2. Terpesona

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sedari tadi, Kaisar melihat kaca spion, memandang sosok yang diboncengnya. Untuk pertama kali, ia merasa tertarik dan penasaran dengan wanita yang baru saja dikenal. Wanita itu terlihat cuek, sama sekali tak mencuri pandang padanya, pun juga tak mau bersentuhan. Sepertinya pegangan belakang motor lebih menarik daripada pinggang Kaisar.

Padahal biasanya, belum kenal saja para kaum hawa itu suka melirik wajah tampan Kaisar. Ia yakin meski sekarang memakai jaket bonus motor. Ketampanannya tak lekang oleh waktu.

Kaisar jadi berpikir. Seandainya wanita ini tahu siapa dirinya, seorang anak dari Sultan Wibisono Atmadja. Pemilik beberapa perusahaan dan produk terkenal di Indonesia. Apakah reaksinya akan berbeda? Atau sama saja seperti orang lain?

"Bang!"

Kaisar berjingkat kaget, takut ketahuan mencuri pandang sedari tadi. "Ya? "

"Maaf, bisa agak cepetan nggak ya? Waktunya sudah mepet nih."

"Oh iya. Bisa."

Lelaki itu mempercepat laju motor, rasanya ia juga sangat senang merasakan udara bebas. Entah sudah berapa lama tak merasakan sensasi mengebut dengan kendaraan roda dua, meliuk-liukkan stang dan menyelip kendaraan lain.

Tak perlu waktu lama mereka akhirnya tiba di tempat tujuan, wanita cantik yang diboncengnya segera mencopot helm lalu beranjak, tak lupa memberikan uang berwarna ungu dua lembar.

"Terima kasih, Bang. Ini uangnya. Kembaliannya ambil aja. Udah ya, Bang." Serentetan kata itu diucapkan dengan cepat bahkan seperti tanpa jeda napas.

"Eh nggak usah, Mbak." Dan Kaisar terlambat mengucapkan kata itu karena sang wanita dengan setelan kerja biru dongker itu sudah melenggang masuk ke dalam kantor.

Kaisar mengedikkan bahu, lalu menatap uang sepuluh ribuan itu dengan saksama. "Waahh duit indonesia ternyata ada yang warna ungu ya? Lucu banget, bisa buat koleksi, nih. Uang unik dari gadis cantik."

Setelah memasukkan kedua lembar uang kertas itu ke dalam dompet, Kaisar akhirnya menyalakan motor dan kembali ke tujuan semula.

*****

Dengan napas terengah, Cyrin segera berlari masuk ke kantornya. Sementara di depan kubikel ada teman yang menatap wanita itu panik.

"Ryn! Astaga! Kenapa baru dateng? Udah ditungguin Bu Risma. File-nya udah Lo bawa semua, kan?"

Cyrin mengangguk dan menancapkan flashdisk warna silver ke laptop temannya yang menyala. "Lo pake ketinggalan flashdisk di tempat gue segala sih. Mana gue kirim file nggak kekirim-kirim, WiFi kost error keknya, gue juga nggak punya data."

"Ya maap. Lo kan tahu sendiri kalau sampai gue nggak ngumpulin proposal itu hari ini bisa langsung digorok."

Cyrin memutar bola mata malas. "Cepetan diprint!"

"Iya, elah!"

"Yang lain belum dateng?"

"Sinta masih di luar kota. Tinggal Damar sama Lukas. Lo kayak nggak tahu kebiasaan dua bocah itu aja."

"Woi, Cin. Kita dateng. Keknya tadi ada yang nyebut-nyebut ye?"

Dua orang lelaki yang mempunyai fisik bersebrangan muncul. Lukas, dengan gaya metroseksualnya dan Damar dengan gaya santai, bahkan seperti orang yang tidak menuju ke kantor, kaos oblong dan celana jeans selutut, sebuah kamera bergantung di lehernya.

"Lukinta Luna! Lo kok baru dateng sih elah!" Santi berteriak, tertahan, takut kedengaran Bos. "Dan astaga! Damar. Pakai baju rapihan sedikit dong."

"Sorry, Beb. Ada laki yang godain tadi di jalan. Kan mubazir nggak diembat ye kan," jawab Lukas seenaknya.

Sedangkan Damar hanya masa bodo, menggaruk rambut gondrongnya yang berantakan.

"Dih."

"Ayok, katanya ditungguin." Cyrin sudah bersiap dan akhirnya diikuti oleh ketiga temannya.

Saat pertama kali melangkah masuk, tatapan sang atasanlah yang dihadapi empat sekawan itu.

Cyrin sendiri sibuk menelan ludah. Meski sudah sering bertemu, ia masih selalu saja ngeri dengan tatapan bos yang berumur kepala tiga itu, Risma.

"Ryn, jadwal kita hari ini apa saja?"

Baru menaruh bokong di kursi, pertanyaan tanpa basa basi itu langsung keluar dari mulut Risma. Dengan sigap Ryn mengambil tablet yang ada di tas dan menggeser layar.

"Pagi hari ini, jam delapan, kita ada technical meeting dengan klien yang bernama Rendy Nugraha, Bu. Semua yang berkaitan diharapkan untuk hadir. Selanjutnya ada fitting kebaya di butik Rosemary atas nama calon pengantin Anggun Diana, PJ Santi. Photoshoot prewedding akan dipegang Lukas dan Damar, dijadwalkan dari siang sampai sore di Pantai Indah Kapuk. Sedangkan Sinta sedang melakukan peninjauan di Hotel Green Harmony yang ada di Bogor."

Risma mengangguk, meneliti satu-satu anak buahnya, berhenti di Damar sekilas dan membuat wanita itu membuang napas sekilas.

"Lukas dan Damar. Saya harap pekerjaan kalian bagus seperti biasa. Kalau bisa dibenahi sedikit penampilannya agar terkesan lebih profesional."

"Siap, Bu!" jawab Lukas dengan nada ceria. Sedangkan Damar seperti biasa hanya mengangguk menanggapi.

"Santi, proposal yang saya minta kemarin sudah jadi?"

"Sudah, Bu." Santi segera mengangsurkan file yang ia dekap sedari tadi.

"Oke, langsung saja. Kita ada sedikit masalah kali ini. Ada yang tahu restoran Sang Kaisar?"

"Ya?" Cyrin mengerjapkan mata, jujur ia baru mendengar nama itu. Mungkin karena jarang nongkrong juga.

"Iya. Kami tahu, Bu." Santi menyenggol Cyrin memberi kode agar wanita itu mengikutinya saja.

"Saya dengar, restoran ini agak susah diajak kerjasama. Mungkin karena pemiliknya adalah kalangan kelas atas dan terkesan eklusif. Tapi kemarin saat saya berunding dengan calon klien dia menginginkan restoran ini untuk dijadikan salah satu vendor kita. Meski mewah, makanannya cukup terjangkau, dan memuat berbagai macam makanan baik dari dalam dan luar negeri. Saya ingin salah satu dari kalian mencari tahu dengan benar bagaimana bisa mengajak mereka bekerja sama, dan membuat proposalnya. Siapa yang bersedia?" Mata Risma memindai karyawan satu persatu dan berhenti pada Santi.

"Maaf, Bu. Sayangnya bulan ini saya sudah menjadi PJ di acara Bu Diana yang agak rewel masalah acara. Sepertinya saya tidak bisa menghandle. Takut keteteran."

Selanjutnya Risma menatap Cyrin datar tapi terkesan menuntut bagi wanita itu dan membuatnya mau tak mau mengangguk. "Saya usahakan, Bu. Kapan deadlinenya?"

"Minggu ini saya tunggu laporan dan proposalnya sebelum diajukan."

***Bersambung

Wah kira-kira bakalan langsung ketemu sama Kaisar nggak nih?

Maaf ya. Update sedikit dulu, hehehe. Insya Allah besok update lagi. 😊

11 Mei 2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro