1. Rakyat Jelata

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebelumnya tinggalin emot kesayangan kamu di sini dong buat jejak, hehe.

Happy reading. 🤗🤗

****

"Jadi gue mau buat bisnis tentang properti gitu, Bro. Tapi ya tahu lah, modalnya cukup besar, kita juga butuh banyak supply dana dari sponsor. Ya kali aja lo bisa bantu."

Kaisar hanya meringis mendengar penuturan salah seorang lelaki yang bahkan tidak ia hapal namanya itu. Sekali lagi ia mencicip minuman yang dipegang, lalu menjawab seramah yang ia bisa.

"Sorry, Bro. Gue nggak punya andil besar dalam manajemen perusahaan. Jadi kayaknya nggak bisa berbuat banyak buat bantu lo."

"Masa? Kan lo bisa bantu ngomongin sama Kakak lo, atau siapa gitu yang ada di dewan direksi."

Sekali lagi Kaisar tersenyum. "Sorry."

"Lo juga bisa invest, uang tabungan lo kan pasti banyak tuh, sayang nggak kepake. Gue jamin—"

Kaisar mengangkat tangan sebagai kode untuk menghentikan omongan lelaki plontos itu, tak lupa dengan senyuman tipis untuk formalitas saja, lalu meraih ponselnya yang berbunyi.

"Halo. Iya, sebentar lagi saya ke sana."

Sadar tidak dihiraukan, lelaki itu berdecak keras lalu pergi meninggalkannya dengan wajah kesal. Kaisar hanya melirik sekilas, kemudian langsung mematikan ponsel.

Dia memang sengaja melakukannya untuk mengusir lelaki tidak penting itu secara halus. Jujur, dia jenuh. Kaisar memang terkenal ramah dan bisa berbaur dengan siapapun, membuat beberapa orang jadi tidak sungkan untuk mencoba menjadi parasit. Tapi maaf, pengalaman bertahun-tahun menghadapi orang-orang semacam itu sudah tidak terhitung banyaknya, dan Kaisar cukup lelah menanggapi.

***

Kaisar pamit sebentar menuju bar setelah bosan berkumpul di area privasi yang disewa oleh Reno---orang yang sedang merayakan ulang tahun hari ini. Seperti biasa, suasana tempat hiburan malam itu ramai. Kaisar bukan orang yang sering datang ke sana, meski tidak anti juga. Pergaulannya kebanyakan memaksa untuk menyambangi tempat itu, entah hanya sekadar kumpul-kumpul atau undangan acara teman, seperti sekarang.

"Hai, sendiri?" Seorang wanita tampak mendekati Kaisar yang tengah memesan minuman.

Kaisar melirik sekilas. Perawakannya bagus, wajahnya cantik, sesuai tipenya. Anggukan kepala menjadi jawaban. "Hm."

"Mau turun ke lantai dansa?" tanya wanita itu.

"Oke." Kaisar menaruh minuman yang baru saja mampir di tangan, dan mengikuti ke mana wanita itu menggandengnya.

Irama menyentak lagu EDM terdengar, wanita tadi menggoyang bahunya, lalu merapatkan tubuh.

Kaisar hanya diam, sesekali bergoyang kecil dengan tangan yang masih berada dalam saku. Bukannya tertarik dengan sang wanita, dia malah menoleh ke kanan, ke tempat beberapa temannya yang ternyata juga keluar dari ruangan dan mencari mangsa. Ia tahu hal itu akan terjadi, makanya keluar terlebih dulu.

"Setelah ini kamu ada acara?" Wanita yang ada bersamanya berteriak agak keras karena lagu yang menyentak telinga mengelilingi mereka. "Saya free lho." Sebuah kerlingan genit muncul, membuat Kaisar tersenyum tipis.

Ah, ini membosankan. Tidak seasyik yang dia pikir. Kenapa dia harus bertemu dengan banyak orang yang mendekati, entah itu lelaki yang mencoba mencari untung, atau wanita yang justru selalu mengejarnya duluan. Wajahnya memang tampan, sikap baiknya juga sering disalah artikan, atau orang-orang hanya tergiur label 'anak salah satu orang terkaya di Indonesia'.

Kaisar sudah tak berselera lagi. Ia segera pamit, wanita itu sempat kecewa dan meratap tapi lelaki itu dengan baik-baik menolak. Ada urusan bisnis katanya, padahal ia hanya malas saja.

"Bro, gue istirahat di room dulu. Ada yang free kan?" teriak Kaisar saat posisinya sudah dekat dengan Reno dan kawan-kawan.

"Ngapain lo? Nggak main dulu sama cewek yang nari di lantai dansa? Dia kayaknya ngincer lho dari tadi. Lumayan buat selingan."

"Males," kata Kaisar sembari melangkah menuju tempat yang lebih sepi dan mengunci diri di sana.

Kaisar tidak mau berurusan dengan orang tidak penting, yang mungkin bisa merusak hidupnya. Yah, siapa tahu nanti kisahnya akan persis di adegan awal dunia novel. Main ke klub, tak sengaja bermain dengan wanita yang tidak kenal, wanita itu hamil, ia bertanggung jawab, dan hidup bahagia.

Apa benar cerita di dunia nyata akan berakhir seperti itu? Kaisar tidak yakin.

Reno hanya menjawab ucapan Kaisar dengan isyarat tangan dan sibuk kembali dengan teman-temannya.

****

Kaisar mengecek jam di pergelangan tangannya. Sudah pukul tujuh pagi. Gila! Dia tak menyangka akan ketiduran di club tadi malam. Padahal dia hanya berniat istirahat saja. Kalau kakaknya tahu ia tidak pulang sama sekali ke rumah bisa gawat.

Saat tengah asyik mengemudikan Porche hitam kesayangannya, ponsel lelaki itu tiba-tiba berdering. Melihat nama yang tertera membuat Kaisar meringis, Nama, calon kakak ipar kesayangan muncul dan membuatnya tanpa pikir panjang menekan tombol pada alat yang ada di telinga dan telepon langsung tersambung.

"Halo, Kak Nama," sapanya ceria, tanpa rasa berdosa.

Kaisar memang orang yang ramai kalau bertemu dengan yang cocok.

"Lo dari mana aja, hei! Nggak pulang ke rumah lo ya?" cerocos seseorang di seberang telepon sana.

"Iya, gue sayang juga sama Kakak," jawab Kaisar sama sekali tak menyambung dengan pertanyaan.

"Gue tabok juga lo."

Kaisar tertawa, baginya menggoda Nama adalah hal terseru akhir-akhir ini. "Gue semalem ketiduran di rumah temen, Kak. Oh ya. Habis ini langsung ke resto juga, nanti ada meeting bentar. Udah rada telat  karena si kampret banguninnya kesiangan."

"Untung aja Kak Raja semalem lembur."

Kaisar mengelus dada, lega. "Syukur deh. Kak Nama pasti belain adiknya yang paling ganteng ini dong. Nggak bakal ngaduin dong."

"Jangan seneng dulu. Nggak gratis."

"Nanti gue kirimin kartu black card. Kak Nama bebas shopping apa aja." Alis lelaki itu naik turun, seolah Nama bisa melihatnya dari tempatnya berada.

"Dih, kalau itu gue juga udah punya dari Kak Raja. Gue minta dianterin nanti siang, ke WO. Lo bisa kan? Sumpah! Gue nggak ngerti apa aja yang harus disiapin."

"Yang mau nikah siapa, yang nemenin siapa," dumel Kaisar tak serius. Sebenarnya dia sama sekali tak keberatan mengantar Nama ke mana pun. Nama itu mood booster semua orang dan pasti akan menyenangkan keluar bersamanya.

"Ya kan elo tahu Kak Raja tuh super sibuk ngurusin kursi kosong Bapak Sultan. Udah tinggal menghitung hari H tapi tetep aja nggak ada waktu buat diskusi, gue takut entar pas hari pernikahan dia masih kerja juga. Lo sekali-kali bantu di kantor kek."

"Lha? Napa jadi bahas itu. Skip! Skip!"

Kaisar memang selalu menghindari pembahasan tentang kontribusinya di perusahaan milik keluarga. Lelaki itu lebih memilih mengelola bisnis sendiri sesuai dengan passion-nya. Kuliner.

"Ya kan biar Kak Raja bisa selaw sedikit, Kai. Biar gue bisa bebas honeymoon gitu abis ini."

"Honey moon di rumah aja napa, sih. Perasaan sama aja begitu-begitu juga gayanya."

Nama berdecak. "Lo mah enak dari orok udah biasa naik pesawat jet pribadi, keliling dunia. Lha gue? Honey moon ini kan bisa jadi alasan biar Raja mau jalan-jalan. Tahu sendiri dia gila kerjanya kayak gimana."

"Namanya juga CEO, Kak. Tanggung jawabnya gede. Lagian gue yakin sih Kak Raja bakal nurutin kemauan Kak Nama. Omongin aja mau keliling dunia, pasti langsung dijabanin."

"Orang cantik kayak gue pasti dibucinin setengah mati ye kan?" ujar Nama pede.

Kaisar hanya tertawa. Tidak mau membantah. Yah, bukan Nama kalau tidak mempunyai kadar kepercayaan diri setinggi itu, kan?

"Serius ya, Kai. Entar anterin. Gue nggak terlalu ngerti apa yang mau dipersiapin. Katanya WO ini milik temen lo."

"Iya, iya. Santai aja, Kak. Entar paling gue meeting sebentar aja, kok. Nanti kalau udah selesai gue kabari."

Perhatian Kaisar tiba-tiba terpecah. Ada yang aneh dengan kondisi mobilnya.

"Apa, nih?" tanya Kaisar, bertanya pada dirinya sendiri.

"Kenapa, Kai?"

"Mobil gue kayaknya nggak beres."

"Oh, mobil horang kaya bisa rusak juga."

"Sialan!" umpat Kaisar diiringi tawa berderai. "Ya udah, Kak. Gue cek dulu. Sampe ketemu entar. Bye."

"Oke, Kai. See you soon. Cieeehhh cakep bener bahasa enggres gue."

Entah berapa kali Kaisar menarik bibir hanya karena mengobrol dengan calon kakak iparnya itu.

Tak lama telepon terputus, Kaisar menepikan mobil dan keluar, mengecek apa yang terjadi. Tapi percuma, sejak lahir dia tak pernah mengurusi mobil sendiri, jadi Kaisar tak mengerti apa pun. Maklum, horang kaya.

Tanpa perlu banyak menggerutu, akhirnya Kaisar menelepon seseorang. "Jo, mobil gue mendadak aneh. Tolong urus, ya. Terus..." Kepala lelaki itu memutar mencari sebuah plang nama jalan. "Gue lagi ada di Jl. Setia Budi, Jakut. Cari dealer motor terdekat di sini, beliin pake kartu kredit gue yang lo bawa, dan segera kirim ke lokasi yang gue share nanti."

Kaisar berdiam diri sejenak, mendengarkan lawan bicaranya. "Oh motor apa ya?" Kali ini lelaki itu melihat motor yang berseliweran di jalanan. "Ah, gue kayaknya mau nyoba motor Moi deh. Bosen yang mahal mulu. Sekali-kali jadi rakyat jelata, lah," ujarnya sambil tertawa.

Ya, sepertinya sudah segala tipe. motor dan mobil mahal terparkir di rumah. Kaisar sedang ingin merasakan sesuatu yang baru.

"Lima menit sampe bisa nggak? Bentar lagi meeting kan ya? Oke? Sip! Elo emang selalu bisa diandelin. Thanks Jo," ucapnya pada sang manager restoran yang sering merangkap menjadi asisten pribadinya itu.

Dan benar saja, lima menit setelahnya, sebuah mobil bak terbuka berhenti di samping Kaisar, membawa motor matic warna merah. Setelah melakukan berbagai macam prosedural akhirnya Kaisar bersiap dan mencoba menstarter kendaraan yang baginya klasik itu. Mobilnya sendiri sudah diangkut oleh bengkel yang dipesan oleh Jo.

"Gila! Keren banget! Semuanya masih manual," ucap Kaisar kagum. Lelaki itu juga mengenakan helm dan jaket yang menjadi hadiah pembelian motor baru,  warna merah terang yang baginya sangat menarik perhatian. "Mantap Jiwa! Unik banget nih jaket. Bahannya beda sama yang biasa gue pakai. Kayak ada hot-hotnya gitu." Lelaki itu berbicara sendiri, juga tertawa sendiri. Seperti orang gila saja.

"Bang? Bang?"

Seseorang menepuk bahu Kaisar, membuat lelaki itu menoleh. Sesosok wanita dengan rambut panjang dicepol ada di belakang tubuhnya. Mata melengkung seperti bulan sabit, bibir kecil mengerucut dan hidung bangir membuat Kaisar tak bisa mengedipkan mata saat menatapnya, sesuai sekali dengan tipe Kaisar.

Tapi… Kaisar paling anti naksir dengan seseorang yang mencari perhatian terlebih dulu. Derita jadi orang cakep. Bukan satu atau dua kali saja wanita mencoba menarik perhatian lelaki itu. Bahkan, saat ia sudah berpakaian seperti rakyat jelata aja masih ada yang menggoda.

"Bang, bisa anterin saya ke kantor sekarang nggak?"

Kaisar yang tak mengerti arah pembicaraan sang lawan bicara mengerjapkan mata. "Hah?"

"Abang tukang ojek, kan?"

Kontan saja mata Kaisar membulat. "Heh?"

"Buruan, Bang. Bisa apa enggak? Saya buru-buru. Kalau nggak bisa saya cari tukang ojek lain."

"Oh." Kaisar sedikit linglung akan kenyataan yang terjadi. Seumur-umur baru kali ini dia disangka tukang ojek.

"Bang?" Wanita itu melambaikan tangan di depan muka Kaisar.

"Hah? Oh iya. Kantornya mana, Mbak?"

Yah, tidak ada salahnya juga membantu orang. Sepertinya wanita ini sedang kesulitan. Lihat wajah paniknya. Alis berkerut, bibirnya mencebik beberapa kali, dan tangannya menyugar poni ke belakang. Kenapa bisa tingkah sederhana seperti itu terkesan imut?

"Jl. Adiwangsa. Bisa agak cepet nggak, Bang? Saya takut telat."

"Oke siap. Eh, tapi saya nggak bawa helm lain gimana?"

"Oh begitu ya?"

"Ah, lewat jalan tikus aja nggak papa kan, Mbak? Mbak tahu?"

"Tahu, tahu," jawab sang wanita antusias.

Kaisar bahkan tak berkedip hanya untuk mengamati ekspresi wanita manis itu. Sangat cantik dan polos? Tak sadar bibirnya ikut tersenyum. Kemudian ia mencopot helm yang dipakainya. "Mbak yang pakai aja, biar safety."

"Oh iya, makasih."

"Nanti kasih saya tunjuk jalannya ya, Mbak."

"Oke."

*Bersambung

Waaahh anak bontot konglomerat bisa-bisanya dikira tukang ojek? 😂😂

Mau lanjut baca? Insya Allah update tiap hari ya untuk beberapa waktu.

Jangan lupa votmennya, Haluan. 🤗🤗

Salam sayang, Pim.

10 Mei 2022

Rekomendasi cerita ODOC Romance the WWG

21.Prajabatan Cinta + rachmahwahyu rachmahwahyu

22. Kaisar (Kalau Cinta, Bisa Apa?) + primamutiara_ primamutiara_

23. Agreement Series: Epiphany + dwikadekaa Dwikadekaa

24. Way Back to Us + Ina Carra tabinacarra10

25. FEAR(less) + yourbellylee yourbellylee

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro