go jū - san

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suasana hari itu di rumah Theo Harsyah begitu ramai. Beberapa orang asing berseliweran, menyiapkan makanan di taman belakang rumah Theo, sementara wajah-wajah yang tidak asing sudah memenuhi area belakang rumah.

Ayu dan Sigit baru saja menyelesaikan prosesi agama dan catatan sipil untuk pernikahan mereka, dan saat ini Sigit mendorong kursi roda Ayu menuju sofa di teras belakang, dan membantunya duduk di sana. Lalu Sigit duduk di sebelah Ayu, terus menggenggam tangannya erat.

"Kamu cantik."

Sigit tidak bohong. Ayu terlihat begitu cantik, dengan wajah penuh senyum, dan make up yang tidak terlalu tebal, namun tetap memancarkan pesonanya. Ditambah lagi, setelah malam lamaran itu, Sigit dilarang bertemu dengan Ayu. Mereka hanya bisa teleponan, itupun dilarang video call. Katanya Ayu harus dipingit. Ada-ada saja.

"Kamu udah ngomong itu lebih dari sepuluh kali, Git."

"Ya, habisnya kenyataan. Apalagi yang cantik ini isteriku."

Ayu tergelak, membuatnya semakin terlihat cantik.

"Gombal banget, Git. Atau sekarang aku harus panggil kamu Mas, karena kamu udah naik pangkat jadi suami aku?"

Sigit ikut tertawa.

"Kok kayaknya absurd banget kalau kita pake panggilan sayang begitu."

"Siapa bilang itu panggilan sayang? Mas itu singkatan dari ikan mas koki."

"Emangnya aku mirip ikan mas koki?"

"Mirip. Tuh jidatnya jenong," ledek Ayu sambil memasang wajah serius.

"Nggak ah. Ngaco kamu. Aku ganteng begini dibilang jenong."

"Jenong kok, tuh," kata Ayu sambil menyentuh dahi Sigit dengan tangannya yang bebas.

"Kalau aku jenong, terus yang kamu umpetin di balik poni kamu apa dong?" Ayu berdecak kesal.

"Idih, kok rese?"

"Lho? Siapa mulai duluan? Kamu panggil aku Mas, aku panggil kamu Lou deh. Singkatan dari Louhan. Kan lebih jenong tuh. Kita pasangan jenong deh."

"Apa sih, Git," kata Ayu, mau pura-pura kesal, tapi jadinya dia tertawa.

"Ya udah, aku panggil sayang aja gimana?"

"Geli ah, Git."

"Sayang, Masayu baby, kesayangannya Mas Sigit-"

"Najis banget, Git. Ih kamu mah, habis nikah kenapa makin norak sih?"

"Efek lama nggak ketemu kamu, Yu."

Ayu tertawa terbahak-bahak sambil memukul lengan Sigit.

"Dasar gila."

"Lho, kok malah ngatain suami sendiri. Kualat lho, tar."

"Iya, Git, suka-suka kamu deh."

"Yang baru nikah, seru banget ya. Kayak di dunia sendiri. Tamunya dianggap pajangan doang."

Ayu dan Sigit sama-sama menoleh dan menemukan Theo dan komplotannya di depan mereka, sambil membawa piring berisi makanan, dan tersenyum lebar.

Mereka menarik kursi, dan duduk membentuk lingkaran, menghadap kedua pengantin itu.

"Lo nggak makan?" tanya Hansen.

Sebelum Sigit dan Ayu sempat menjawab, Rickon menyeletuk, "nggak usah makan lagi, saling lihat aja udah bikin kenyang kok."

"Ledek aja terusssssss...."

"Kapan lagi bisa ledekin lo, Git. Kesempatan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya," sahut Ronald sebelum menggigit tempura.

"Eh, mana calon bini lo?" tanya Sigit saat Liam menyusul mereka duduk di sana, dan Liam menelengkan kepalanya ke salah satu ujung.

Veronica Rasyid sedang mengobrol dengan Nina di salah satu sudut dekat stand buah.

"Kenalin dong, gimana sih lo," kata Ronald.

"Kalian sudah kenal kan? Tadi udah gue kenalin," kata Liam kalem.

Ayu langsung melotot pada Liam, menyadari ada keanehan dalam pilihan kata Liam.

"Sejak kapan kamu bisa ngomong pake gue-lo??"

"Sejak kita ospek, Mas. Tuh, kerjaan laki lo," kata Theo dengan nada geli.

"Hanya sama mereka sih, Yu. Nggak perlu sopan-sopan kalau sama mereka mah," jawab Liam kalem, namun Ayu masih saja melotot tidak percaya, lalu dia menoleh pada Sigit.

"Kamu apain Liam?? Awas kalau kamu ngelakuin hal aneh-aneh-"

"Kamu nggak percayaan amat sih, sama aku. Aku nggak ngapa-ngapain Liam, sumpah. Theo jangan didengerin lah."

"Beneran? Nggak kamu cium-cium kayak ke Hansen kan?"

"Yah..." Sigit menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Sedikit sih..."

"Tuh kan!! Jadi sekarang aku nggak cuma harus bersaing sama Hansen, aku juga harus saingan sama Liam?" omel Ayu pura-pura kesal.

Seketika itu juga kelima pria di sekeliling mereka tertawa terbahak-bahak, kecuali Hansen yang bete.

"Gue lagi, gue lagi. Salah gue apa dah."

Ayu nyengir pada Hansen.

"Becanda, Hans. Habisnya lo pada lucu kalau lagi bareng."

"Ini kenapa pengantinnya dimonopoli kalian ya?" tanya Flo yang muncul dari belakang Theo, dan dengan santai mengalungkan tangannya di bahu Theo. Mereka berbisik mesra, walaupun sebenarnya yang mereka bicarakan hanya apa Flo sudah makan atau belum.

"Kalau kita nggak di sini, mereka bakal asik berduaan, lupa kalau masih ada tamu," jawab Hansen. Flo tertawa.

"Mereka berdua kan emang gitu. Suka asik sendiri."

"Emang! Bener banget tuh!"

"Ada apa ini? Kok seru?" tanya Nina yang baru datang menghampiri mereka sambil menggendong anaknya yang bungsu. Leon berdiri di sampingnya, dan Veronica mendekati Liam dari belakang.

"Nggak ada apa-apa. Kita cuma lagi gangguin pengantin baru," jawab Rickon santai.

"Emang. Bagus nyadar kalau lo pada ganggu. Hush, hush, jangan deket-deket. Gue mau berduaan sama bini gue," usir Sigit, yang langsung mendapat hadiah pukulan dari Ayu.

"Ngaco ya kamu. Kayak tar malem kita nggak bakal berduaan aja. Mending kamu keliling sama mereka, buat nyapa yang lain."

"Bukannya kita tinggal nunggu mereka nyamperin kita buat kasih ucapan selamat?" ucap Sigit yang langsung mendapat hadiah pukulan dari Ayu.

"Aku kalau bisa juga pengen keliling, tahu? Pengen nyapa mereka semua."

"Oh, kamu mau keliling? Bilang dong daritadi."

Lalu tiba-tiba Sigit mengalungkan tangannya di punggung dan belakang lutut Ayu, dan menggendongnya, membuat Ayu terkejut.

"Ehh???"

"Kursi roda susah dibawa lewat rumput kan? Jadi aku gendong kamu keliling aja."

"Tapi aku berat, Git!"

"Berat apanya coba. Tenang aja, Yu. Kalau aku capek, aku bakal dudukin kamu di kursi. Tuh, banyak kursi bertebaran. Tenang, tenang."

Sigit menggendong Ayu sambil tertawa, sementara Ayu sudah menutup wajahnya di pundak Sigit karena malu.

Para tamu memperhatikan kedua pengantin yang heboh sendiri itu dengan tatapan geli.

***

Sigit sudah membawa Ayu kembali ke kamarnya, karena khawatir Ayu kelelahan, dan membiarkan Flo dan Nina menemaninya di sana. Sementara dia kembali berkumpul bersama para tamu yang tersisa.

Matahari sudah beranjak menuju peraduannya, dan tamu yang tersisa hanya tinggal kelima komplotannya plus Leon tanpa pasangan mereka - Flo dan Nina masih berada di kamar Ayu dan Liam sudah mengantar Veronica pulang tadi sore lalu kembali lagi ke rumah Theo - dan keluarga ibunya Ayu. Itupun mereka sudah siap berangkat menuju bandara, karena mereka sudah pergi terlalu lama meninggalkan pekerjaan mereka di Jepang.

Setelah berpamitan, supir pribadi Theo mengantar mereka ke bandara dan keadaan rumah Theo menjadi lenggang.

Sigit menghampiri manusia yang tersisa, lalu duduk di sebelah Theo, dan mengambil toples berisi emping melinjo dari pelukan Theo, lalu mulai mengunyah.

"Thanks, Bro, udah memperbolehkan gue dan Ayu nikah di rumah lo," ucap Sigit pada Theo setelah emping di mulutnya habis.

"No problem. Gue mah senang-senang aja. Apa gunanya punya taman belakang besar kalau nggak dipakai ya, kan?"

"Eh, malam ini lo tidur sama Ayu dong," kata Rickon, dan Sigit mengangguk.

"Iyalah, udah jadi bini, masa dianggurin?? Udah dikasih nginep di sini, disiapin kamar pengantin juga. Gila, lo sih sepupu paling perhatian lho. Makin cinta deh," ucap Sigit yang langsung mencondongkan bibirnya dan mengecup pipi Theo.

"Anj*** bangsat!!! Nggak usah cium-cium bisa kali!!"

Sigit tertawa terbahak-bahak saat Theo mengumpat dan langsung menjauhinya sambil mengusap pipinya yang ternodai.

"Perlu kita temenin, malam ini? Siapa tahu lo galau, karena nggak bisa-" tawar Liam, namun sengaja tidak melanjutkan kalimatnya.

Tawa Sigit mereda, dan dia tersenyum.

"Nggak usah, santai aja, Boy. Gue kan mau tidur meluk bini gue. Lagipula, gue kan nikah sama Ayu bukan cuma nyari itu. Kalau cuma itu yang penting, gue nggak mungkin nikah sama dia sekarang.

Tapi boleh kali, pembicaraan ini nggak usah diulang terus? Gue jadi merasa merana."

"Justru kita sengaja ngulang-ngulang, supaya lo yakin kalau pilihan lo udah tepat," sahut Ronald.

"Tepat, lah," kata Sigit kalem, matanya secara otomatis melirik ke lantai dua, kamar yang biasa  Ayu tempati, yang menjadi kamar pengantin mereka hari ini. "Hanya dia yang bisa bikin gue jatuh cinta, move on dari masa lalu gue, dan dia satu-satunya perempuan yang membuat gue berpikir menghabiskan waktu seumur hidup sama dia. Walaupun dia sendiri nggak sadar apa yang dia udah lakuin dalam hidup gue, hanya dalam waktu kurang dari satu tahun."

"Lalu kalau ternyata lo salah? Kalau dia ternyata bukan wanita yang tepat buat lo?"

"Gampang. Gue tinggal membuatnya jadi tepat. Selama dia mau sama-sama dengan gue berjuang buat hubungan gue dan dia- lo orang kenapa sih?? Semingguan lo semua kayak berusaha bikin gue ragu, lho. Ngajak ribut? Nggak suka sama pilihan gue, kayak kita semua nggak suka sama Astrid, gitu??"

Sigit bertanya dengan kesal, namun kelima sahabatnya saling berpandangan, lalu terkekeh geli, bahkan Hansen yang notabene adalah pacarnya Astrid yang barusan disebut oleh Sigit.

"Kita justru suka banget sama Ayu. Bawaannya jadi nggak rela gitu, cewek sebaik dia malah berakhir sama lo," jawab Rickon diiringi tawa dari yang lain.

"Pengennya sih kita jauhin Ayu dari pengaruh buruk, yaitu lo," lanjut Liam sambil terkekeh geli.

"Sayangnya, lo malah kelihatan berubah banyak, ke arah yang lebih baik pula. Jadi kita pasrah," tambah Hansen.

"Bangke ya lo pada. Lo pada nggak bakalan bisa jauhin gue dari Ayu!!"

"Lo nantangin gue? Jangan lupa, sepupu ipar. Gue masih dan akan selalu jadi sepupu kesayangan Mas," ucap Theo kalem, dan Sigit langsung mengganti ekspresi jadi memelas.

"Jangan dong, abang sepupu paling baik sedunia alam baka..."

"Setan!!! Lo kira gue makhluk gaib???"

***

Mereka mengobrol sampai cukup malam, dan baru berhenti saat Flo dan Nina turun dari kamar Ayu.

Nina langsung menghampiri Leon yang mau tidak mau menimbrung obrolan absurd enam pria yang lain, lalu berpamitan pulang.

"Ayu udah tidur?" tanya Sigit pada Flo, dan dia menggeleng.

"Ya udah. Gue mau ke kamar dulu. Bye, jangan rindukan aku," kata Sigit sambil melempar ciuman kepada para lelaki itu, yang menanggapinya dengan pura-pura muntah.

Sigit tertawa sambil berjalan naik ke lantai dua, sementara di bawah, kelima pria yang lain langsung berbicara bisik-bisik pada Flo.

"Jadi?"

Flo mengangguk.

"Emang rencananya mau ngasih tahu pas malam pertama kan? Udah cukup kan, Liam?"

Liam tersenyum tipis, tampak puas.

"Cukup. Thank you buat kerjasama kalian semua."

***

Sigit masuk ke dalam kamar, dan menemukan Ayu dengan wajah segar dan bersih dari make up, duduk menyender di kepala ranjang, membaca novel. Secara otomatis Sigit mengunci pintu dan mendekati Ayu untuk mengecup pipinya.

"Kok belum tidur?"

"Belum ngantuk," Ayu mendongak dan mengecup bibir Sigit. "Yang lain udah pulang?"

"Belum. Masih berisik di bawah."

"Kamu nggak apa naik duluan, ninggalin mereka?"

"Nggak apa dong. Kan aku mau berduaan sama isteriku," ucap Sigit sambil mengecup bibir Ayu dan mengulumnya.

Ayu membalasnya sebentar, sebelum mendorong dada Sigit menjauh sambil tertawa.

"Mandi, gih. Kamu bau emping." Sigit ikut tertawa.

"Iya, iya. Bentar ya, isteriku."

"Apa sih, Git. Udah, sana."

Sigit tertawa, sambil berjalan menuju kamar mandi, tanpa repot-repot membawa baju ganti.

Sepuluh menit kemudian, Sigit keluar dari kamar mandi hanya berbalut handuk di pinggang.

Namun matanya menangkap keadaan yang berbeda dengan sebelum dia masuk ke kamar mandi.

Ayu duduk di tepi ranjang, dengan kaus daster yang hanya menutupi sampai setengah pahanya, dan kakinya menapak di lantai.

"Yu, kamu kok pindah tempat-"

"Ada yang harus aku akui ke kamu. Kuharap kamu nggak marah, dan kamu mau mendengar semua penjelasan aku sebelum kamu mengambil tindakan apapun."

"Apa maksudmu?"

Sigit masih tidak memahami maksud Ayu, sampai dia melihat Ayu dengan perlahan dan susah payah, berdiri dari ranjang.

Tbc

NAH 🙈🙈

Ini sekali-kalinya saya nggak mau gambarin prosesi pernikahan mereka, jadi terserah pembaca mau menganggap mereka agama apa. Toh saya bukan penulis cerita religi, daripada saya bingung, saya oper aja kebingungan saya buat kalian 🙈🙈

Sorry for typos

Siap-siap say byebye dengan pasangan absurd ini :*

Sampai jumpa di part selanjutnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro