagus bagimu?”

Api hitam membakar buku secara instan. Tatapan tajam Be Sick menusuk. Tangan kanan Joseph secara otomatis bersiaga melepaskan gelang yang terpasang di tangan kirinya. Namun pada akhirnya, tidak ada pertengkaran yang terjadi. Be Sick adalah iblis yang selalu menepati janji. Berbincang tetaplah berbincang.

“Kalau salinan buku itu banyak yang tersebar, maka akan ada banyak manusia seperti Ajeng. Memohon sesuatu yang bersifat remeh dan membuang-buang waktuku. Manusia semakin bodoh dari zaman ke zaman. Membuat jumlah mereka yang menarik jadi semakin sedikit. Aku yakin setelah Spegasa milikku dibunuh olehmu, Ajeng akan mencari keberadaan buku itu untuk memanggilku lagi. Aku sudah membakar beberapa salinan yang aku temui.”

Tidak bisa memahami pola pikir gila Be Sick. Meskipun begitu, Joseph bersyukur mendengar pemilik buku membakar salinan buku miliknya sendiri. Setidaknya, jumlah manusia yang bertindak seperti Ajeng bisa ditekan jumlahnya. 

Pertanyaan Joseph masih membuat rasa kesal memenuhi kepala. Untuk membalas sindiran yang menusuk itu, Be Sick mengungkapkan sebuah pendapat yang kemungkinan besar menusuk hati Joseph.

“Bagiku, tujuan hidupmu tidak sulit untuk dicari. Yang membuatnya sulit ditemukan adalah dirimu sendiri. Kau tidak mau menerima fakta yang jelas-jelas terpampang di depan mata.”

“Apa maksudmu?”

“Tujuan hidupmu adalah menolong manusia tanpa syarat dan imbalan. Menjadi pahlawan yang bersembunyi di balik bayang, sampai akhirnya berubah menjadi monster yang bisa dijinakkan. Mesin pembunuh yang bisa dipakai kapan dan di mana saja, tanpa banyak bertanya.”

Bukan dugaan yang salah. Bukan juga dugaan yang bisa diterima kebenarannya. Joseph tidak tahu harus setuju dengan ucapan Be Sick atau tidak. Terlalu benar untuk disangkal.

Rasa puas menyelimuti. Menggoda anak remaja yang tidak punya tujuan hidup ternyata cukup menyenangkan. Be Sick tidak menduga kalau rasanya bisa memuaskan seperti itu.

Keheningan akan terus berlangsung jika topik pembicaraan tidak segera diubah. Jika diam, Joseph akan terus memikirkan perkataan yang Be Sick ucapkan. Itu membuat pikirannya terbebani dan juga cukup mengganggu. Membawa kembali perbincangan ke titik awal menjadi satu-satunya cara.

“Bagaimana denganmu, Be Sick? Apa yang membuatmu kehilangan tujuan hidup? Kau tidak mungkin hanya ingin membicarakan sesuatu yang remeh, bukan?”

Be Sick menganggukkan kepala dan menepuk pundak Joseph. Mengakui kecerdasannya memutar topik ke titik awal. Rasa puas bertambah lagi, karena berhasil menemukan teman bicara yang sepadan.

“Sebagai iblis, aku sudah hidup sangat lama. Aku telah melihat peperangan, perpecahan, perselisihan, dan berbagai kekacauan lainnya yang disebabkan olehku. Aku sudah bosan. Tidak ada hal menyenangkan lagi yang bisa dilakukan. Lalu, aku bertanya pada diriku sendiri. Apa hidupku ini hanya didedikasikan untuk membuat kekacauan? Apa ada cara lain untuk memuaskan hasrat?

“Aku sudah mencoba segala hal. Mencari hobi seperti yang manusia lakukan, namun tidak merasakan apa-apa. Bercengkerama dengan sesama, mereka malah takut padaku. Mencari cinta juga tidak berhasil. Tidak ada makhluk astral yang menggetarkan hatiku. Semakin aku kenal, semakin ingin aku membunuhnya. Hingga pada akhirnya, aku menemukan cara untuk memuaskan hasratku lagi. Yakni, mencari lawan yang sepadan dan bertarung sampai mati.”

Pipi berpangku tangan yang bertumpu pada lutut. Senyum tipis dan tatapan halus. Be Sick mengirimkan sinyal kepada Joseph. Berharap mengerti apa yang coba disampaikannya. Namun, tatapan itu tidak medapatkan balasan. Joseph menatap serius ke depan seperti sedang memikirkan sesuatu.

“Ada apa, Joseph? Apa yang sedang kau pikirkan?”

“Tidak apa-apa. Aku cukup terkejut saat mengetahui ada iblis yang kesulitan memuaskan hasrat di dalam dirinya. Yang aku tahu, iblis adalah makhluk licik yang tidak pernah puas terhadap suatu apa pun. Menciptakan kekacauan sesuka hati, karena manusia yang saling melukai satu sama lain adalah hiburan baginya.”

Badan kembali tegak. Tangan mengayun turun melepaskan diri dari pipi. Tidak henti-hentinya Joseph membuat  Be Sick merasakan kepuasan. Apa yang dipikirkan Joseph hanyalah hal yang sepele. Yang diinginkan olehnya adalah Joseph merasa khawatir atau takut karena dianggap sebagai lawan yang dia cari. Keinginannya untuk bertarung dengan Joseph jadi semakin besar.

“Cobalah untuk lebih sering menggunakan kekuatanmu sendiri, Joseph. Jangan terlalu bergantung pada Moz. Semakin sering kau menggunakan kekuatanmu, semakin bisa kau mengendalikannya. Tidak perlu lagi memakai gelang sebanyak itu.”

Menatap balik akhirnya dilakukan Joseph. Baru pertama kali bertemu, namun Be Sick sudah mengetahui kekuatan yang ada di dalam dirinya dan fakta tentang gelang pengekang. Seperti peringatan yang tersemat padanya, Be Sick memang iblis yang sebaiknya tidak dilawan.

“Aku rasa sudah cukup perbincangannya. Sudah terlalu lama aku menahanmu. Nanti mereka bisa curiga.”

“Apa maksudmu?”

Bangkit dari anak tangga dan berjalan menuruninya. Berdiri menghadap Joseph dan memasukkan kedua tangan ke kantong jaket. Sudah waktunya bagi Be Sick untuk berpisah.

“Terima kasih sudah mau berbincang denganku. Sebagai balasannya, aku akan memberimu satu peringatan penting.”

“Peringatan apa?”

“Jangan sepenuhnya percaya dengan OPMA.”

Joseph langsung berdiri. Baru bergabung dengan organisasi, tetapi sudah diberi peringatan seperti itu. Jelas dia terkejut.

“Apa maksud perkataanmu?”

“Move.”

Berpindah tempat lagi dalam sekejap mata. Joseph mendarat tepat di hadapan kamar apartemen tempat tinggalnya. Sebuah pernyataan kalau Be Sick tahu di mana tempat tinggalnya berada. Saat tangan kanannya ingin meraih gagang pintu, pintunya tiba-tiba saja terbuka dari dalam. Menunjukkan sosok Safira yang terlihat panik dan tergesa-gesa.

“Joseph? Kau dari mana? Kenapa tidak membangunkanku?”

“Semua tugas hari ini sudah selesai. Kau bisa melanjutkan tidurmu di rumah.”

Safira tidak sadar betapa berantakan rambut dan pakaiannya. Terlalu terburu-buru sampai tidak merapikan terlebih dahulu penampilannya. Karena Joseph sudah memberikan ruang untuk lewat, dia menganggukkan kepala dengan malu-malu dan berjalan cepat pergi dari sana.

Masuk dan menutup pintu. Langkah kaki Joseph segera membawanya ke dalam kamar. Berbaring di tempat tidur dengan posisi telentang. Menatap langit-langit, sementara pikirannya mencerna semua hal yang terjadi hari ini.

Iblis itu masih belum berubah. Hawa keberadaannya benar-benar sangat kuat. Bisa-bisanya dia hanya menunjukkannya padaku, tidak padamu juga.

“Kau dengar peringatan yang diucapkannya padaku?”

Tentu saja. Aku memang bersembunyi, tetapi aku mendengar seluruh percakapan kalian berdua.

“Apa menurutmu ucapan dia itu benar?”

Aku tidak tahu. Yang jelas, Be Sick adalah iblis yang selalu menepati janji dan tidap pernah berbohong padaku. Kemungkinan besar berlaku juga padamu.

Menutup pandangan dengan punggung telapak tangan. Mengembuskan napas berat. Belum bisa memutuskan mau melakukan apa. Untuk saat ini, Joseph hanya bisa menjalankan tugasnya sebagai bagian dari OPMA dan menanamkan ucapan Be Sick di kepalanya. Jadi, dia sudah siap mengantisipasi apa pun yang terjadi nantinya.

“Kalau OPMA melakukan sesuatu yang mengancam nyawaku dan membuatku tidak bisa bergerak, putuskan semua gelangku saat itu juga. Kau mengerti, Moz?”

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro