04

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ketika yang sama dipertemukan, mereka akan merasa cocok. Tetapi ketika yang berbeda dipertemukan, mereka akan saling melengkapi

«»«»«»

DENGAN cepat, Julian turun dari tangga. Namun, langkahnya terhenti ketika ibunya memanggil.

"Julian!" panggil Dian.

Julian menengok.

"Hari ini kamu nggak usah sekolah. Kamu sama Juli beli keperluan buat pernikahan kalian," kata Julian.

"Hah?!" Julian kaget bukan main.

"Nggak usah kaget gitu, pokoknya kamu anterin Juli buat beli beberapa barang," kata Dian. Dian melempar secarik kertas yang dengan sigap ditangkap Julian, "itu toko-toko yang harus kamu datengin."

Julian membuka lipatan kertas itu, "emang dia nggak bisa sendiri?" tanya Julian.

"Kan kamu calon suami nya, gimana sih?" omel Dian.

"Nggak ah," tolak Julian, lalu pergi menuju mobilnya. Lelaki itu membuka pintu mobilnya. Lagi-lagi lelaki itu terkejut saat melihat seorang perempuan sudah duduk di mobilnya.

"Pagi Julian," sapa Juli dengan nada meledek.

"Lo ngapain?" tanya Julian.

"Duduk."

Julian berdecak, "keluar!"

"Nggak mau," kata Juli.

"Susah ngomong sama orang bego," kata Julian, lalu menutup pintu mobilnya. Lelaki itu memutar dan menuju pintu samping, lalu membukanya.

"Satu." Julian mulai menghitung.

"Lagi-lagi hitung-hitungan, capek gue," keluh Juli.

"Dua."

"Tiga," lanjut Dian yang tiba-tiba muncul. "Anterin Juli sekarang! Kalau enggak Mama bakalan nyuruh Papa buat nyuruh kamu kerja di perusahaan," ancam Dian.

Julian berdecak yang membuat Juli tersenyum senang.

"Udah cepet anterin!" perintah Dian. Julian pun berjalan ke pintu satunya dan masuk ke mobil.

"Dadah Tante," ucap Juli sambil melambaikan tangannya ke luar.

"Iya, hati-hati ya!"

Mobil pun melaju. Tak ada percakapan. Suasana sangat hening, membuat Juli merasa bosan.

"Julian," panggil Juli.

Tak ada jawaban.

"Ah, susah ngomong sama lo," gerutu Juli. "Lo itu kenapa sih nggak mau ngomong?" tanya Juli. "Jangan-jangan lo nggak bisa ngomong di waktu tertentu? Atau lo bakalan berubah jadi hulk kalau lo banyak ngomong? Atau lo alien?" ujar Juli yang membuat Julian risih. "Atau yang paling parah, lo itu robot yang dibuat alien, yang bisa berubah jadi hulk kalau banyak ngomong?" Juli menebak-nebak. "Julian! Jawab dong!"

"Apaan?" tanya Julian kesal.

"Lo itu alien, hulk, robot atau zombie?" tanya Juli.

"Mau lakban?" tanya Julian jutek.

"Dih, lo jutek amat sih. Ah, kalau gue tau orang yang mau gue nikahin itu robot jelmaan hulk yang bertubuh zombie, mana mau gue nerima lo," ujar Juli.

Julian menepikan mobil nya. Lelaki itu mengambil lakban dan menempelkannya ke mulut Juli. Setelah itu Julian pun kembali menyetir.

"Julian! Lo apa-apaan sih?" protes Juli setelah melepas lakban yang menempel di mulutnya.

"Mau lakban lagi?" ancam Julian.

"Aih, lo gila apa?"

Julian memilih tak peduli dengan ucapan Juli dan memfokuskan diri untuk menyetir.

"Turun," pinta Julian saat mobil telah berhenti di sebuah mall.

"Kita udah sampe?" tanya Juli.

Julian mengabaikan pertanyaan Juli. Lelaki itu langsung keluar mobil.

"Ngeselin," gerutu Juli kemudian keluar dari mobil. "Jul, lo sehat?" tanya Juli.

Julian menaikkan alisnya.

Juli menaruh telapak tangannya ke dahi Julian selama beberapa detik, sebelum akhirnya Julian menyingkirkan tangan Juli.

"Apaan sih?" tanya Julian kesal.

"Nggak demam tuh, terus kenapa setiap gue nanya nggak pernah dijawab?" kata Juli.

"Bego," umpat Julian kemudian meninggalkan Juli.

"Is, tunggu napa?"

Mereka berjalan mencari toko perhiasan di mall tersebut. Sesampainya di depan toko, Julian segera masuk ke dalam diikuti Juli di belakangnya.

"Selamat datang Mas, Mbak, mau nyari apa?" tanya pegawai di sana.

"Ee ... saya mau nyari cincin pernikahan, ada nggak?" tanya Juli.

"Oh, silahkan ke sini," pinta pegawai itu sambil menunjukkan tempat barang yang dicari Juli. "Nah, ini Mbak. Mbak sama Mas nya silahkan pilih-pilih dulu."

"Julian," panggil Juli.

Julian menengok.

"Ini bagus nggak?" tanya Juli.

"Nggak."

"Yang ini?" tanya Juli lagi.

Julian menggeleng.

"Kalau yang ini?" tanya Juli.

"Norak."

Hal itu membuat para pegawai tertawa karena tingkah konyol mereka.

"Lo tuh ya! Ya udah kalau gitu, lo aja yang milih," ujar Juli kesal.

"Mbak, yang ini." Julian menunjuk sepasang cincin yang sederhana namun terlihat elegan.

"Wah, boleh juga tuh! Mbak, yang itu aja ya!" kata Juli.

"Ya udah. Mbak sama Mas nya silahkan tunggu di kasir," kata pegawai tersebut.

Julian pun berjalan menuju kasir, diikuti Juli di belakangnya.

"Ternyata selera lo nggak buruk-buruk amat ya," kata Juli. Juli melihat-lihat kalung yang ada di sana. "Wah! Bagus banget," kagum Juli. "Jul! Sini deh!" pinta Juli.

"Apa?" tanya Julian malas.

Juli pun menarik Julian menuju rak kaca yang berisi kalung-kalung tersebut. "Kalungnya bagus," kata Juli.

"Terus?" tanya Julian.

"Gue pengen," kata Juli.

"Ya udah beli," kata Julian.

"Masalahnya nih ya. Uang jajan gue nggak cukup buat beli ni kalung," ujar Juli.

"Ya udah diem," kata Julian kesal.

"Is, lo tuh." Juli berjalan ke luar toko tersebut.

"Dih, malah pergi," gerutu Julian.

"Mas, ini barang nya," ujar pegawai tersebut.

Julian memberikan beberapa lembar uang berwarna merah, kemudian berjalan ke luar toko.

Dia ke mana? batin Julian. Lelaki itu mengedarkan pandangannya. Akhirnya Julian menemukan Juli ynag sedang duduk di salah satu toko es krim. Julian pun berjalan menuju toko tersebut.

"Ayo!" Julian menarik tangan Juli.

Juli pun melepaskan tangan Julian yang memegangnya, "lo nggak liat gue masih makan es krim?" tanya Juli lalu kembali menyantap es krim durian favoritnya.

"Satu, dua, tig--"

Juli menghentikan ucapan Julian dengan cara memasukkan sendok berisi es krim tersebut ke mulut Julian.

Julian mendelik, lelaki itu berjalan menuju wastafel dan mengeluarkan semua es krim yang ada di mulutnya. "Lo gila apa?" tanya Julian kesal. Lelaki itu melempar tas belanjaan yang ada di tangannya ke Juli, lalu meninggalkan gadis itu.

"Dih, gitu aja marah," ujar Juli lalu mengejar Julian.

Sesampainya di parkiran, Julian langsung masuk ke dalam mobil. Juli pun ikut masuk ke dalam mobil.

"Lo kenapa sih?" tanya Juli bingung.

Julian tak menjawab, lelaki itu langsung menancap gas. Selama perjalanan, Julian tak pernah diam. Lelaki itu selalu saja menyentuh dahi dan lehernya.

"Lo kenapa sih?" tanya Juli bingung.

Julian menggeleng.

"Lo kemasukan ya? Makanya di mobil itu nyalain radio, biar nggak sunyi." Juli menekan tombol radio.

Julian kembali menekan tombol radio, membuat radio itu kembali mati, "berisik," ujar Julian dengan sangat ketus.

"Lo kenapa sih? Perasaan tadi baik-baik aja," ujar Juli.

"Lo nggak bisa diem apa? Nyerocos mulu kayak cabe," kata Julian.

"Apaan sih? Lo tuh nggak bisa ngomong yang baik-baik apa?" gerutu Juli.

Julian mendengus, "diem lu cabe."

Setelah itu, Juli benar-benar terdiam.

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di rumah. Julian langsung keluar mobil dan meninggalkan Juli. Juli pun segera mengikuti Julian.

"Jul, lo kenapa sih?" tanya Juli sambil mengikuti Julian.

Julian berbalik lalu menatap Juli kesal.

"Muka lo kenapa pucet? Lo sakit?" tanya Juli khawatir.

Dengan kesal, Julian meninggalkan Juli.

"Gimana tadi?" tanya Dian saat melihat Julian masuk. "Eh, Julian, muka kamu kenapa?"

Julian tak menjawab, lelaki itu langsung naik ke atas dan masuk ke kamarnya.

"Julian kenapa?" tanya Dian.

"Nggak tau tante, tiba-tiba kayak gitu. Ini aja cuma dapet cincin," ujar Juli.

"Terus kenapa dia pucet gitu?" tanya Dian, "dia ada makan sesuatu?"

"Nggak ada kok tan ..." Juli berpikir sejenak, "oh, iya, tadi saya ngasih dia es krim," kata Juli.

"Es krim?" tanya Dian bingung.

"Iya, es krim durian favoritnya saya, itu enak bang--"

"Tunggu, tunggu jadi kamu ngasih Julian durian?" tanya Dian dengan nada panik.

Juli mengangguk.

"Julian alergi durian," ujar Dian dengan panik.

Seketika Juli ingin mati.

«»«»«»

Yuhuuuu ... update lagi. Gimana chapter ini? Seru nggak? Julian nya gimana? Dingin nggak? Juli nya gimana? Mudah-mudahan nggak ngecewain. Btw aku buka rp buat Juli dan Julian. Yang mau ngerp bisa chat line (nesaaresha) trims

01 Juli 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro