12

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semakin aku mengenalmu, aku semakin menyadari bahwa ada sesuatu yang berbeda darimu yang tidak orang lain ketahui. Tapi aku tak menyadari bahwa semakin aku mengenalmu, maka aku semakin masuk ke dalam kehidupanmu.

«»«»«»

JULI berjalan menuju perpustakaan untuk mencari buku paket dan LKS. Jujur, Juli sangat kesusahan menyesuaikan pelajaran di sini, karena di sini pelajarannya jauh lebih sulit dari sekolah sebelumnya.

Juli berjalan sendiri menyusuri koridor, karena tidak ada Erlin, ia tidak masuk hari ini, entah apa alasannya.

Sesampainya di depan perpustakaan, Juli langsung masuk karena pintunya sudah terbuka. Sunyi, hanya ada rak dan lemari yang dipenuhi banyak buku. Gadis itu berjalan menyusuri rak-rak buku.

Namun, saat mata Juli berfokus mencari buku di rak, tanpa sengaja gadis itu menabrak seseorang. Dan buku yang orang itu bawa terjatuh.

"Maaf Kak," ucap Juli sambil memunguti buku-buku yang berserakan di lantai. Gadis itu lalu merapikannya dan dengan tangan gemetar memberikan kepada orang itu. Juli masih tidak berani menatap orang di depannya.

"Kamu lucu ya kalau lagi ketakutan," puji Julio. Lelaki itu gemas saat melihat ekspresi Juli.

"Kak Julio? Aku kira siapa," ucap Juli.

Julio berjalan menuju meja terdekat dan menaruh bukunya, lalu lelaki itu berbalik, "emang kamu kira siapa?" tanya Julio sambil menyenderkan punggungnya di meja dan melipat kedua tangannya.

Juli mendekat ke arah Julio, "aku kira kakak-kakak kelas yang sombong-sombong itu. Aku kan jadi takut, eh ternyata malah Kak Julio." Juli menarik kursi di sebelah Julio dan duduk di sana.

"Emangnya kamu nggak takut sama aku?" tanya Julio sambil menatap Juli.

Juli mendongak, "nggak, soalnya kakak baik."

"Tau darimana aku baik?" tanya Julio. Lelaki itu mendekatkan wajahnya ke hadapan Juli.

Juli mengedipkan matanya berkali-kali. Jantungnya berdetak tidak karuan. Menatap wajah Julio seperti ini membuat gadis itu menjadi benar-benar salah tingkah. Apalagi bau mint langsung masuk ke hidungnya saat Julio berbicara.

"Kamu lucu ya," ucap Julio sambil menyubit pipi Juli gemas.

Juli kira Julio akan semakin mendekatkan wajahnya seperti di novel-novel. Tapi ternyata Julio menjauh dan menyubitnya.

"Kok muka nya gitu? Pengen dicium ya?" tebak Julio.

Juli tanpa sadar mengangguk. Namun secepat kilat menggeleng. "Nggak kok Kak, siapa bilang?" ucap Juli.

"Ekspresi kamu yang bilang," jawab Julio. "Kamu masih kecil, belum boleh cium-ciuman," kata Julio.

Tapi Juli sudah ciuman. Sama suami sih.

"Aku nggak mau ciuman kok," kata Juli.

"Padahal aku mau," kata Julio.

Juli mendelik.

Hal itu membuat tawa Julio kembali pecah. "Aku kan mau deket sama kamu pelan-pelan," kata Julio.

"Maksud Kakak?" tanya Juli.

Julio menggeleng, "bawa hp?" tanya Julio.

Juli mengangguk, gadis itu mengambil ponselnya dari saku dan memberikannya pada Julio.

"Nanti kalau aku telpon angkat ya!" pinta Julio.

"Emang mau ngapain?" tanya Juli.

"Angkat aja!" ucap Julio. "Ya udah aku ke kelas dulu ya! Kamu bisa sendiri kan? Atau mau aku temenin?" tawar Julio.

"Aku bisa sendiri Kak, takut ngerepotin Kakak," kata Juli.

"Ih, bilang aja pengen ditemenin," kata Julio.

"Ihh, nggak, beneran," ujar Juli.

"Ih lucu!" Julio mencubit pipi Juli gemas membuat gadis itu mengusap pipinya.

"Sakit tau!"

"Abisnya kamu gemesin!" kata Julio. "Ya udah, aku ke kelas ya! Bye Juli!" Julio berjalan keluar perpustakaan.

"Kak Julio baik," gumam Juli.

Tiba-tiba ponsel Juli berbunyi. Panggilan masuk dari Julio. Kenapa dia nelpon? batin Juli.

Juli pun menekan tombol hijau di ponselnya. "Hallo Kak, kenapa?" tanya Juli sambil berjalan menyusuri rak-rak buku.

"Kangen," jawab Julio.

Senyum Juli mengembang. "Kakak ih, benerin ada apa?"

"Besok jalan yuk!" ajak Juli.

"Ke mana aja," jawab Julio.

"Hmm, gimana ya?" Juli berpikir sejenak. Gadis itu membelah buku yang ada di rak. Seketika ia dikejutkan dengan adanya wajah datar Julian.

Juli menjauhkan telponnya. "Lo ngapain di sini?" tanya Juli.

Julian menatap Juli tak peduli dan lanjut membaca buku tanpa menjawab pertanyaan Juli.

"Ck, lo ngikutin gue ya?" tebak Juli kepedean.

Pede gilak, batin Julian.

"Halo Jul, kamu bisa nggak?" tanya Julio dari telpon.

Seketika Juli sadar telponnya masih menyambung. "Eh, halo Kak, besok aku kabarin lagi ya," jawab Juli.

"Oh oke, jangan telat masuk kelas ya! Lima menit lagi bel!" kata Julio.

"Ok Kak, makasi. Aku tutup ya!" Juli memutuskan sabungan telpon. Gadis itu berjalan menuju rak di depannya, tempat Julian membaca buku.

"Lo ngikutin gue ya?" todong Juli.

Julian tetap diam.

"Ngaku aja deh lo! Pasti lo khawatir kan sama gue?" ujar Juli.

Julian sepertinya mulai kesal. Lelaki itu paling tidak suka diganggu saat sedang membaca. Rasanya ia ingin memukul wajah sok imut Juli --yang emang imut sih sebenarnya-- dengan buku yang ia bawa, tapi Julian tidak mau melakukannya karena ia tidak mau buku yang ia bawa tercemar dengan otak bego Juli.

Julian menurunkan buku yang menutupi wajahnya. Lelaki itu menaruh buku itu di rak dan mengambil beberapa buku lagi. Setelah itu ia menatap Juli, "melanggar peraturan, bekel lo gue kurangin," ucap Julian sebelum pergi.

Juli mendelik. Gadis itu langsung berlari dan menghadang Julian di hadapannya. "Enak aja lo main ngurang-ngurangin uang jajan gue, emang gue salah apa?" tanya Juli tak terima.

Julian diam.

"Tuh kan lo nggak bisa jawab," kata Juli.

"Kita nggak saling kenal di sekolah," ucap Julian lalu menyingkirkan tangan Juli dari hadapannya.

"Tapi kan--"

Julian berbalik. "Kalau pacaran jangan ditempat sepi, orang ketiga nggak kuat dengernya," ucap Julian lalu pergi keluar perpustakaan.

Jadi daritadi dia nguping pembicaraan gue? batin Juli.

Tiba-tiba Juli teringat sesuatu. Sesuatu yang sangat berbahaya. Ia telat masuk kelas.

Buru-buru Juli mengambil buku paket dan berlari menuju kelasnya.

Sesampainya di depan pintu, Juli mengetuk pintu tersebut. "Permisi Buk," ucap Juli.

Guru dengan kacamata itu mendongak, "kenapa telat?" tanyanya.

"Tadi saya ngambil buku paket di perpustakaan," jawab Juli.

"Murid baru?"

Juli mengangguk, "iya."

"Anak baru udah telat masuk kelas," omel guru IPA tersebut. "Udah sana masuk! Sekali lagi kamu telat, saya hukum kamu motong rumput pakai potong kuku," ancam Bu Berta membuat Juli merinding.

Juli pun langsung masuk kelas. Lagi-lagi semua teman-temannya menatapnya sinis.

Sekarang ia sadar ditatap seperti ini memang tidak enak, tetapi lebih baik daripada kita ditatap dengan wajah sok baik.

Seperti kita melihat hantu, lebih baik kita tahu wajah hantu itu. Daripada hantu itu menyamar dan kita tidak tahu dia adalah sesuatu yang dapat membahayakan kita dikemudian hari.

«»«»«»

Gimana? Bagus? Garing? Ah bingung aku. Btw, aku baper sama Julio di sini, sumpah dia bikin meleleh.

Kependekan? Maaf ya! Soalnya aku ngetik udah 1000+ kata. Kalau pendek banget bilang ya! Terus kalian mau berapa kata? Jangan telalu banyak!

Kalian juga mau aku update tiap kapan? Saranin aja di komentar, masukan kalian semua aku tampung walaupun aku nggak jawab komentar kalian, kecuali ada yang nanya.

Makasi udah baca, jangan lupa vomment!

28 Agustus 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro