Kelas Umum: Worldbuilding

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Saya Villam.

Saya suka baca atau nonton apa pun, tapi untuk nulis biasanya selalu fantasi. Saya nulis udah cukup lama, dan beberapa cerita alhamdulillah sudah pernah diterbitkan dan muncul di toko buku.
Dua novel saya yang terakhir adalah The Emperor buku 1 dan 2, yang diterbitkan oleh Elex Media Komputindo.

Emperor 1 https://www.goodreads.com/book/show/49393957-the-emperor

Emperor 2 https://www.goodreads.com/book/show/50128522-the-emperor

Keduanya terbit tahun 2019 dan 2020.

Sebelumnya tahun 2010 novel pertama saya adalah Akkadia, https://www.goodreads.com/book/show/7487380-akkadia

Untuk di platform online, sekarang cerita-cerita saya ada di Storial. Dan ada satu juga di Mangatoon.

Jadi gini, biasanya kalo saya ngisi materi atau bicara tentang kepenulisan, saya cenderung gak nyiapin materi khusus. Saya biasanya lebih suka sharing pengalaman atau diskusi, atau tanya jawab. Buat saya komunikasi 2 arah gitu selalu lebih baik daripada 1 arah kayak di kelas atau seminar.

Tapi....

Khusus kali ini saya coba nyiapin satu tulisan khusus tentang Worldbuilding.

Isinya rangkuman apa-apa saja yang saya tahu, sama sedikit pengalaman.
Worldbuilding
(Sekadar Catatan)
Oleh R.D. Villam

Apa itu Worldbuilding?

Worldbuilding adalah bagian dari proses menulis di mana penulis menyiapkan dunia yang akan dipakai untuk ceritanya. Di sini penulis membangun seperti apa situasi dan kondisi dunianya itu, suasananya, serta aturan alam dan moralitas yang berlaku.

Tujuan worldbuilding adalah untuk membuat cerita tampak hidup dan nyata di mata pembaca, walaupun yang dibuat hanya dunia khayalan. Itulah kenapa di dalamnya perlu ada batasan dan aturan.

Worldbuilding bukan keharusan, tetapi kebutuhan. Sebelum menulis penulis tidak diharuskan menyiapkan dulu seperti apa dunia yang didiami karakter-karakternya. Namun untuk membuat ceritanya tampak lebih nyata, proses ini dibutuhkan. Gambaran dunia ini menjadi kesempatan bagi penulis untuk menggugah imajinasi pembaca.

Kapan Worldbuilding Dilakukan?

Ada dua tipe penulis, planner dan pantser, ditambah gabungan di antara keduanya. Planner merencanakan segala sesuatunya dari awal. Pada saat worldbuilding, sebelum menulis mereka melakukan semua riset dan menentukan lokasi dan latar belakang dunianya. pantser kebalikannya. Mereka langsung menuliskan semua imajinasi yang muncul di dalam kepala, dan akan menambahkan detail-detailnya sambil jalan.
Membuat rencana sejak awal memberi penulis dasar yang kuat sebelum mulai menulis ceritanya. Ketika dia sudah tahu tempat-tempat mana yang akan dituju serta bagaimana dunianya bekerja, pada saat menulis dia bisa lebih fokus pada plot cerita utamanya. Namun bahayanya perencanaan ini adalah jika penulis terlalu asyik dalam melakukan worldbuilding, sehingga kita tidak kunjung menulis.

Sedangkan penulis yang memilih tidak membuat catatan-catatan biasanya mengandalkan ingatan yang muncul di kepalanya. Untuk cerita pendek, hal itu mudah dilakukan. Namun semakin panjang ceritanya, akan butuh banyak catatan dan riset di tengah-tengah. Seringkali cara ini menarik; penulis bisa menemukan banyak hal baru. Namun bisa menjebak dia masuk ke lubang menulis yang tidak selesai-selesai.
Apakah planner atau pantser, setiap penulis memiliki gayanya masing-masing. Tidak ada yang benar dan salah dalam menulis. Walau demikian sangat penting bagi setiap penulis untuk menemukan cara yang terbaik, sehingga ceritanya nanti bisa selesai.

Bagaimana melakukan Worldbuilding?

#1: Mulai dari dalam, lalu ke luar
Jika sudah memiliki gagasan dasar cerita yang jelas di awal, kita bisa mulai melakukan worldbuilding dari elemen-elemen yang terkait langsung dengan gagasan itu. Setelah itu, baru kita mengembangkan elemen-elemen lain di dalam dunianya.

#2: Mulai dari luar, lalu ke dalam
Kebalikan dari cara sebelumnya, di sini kita melakukan worldbuilding dengan lebih dulu memahami dunianya secara umum, baru kemudian masuk lebih detail ke elemen-elemen di dalamnya.

Apa Saja Elemen-Elemen Dalam Worldbuilding?

#1: Geografi.
1. Lokasi. Seperti apa tata letak lokasi di dunia ciptaan kita.
2. Air. Ada sungai, laut, danau, sumur dan sumber air lainnya.
3. Lanskap. Gunung, bukit, lembah, hutan, padang rumput, gurun, rawa dan sebagainya.
4. Iklim. Seperti apa cuacanya, musimnya, suhu dan kelembabannya.

#2: Kultur
1. Penduduk. Seperti apa penduduk atau makhluk yang tinggal di dunia ciptaan kita. Apakah satu ras, multi ras, atau campuran? Apakah seperti manusia? Apakah ada banyak bangsa?
2. Kekuasaan. Apakah ada yang kedudukannya lebih tinggi dibanding yang lain, dilihat dari jenis kelamin, agama, ras atau fisik?
3. Pemerintahan. Bagaimana sistemnya berjalan? Seperti apa hukumnya, grup-grup masyarakat yang ada, dan bagaimana mereka mengikuti hukum-hukum itu? Apakah ada pertentangan?
4. Agama. Apakah tunggal, atau atau ada banyak agama? Seperti apa mitologinya, apa yang disembah, apa ritualnya? Bagaimana nilai-nilainya, serta apakah ada pertentangan?
5. Bahasa. Bahasa apa yang digunakan dan bagaimana cara mereka berkomunikasi secara lisan maupun tulisan?
6. Seni dan Hiburan. Seperti apa seni dan hiburan yang ada di masyarakat? Apakah seni itu bisa dinikmati semua orang? Apakah ada pertentangan dengan agama atau nilai tradisional?
7. Relasi. Selain pertentangan antar kultur, lihat juga bagaimana mereka saling berinteraksi. Bagaimana mereka berdagang, dan bagaimana mereka membangun kekayaannya?

#3: Kelas Sosial
1. Klasifikasi. Apakah berdasarkan kekayaan, keturunan, agama, ras atau lainnya?
2. Makanan dan Minuman. Apakah ada bedanya di antara setiap kelas? Bagaimana pengaruhnya terhadap gaya hidup?
3. Profesi. Profesi-profesi apa yang ada? Mana yang berpengaruh, dan apakah profesi-profesi itu tergantung kelasnya? 
4. Penampilan. Perhatikan jenis pakaian, bentuk serta material yang mereka pakai. Apa yang biasa digunakan di masing-masing kelas?

#4: Sejarah
1. Kejadian Traumatis. Perang, wabah penyakit dan bencana apa yang mempengaruhi kultur dan tokoh ceritanya? Bagaimana hal itu mengubah kondisi alam maupun tatanan sosial dan pemerintahan.
2. Perpindahan Kekuasaan. Bagaimana perubahan hukum dan tatanan sosial yang berlaku? Apakah ada pertentangan?

#5: Sihir (jika ada)
Siapa saja yang bisa mendapatkan sihir?
Bagaimana sihir muncul atau terbentuk?
Apakah sihir bisa dikendalikan dan dipelajari?

#6: Teknologi
Teknologi apa yang digunakan dalam berkomunikasi?
Teknologi apa yang digunakan untuk berpindah tempat?
Teknologi apa yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari?

Ini elemen-elemen dasar dengan pertanyaan-pertanyaan yang umum. Untuk setiap cerita, kita perlu menggali lebih dalam dan lebih spesifik.

Beberapa Tips

#1: Mulai dari satu titik, dan catatlah
Mulai dari satu titik, dari hal yang menjadi premis cerita kita, dari yang paling berpengaruh di tokoh utama cerita kita, atau dari hal yang paling menarik perhatian kita. Catat, jangan mengandalkan ingatan.

#2: Banyak membaca (dan menonton)
Apa yang kita baca, itulah yang menjadi diri kita, dan menjadi dasar pengetahuan di dalam membuat worldbuilding.

#3: Pelajari dunia ciptaan penulis lain
Perhatikan bagaimana dia menuliskannya, menggambarkan dunianya, dan membuat kita masuk ke dalamnya.

#4: Tetap ingat: yang penting ceritanya
Saat bercerita, kita harus menemukan takaran yang pas, berapa banyak gambaran dunia yang perlu kita masukkan. Selalu bertanya pada diri sendiri, apakah gambaran ini benar-benar penting?

#5: Tidak semua yang dibuat harus ditulis
Tidak semua hasil riset harus ditulis dalam cerita, dan tidak semua catatan worldbuilding yang kita buat harus ditulis dalam cerita. Sesuaikan dengan sudut pandang cerita, plot dan karakternya.

#6: Jaga Konsistensi
Di dalam dunia yang kita bangun perlu ada batasan dan aturan supaya dunia itu terasa nyata. Contoh: jika di dunia itu ada orang sakti yang tidak mati walaupun jatuh dari gedung bertingkat, maka perlu ada penjelasan kenapa hal itu bisa terjadi, dan itu harus konsisten sepanjang cerita.

#7: Manfaatkan sudut pandang tokohnya
Manfaatkan sudut pandang tokoh yang kita pakai, misalnya POV Orang Pertama atau POV Orang Ketiga Terbatas. Gambarkan dunia itu melalui sudut pandang mereka. Seperti apa suasana dan aturan-aturannya menurut persepsi, indera dan pemikiran mereka. Hanya sampaikan apa yang mereka tahu atau menurut mereka penting. Tidak perlu bercerita tentang hal-hal yang mereka tidak tahu, kecuali lewat dialog dengan tokoh lain, atau lewat POV tokoh lain. Keterbatasan tentang hal-hal yang bisa disampaikan ke pembaca akan menjadi kekuatan cerita.

#8: Have fun
Jangan takut untuk berimajinasi dan mencoba hal-hal baru. Jangan ragu membuat dunia yang penuh dengan makhluk-makhluk aneh, atau memiliki hukum fisika yang berbeda dengan dunia kita. Namun tetap harus ada batasan dan aturan di dalamnya. Temukan takaran yang pas antara imajinasi liar, logika dan kesederhanaan.
Luangkan waktu untuk melakukannya (dan nikmati), minimal sampai kita mendapat gambaran dasarnya. Setelah itu, menulislah.

~ RD Villam

Tulisan lebih lengkap bisa dilihat di Storial:

https://www.storial.co/book/about-writing-1/1
https://www.storial.co/book/about-writing-1/2
https://www.storial.co/book/about-writing-1/3

QnA

1. Nama: Kak Alfi
Pertanyaan:
Baik. Pertama, selamat datang kak Villlam di kelas Fantasi. Terima kasih sudah menyempatkan waktunya di sini.

Jadi, dari materi yang ada di atas, saya termasuk tipe penulis planner. Riset dll lengkap di awal. Mau biodata, WB, semuanya. Aku paling semangat kalau ngulik ide di awal. Tapi, aku paling sulit menulisnya, apalagi aku tipenya bosanan. Ide baru mengalir lagi, gatal bikin yang baru dan riset dkk lagi.
Sebelumnya, Kaka tipe penulis apa ya? Lalu, bagaimana Kaka menyiasati diri ketika pengen banget nulis tapi tidak bisa menulisnya. Padahal deadline udah didepan mata.
Kedua, Kaka biasanya menulis dulu semua baru edit atau nulis edit tiap bab baru?
Jawab:

Saya campuran planner dan pantser, tergantung situasi. Biasanya kalo ada ide baru, saya cenderung langsung nulis, mumpung gambaran imajinasinya masih ada. Tapi setelah beberapa bab biasanya saya berhenti, coba melihat  cerita apa yg sebenarnya ingin saya sampaikan. Di situ saya mulai bikin plot yg lebih rapi, dan riset lebih banyak buat worldbuilding-nya. Setelah rasanya plan-nya cukup kuat, saya melanjutkan menulis. Detail-detail lalu ditambahkan sambil jalan.
Soal nulis dan edit, saya selalu nyaranin tulis dulu semuanya, walaupun masih jelek. Baru nanti kalo udah selesai, disimpan beberapa lama, lalu diedit.
Tapi, kadang saya juga langsung ngedit di awal, kalo gatel.

2. Nama: Asha Adolf
Pertanyaan:
Sebelumnya, terima kasih sudah menyempatkan diri hadir di tengah-tengah kita.
Untuk buat worldbuilding kek misal, memodifikasi suatu negara contoh... Indonesia jadi negara sihir, tempatnya dinosaurus tinggal, kerajaan Majapahit masih ada di era modern, atau kita modifikasi sejarah dan sistem pemerintahannya, dll. Intinya, kita modifikasi suatu negara sesuai dengan imajinasi kita, itu artinya kita gak buat worldbuilding kita 💯 dari otak kita. Itu boleh tidak, ya?
Jawab:

Boleh.
Siapa yang mau ngelarang imajinasimu? 😁
Tapi, silakan pikirkan batasan dan aturan dalam dunianya, supaya gabungan antara dinosaurus dan majapahit itu bisa diterima akal sehat.

3. Nama: Zu
Pertanyaan: Selamat malam kak Villam, aku Zu dari Pontianak. Aku pengen nanya, menurut kak Villam, seberapa penting membuat bahasa sendiri untuk membuat world building di high fantasy? Apakah bahasa sendiri itu memang harus ada? Apakah kak Villam punya tips-tips tertentu untuk membuat bahasa sendiri, kalau ada share donk kak? Soalnya aku sekarang sedang menulis high fantasy dan kebetulan ingin membuat bahasa sendiri cuma bingung dari mana mau memulainya.
Sebelum dan sesudahnya, saya ucapkan terima kasih banyak kak.
Jawab:

bahasa buatan atau constructed language itu dibuat demi kepuasan diri kita sebagai penulis.
itu bukan keharusan. Tapi jika kamu bisa bikin bahasa yang indah dan lengkap kayak di ceritanya Tolkien, dan itu disukai pembaca, maka itu bisa jadi nilai plus. tapi sekali lagi, itu bukan keharusan. banyak cerita high fantasy lain yg gak ada conlangnya dan tetap bagus-bagus aja.

kalo di cerita saya yg The Emperor, saya ada bikin conlang juga, tapi cukup di beberapa kalimat doang. sekadar untuk penyedap rasa aja.
kalo bingung mulai dari mana, mulai dari ungkapan yg sederhana dulu aja. gak usah langsung pengen bikin yg kompleks.

4. Nama: Sindy
Pertanyaan: Selamat malam dan selamat datang Kak. Maaf kalau pertanyaan saya terlalu banyak untuk dijawab.
-Kak, saya mau bertanya fantasi memiliki aturannya sendiri yang banyak mengatakan harus rasional. Menurut kakak tentang hal itu bagaimana? Rasional yang ditekankan sekiranya apa saja?
-Kalau kita ingin menciptakan suatu bangsa dan dunia yang benar-benar original yang belum pernah dibuat oleh orang lain, apakah bisa? Kalau bisa sekiranya kakak ada tips untuk ini?
-Di dalam dunia fantasi lebih baik banyak menggunakan show atau tell? Bila ingin mencampurkan dengan unsur misteri, bagaimana caranya agar pembaca tidak mudah menebak semua clue dan bisa mengalir begitu saja?
-Sebelumnya saya penulis fantasi, tetapi terkadang saya kesulitan untuk mendeskripsikan setiap tokohnya, adakah tips agar saya lebih mudah membuat pembaca bisa membayangkan tiap tokoh yang ingin saya sampaikan?
Jawab:

Tentang rasional.
Ada yang bilang: sebodo amat rasional, yang penting imajinasi gue keren. Dan ya, jika ternyata imajinasinya itu disukai pembaca, ya bagus-bagus aja.
Di sisi yang lain, ada yang bilang: rasional berarti semua hal harus masuk logika, harus punya alasan kenapa bisa begitu, dan harus konsisten di dalam cerita dari awal sampai akhir. Dalam kaitan dengan worldbuilding, kita berupaya menggali hal-hal ini.
Setiap penulis terserah mau ngikutin pendapat yang mana.

Ingin bikin bangsa yang benar-benar original, misalnya makhluk berkaki tiga dengan kepala manusia dan bertangan T-rex, itu terserah kita. Bisa aja. Tapi apakah hasilnya nanti akan bagus, itu ada banyak faktor lain. apa ada tips khusus? saya cuma bisa nyaranin agar memperbanyak bacaan novel kita aja. untuk dapet wawasan dan inspirasi. dan liat mana yg bagus dan gak bagus.

show dan tell sama-sama penting dalam storytelling, apa pun genre ceritanya. agar pembaca tidak mudah menebak clue, yang pertama plottingnya mesti kuat dulu. lalu saat eksekusi, gunakan sudut pandang atau POV orang pertama atau orang ketiga terbatas (limited). semakin terbatas hal-hal yang diketahui pembaca, mestinya misterinya bisa lebih terjaga.
untuk deskripsi, manfaatkan POV yang kamu gunakan. saya pernah ada materi khusus tentang deskripsi ini. mungkin kapan-kapan dibahas.

5. Nama: Julian
Pertanyaan: Selamat malam kak saya Julian dari Lombok NTB saya mau mengajukan pertanyaan nih
Sebelumnya saya penulis fantasi dan ada beberapa hal yang mengganjal sih buat saya selama membuat cerita:

1. Apakah dalam sisi worldbuilding dalam cerita harus menyeluruh kaya kejadian seluruh dunia atau boleh satu daerah atau negara yang jadi latar cerita dengan berbagai kejadian yang kita imajinasi kan
2. Apakah bisa kita mengaitkan kejadian dalam dunia nyata yang gk berhubungan sama fantasy kaya penjajahan Jepang dikaitkan sama kejadian yg kita imajinasi kan gitu
3. Mungkin bisa minta saran buat karakter villain yang bagus dan bisa pas menurut pandangan kakak.
Jawab:

1. silakan kamu berimajinasi membuat sejarah, kultur, kondisi alam dan lain-lain untuk semua negeri di dunia yang kamu bikin. tapi ingat, worldbuilding hanyalah pendukung cerita. pilah mana yang penting buat cerita, mana yang enggak. tampilkan yang penting aja.

2. bisa. bebas.

3. beberapa ciri villain yg bagus:
- punya alasan-alasan yg bagus dan kuat atas tindakan-tundakannya
- manusiawi, multidimensi. tidak hanya jahat, tapi juga punya sisi yang bikin pembaca mikir bahwa dia mungkin baik juga
- lebih kuat dan lebih pintar daripada tokoh utamanya

Tetap semangat aja. Dan luaskan bacaan dan wawasan. Dibanding jaman dulu, sekarang lebih gampang menemukan banyak ilmu dan informasi. Tapi, distraksinya juga lebih banyak. Jangan mudah nyerah, dan jangan juga terburu-buru. Gak masalah gagal atau ditolak sekarang, karena itu malah kesempatan buat kita untuk memperbaiki.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro