3. Konsultasi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Maafin kemarin bolos sehari, hehe..

Happy reading. 🤗🤗

****

Kaisar bersiul sembari memutar kunci motor dan masuk ke dalam restonya. Beberapa ada yang heran dengan penampilan sang bos, sedangkan yang lain terlihat sudah maklum. Anak orang kaya memang tingkahnya aneh-aneh, kan?

"Ngapain lo pakai jaket gituan?" Suara seseorang yang terdengar sinis menyapanya. Dia Arjuna, meski bekerja untuk Kaisar ia tak memperlakukan sang bos sebagaimana mestinya. Mungkin karena umur yang lebih tua serta ikatan keluarga yang masih terkait di antara mereka.

"Gue ganteng kan pakai ini?"

Baru saja Arjuna akan membuka mulut, Kaisar sudah lebih dulu menjawab pertanyaannya sendiri.

"Oke, gue tahu. Dari dulu gue emang ganteng, meski berdandan menjadi rakyat jelata sekalipun ketampanan gue nggak bakal hilang." 

Arjuna berdecih pelan, lalu memilih masa bodoh, dan melanjutkan pekerjaannya sebagai kepala koki restoran Sang Kaisar, milik owner dengan nama yang sama. Arjuna mempunyai kewajiban untuk mengecek bahan makanan yang datang sebelum dimasak setiap pagi.

"Kai, ini materi untuk meeting nanti. Dipelajari baik-baik, kasih saran seperlunya jangan yang aneh-aneh kayak kemarin."

Perhatian Kaisar teralih pada sang manager restorant yang  terkadang mengambil peran sebagai asisten pribadi Kaisar juga, Jo. Kaisar meneliti sekilas apa yang diangsurkan oleh lelaki perawakan tinggi dihadapannya dan mengangguk, dia memang tidak pernah kecewa dengan kinerja Jo. "Oke, sip. Eh, Jo. Lihat penampilan gue kan?" Sekali lagi Kaisar bergaya, berusaha pamer. Sepertinya dia bangga sekali mengenakan jaket dengan warna ngejreng itu.

Jo menaikkan sebelah alis dan memandang Kaisar dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Gue ada cerita seru pas pake jaket hadiah motor ini. Tahu nggak? Ada cewek cantik, cantiknya nggak yang wow gitu sih, kesannya malah sederhana, natural, dan nggak bosenin. Dan lo tahu apa? Dia ngira gue tukang ojek!" Kaisar tertawa sendiri, tak bersambut karena Jo bahkan tidak tahu apa alasan Kaisar tertawa.

Jika orang normal, pasti akan marah jika dirinya yang seorang anak orang kaya, terbiasa dengan pujian tentang penampilan malah disangka tukang ojek, tapi kenapa Kaisar malah terlihat bahagia?

"Dan yang lebih seru lagi dia nyuekin gue! Bayangin aja, seorang Kaisar Wibisono Atmadja yang biasanya digilai cewek justru malah dicuekin. Astaga! Kocak banget kan!"

Jo menggeleng pelan. Dia tahu bosnya itu memang kadang aneh, tapi saat ini Kaisar terlihat seperti orang gila baginya.

"Duh, sayangnya tadi belum sempet tanya nama atau nomer teleponnya. Eeuummm...tapi gue tahu alamat kantornya kok. Gue mangkal jadi tukang ojek di sana apa ya? Menurut lo gimana, Jo?"

Jo hanya tertawa garing. "Gue mau siapin ruangan rapat dulu. Permisi."

Arjuna yang ternyata menguping sedari tadi mengakak. "Bagus, Jo! Nggak usah diladenin bocah gila kayak gitu."

Kaisar melirik sinis. "Lo kalau udah nggak betah kerja di sini minggat aja, Jun."

"Kalau nggak gara-gara Mak lo gue juga ogah bertahan di sini."

Decihan pelan keluar dari mulut Kaisar. "Eh tapi btw." Wajah Kaisar yang semula jengkel berubah cerah seketika, lalu mendekat ke Arjuna dan merangkulnya. "Lo kan playboy handal tuh, Jun. Menurut lo gimana cara yang gue bilang tadi?"

"Lo mangkal jadi tukang ojek?"

"Yoi."

Arjuna mengamati Kaisar dengan intens, dan orang yang diperhatikan terlihat antusias dengan saran dari lelaki yang mempunyai banyak pengalaman dengan wanita itu.

"Cocok sih lo. Nggak sekalian jadi pekerjaan utama aja? Lagian di resto juga udah ada Jo yang ngurus operasional."

"Ck! Bukan masalah kerjaannya, tapi cara menarik perhatian ceweknya."

"Nggak penting banget. Kalau cewek cuek sama kita ya tinggalin aja. Kayak gak ada yang lain aja," ucap Arjuna sembari berjalan  cuek menjauh dari Kaisar.

"Gue doain saat lo suka banget sama cewek dia nolak lo seribu kali, Jun."

Arjuna tak menjawab tapi senyum miring sang koki seolah mengatakan bahwa hal itu tak mungkin terjadi. Rasanya Kaisar ingin meremas wajah menyebalkan Arjuna sekarang.

****

Nama terbahak mendengar cerita Kaisar. Terlebih lagi laki-laki itu bercerita dengan penuh semangat. Seperti seorang anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru.

Ya, sesaat setelah meeting, Kaisar pergi menemui Nama mengantarkannya ke WO, sekaligus menceritakan hal yang ia alami tadi---bertemu wanita yang mengiranya tukang ojek.

"Gue tuh ngerasa jenuh, Kak. Kayak mudah aja gitu dapet sesuatu, terutama cewek ya. Jadi pas nemu cewek cuek sama gue tuh jadi amazing banget!"

"Tapi bisa jadi dia kayak gitu karena ngira lo cowok misqueen kali, Kai. Kalau tahu lo kaya tujuh turunan bisa nemplok juga. Jaman sekarang siapa sih yang nolak ATM berjalan."

"Nah, itu yang bikin gue penasaran. Secara cewek matre kayak Kak Nama kan bejibun ya."

"Sial!" Nama sama sekali tak tersinggung dan malah tertawa. Ia sendiri mengakui hal itu.

"Jadi menurut Kakak gimana nih? Gue perlu ngasih effort lebih nggak buat cewek ini?"

"Emang lo beneran suka? Baru pertama kali ketemu lho, Kai."

"Gimana ya? Dibilang suka banget ya nggak juga, cuma penasaran. Udah lama banget tuh hidup datar-datar aja, gini-gini terus. Pengen suasana baru gitu. Pura-pura jadi orang biasa seru kayaknya. Sekalian survei selera pasar, belajar down to earth juga," ucap Kaisar sembari menarik turunkan alis.

"Astaga! Emang orang kaya tuh aneh ya. Yang pas-pasan aja berusaha sekuat tenaga tampil keren, kayak orang kaya. Nah, yang bisa gampang dandan kayak gitu malah mau terlihat biasa aja." Nama menggeleng pelan, tak habis pikir. "Terserah lo aja deh. Kalau masalah kalangan bawah gini sih gue bisa bantu. Itung-itung balas budi kemarin lo bantuin gue adaptasi di lingkungan horang kaya kan. Cuma ati-ati aja. Jangan suka mainin hati cewek. Jangan suka main api, nanti kebakaran."

"Gampang. Tinggal telepon pemadam," ucap Kaisar sembari tertawa ngakak. "Ya udah entar sehabis dari WO kita beli baju-baju rakyat jelata ya, Kak."

"Oke, sip!" Nama menunjukkan jari jempolnya. "Btw, gue jadi kepo. Ceweknya secantik apa sih sampe bikin lo klepek-klepek. Sama gue cantikan mana?"

Gini nih cewek, suka banget ngasih pertanyaan menjebak.

"Cantik sih relatif, Kak. Kak Nama cantik, cewek itu juga cantik, cuma cantiknya tuh lebih bikin hati adem, nenangin."

"Jadi muka gue nggak nenangin? Lebih mirip kayak iblis betina gitu ya?"

Nah, kan. Salah lagi.

Tawa Kaisar pecah lagi. "Gue sih pernah denger ada orang bilang, kalau kita pertama kali ketemu jodoh tuh kayak ada perasaan berbeda gitu, yaahh semacam ketenangan terus mendengar bisikan. 'Nah, yang ini nih ceweknya!" Kan untung gak ngerasain hal yang sama ke Kak Nama, nanti gue bisa ngejar-ngejar Kakak. Jadi saingan cintanya Kak Raja deh. Entar kalau Kak Nama naksirnya sama gue gimana."

"Sorry ya, lo nggak tipe gue. Tipe gue dingjn-dingin gemesin kayak calon suamik."

"Iya deh iya."

*Bersambung

Gimana nih?

Kalian mau cerita ini pake konflik ringan apa berat? 🤭🤭

Mumpung masih awal-awal nih.

Besok insya Allah ketemu lagi ya. Tetep mau baca dong. Iya, kan? Awas aja bilang enggak. Hahaha.

Salam sayang

Pim

13 Mei 2022


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro