Ch. 10 - Gadis Cantik Berkacamata

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

'Kencan ya? Kalau dipikir-pikir ... apa yang kita lakukan 'kan memang begitu!'

Fujino memakan sepotong roti bakar. Dia belum berani bicara lagi setelah Oikura menyinggung perihal kencan. Fujino merasa persiapannya sebagai laki-laki sangatlah kurang. Dia harusnya membawa lebih banyak uang dan pakaian yang jauh lebih rapi.

Saat ini baik Fujino dan Kasahara membayar pesanan sendiri-sendiri. Mungkin terdengar hal yang baik-baik saja, tapi Fujino merasa dirinya tidak gentleman. Perasaan yang timbul bagi seorang lelaki ketika tidak bisa memberikan sesuatu pada cewek yang dikencaninya.

'B-Bodoh! Aku ini mikir apa sih. Inikan cuma nongkrong. Berbeda dengan kencan. Niat kami dari awal kan begitu.'

Fujino hanyut dalam pikirannya.

Kasahara masih canggung dan malu-malu, tapi ketika menatap Fujino, dia bisa membacanya bahwa Fujino tengah larut dalam pikiran yang lain.

"F-Fujino!"

"I-Iya ...!" Fujino kembali sadar.

"K-Kamu suka game apa?"

Fujino terbelalak. Dia menyadari Kasahara sedang mencairkan suasana.

Dalam kencan biasanya hal tersebut adalah tugas laki-laki. Fujino lagi-lagi dihantam rasa rendah diri karena membuat kegiatan ini kurang menyenangkan.

"Oh! Game ya ... biarkan aku pikir-pikir dulu. Emmm, ah! Benar. Akhir-akhir ini lagi suka game Sakura Battle! Gamenya seru banget lho. Itu game JRPG yang banyak waifu-waifu cantik!" Fujino nyengir sambil mengacungi jempol.

"Sakura Battle? Fujino ...! Kamu ternyata main itu juga?"

"Eh!? Kamu main game itu?"

Kasahara mengangguk penuh semangat. "Aku sudah mencapai level 25 sekarang. Ada banyak petarung bintang lima yang sudah aku dapatkan! Hayamura, Asaname, dan Kawaki Eiji sudah kudapatkan!"

"Serius!? Padahal aku sudah keluar uang banyak untuk gacha petarung-petarung itu. Tapi gak dapat-dapat. Kasahara, berapa uang yang kau keluarkan?"

"Tidak sedikitpun." Kasahara menjulurkan lidah sambil menutup satu mata.

"HEEHH!? YANG BENAR!?"

Teriakan Fujino membuat beberapa pelanggan kafe menoleh ke arahnya. Fujino langsung menutup mulut dan duduk kembali usai berdiri sesaat karena saking kagetnya.

Kasahara menahan tawa. Dia terlihat geli melihat tingkah Fujino.

Fujino menggaruk-garuk kepala. Tingkah bodohnya membuatnya malu sendiri, tapi Fujino punya sedikit rasa senang karena membuat Kasahara tertawa meskipun urat malu jadi sasarannya.

"Santai saja Fujino. Sebenernya gacha kali ini ada trik tertentunya lho. Makanya kalau 90% tidak bisa mendapatkannya sekalipun sudah keluar uang banyak."

"Yang benar?"

"Iya."

Kasahara lalu memberi tau trik dalam gacha tersebut.

Fujino mengangguk-ngangguk. Percakapan mereka berdua mengalir seputar game. Sakura Battle adalah game yang sedang naik daun akhir-akhir ini karena banyak promo dan petarung-petarung dengan 'look' yang bagus. Namun, Fujino dan Kasahara adalah player lama. Mereka punya banyak bahan untuk membahas topik ini hingga berjam-jam.

Tanpa terasa matahari sudah hampir terbenam. Roti bakar Fujino sudah habis beserta kopinya. Begitu juga dengan Kasahara yang sudah menghabiskan segelas es krim.

"Fujino ternyata sesuka itu dengan gadis berkacamata ya. Sampai bisa mengoleksi semua petarung perempuan yang memakai kacamata." Kasahara terkekeh.

"Benar! Yang paling susah didapatkan itu Yuna. Aku sampai menabung banyak untuk gacha-nya. Sangat sulit mendapatkannya. Aku sampai depresi tapi untungnya berhasil."

Fujino berbicara dengan bangga dan lepas. Dia masih ingat jelas penderitaannya demi mengumpulkan semua karakter petarung itu.

"Fujino. Sudah jam segini. Ayo kita pindah tempat."

Fujino ikut memeriksa jam pada HP-nya.

"Ah! Kamu benar. Sudah jam setengah enam. Benar-benar tidak terasa lho."

Kasahara tertawa kecil. "Iya ya. Padahal cuma mengobrol seputar game."

"Berarti kita sama-sama pecinta game sejati."

"Tidak juga. Aku beberapa kali diskusi dengan sesama player Sakura Battle, tapi hanya Fujino yang benar-benar membuatku mengobrol sampai berjam-jam membahas ini. Itu berarti bukan karena pecinta game, tapi Fujino-nya yang seru diajak bicara."

Senyuman manis terbentuk di wajah Kasahara.

Dipuji seperti itu tentunya membuat Fujino malu. Bisa-bisanya Kasahara memuji sepanjang dan selancar itu, pikirnya. Fujino jadi teringat bahwa sejauh berteman dengan Kasahara, dia hanya memuji fisiknya saja. Kecantikan, kacamata, dan rambut blonde. Fujino jarang sekali memuji hal yang bersifat kepribadian. Atau mungkin tidak pernah.

Terdapat notifikasi dari HP. Kasahara memeriksanya lalu meminta waktu sebentar untuk membalas chat yang cukup panjang.

Di saat Kasahara fokus mengetik, Fujino memperhatikannya sambil bertopang dagu.

Dia bisa melihat ekspresi Kasahara yang berubah-ubah. Pertama serius lalu senyum-senyum sendiri. Sesekali Kasahara menyisir sedikian bagian rambutnya ke belakang telinga. Gestur anggun yang membuat lelaki baru puber seperti Fujino berdebar-debar.

Kasahara benar-benar cantik. Menyadari dia sedang berada gadis berkacamata secantik ini, berduaan di kafe, Fujino merasa dirinya terlalu beruntung.

"Fujino. Lihat nih. Temanku masa' ngirim foto panda masuk ke tong sampah." Kasahara terkekeh lalu menunjukkan layar HP-nya.

"Hah? Apa coba itu. Bisa-bisanya." Fujino ikut tertawa.

Kasahara lalu membagikan pengalamannya. Dia punya teman dekat yang sekarang berhubungan secara online. Mereka terpisah karena Kasahara sudah berada di kota yang berbeda. Meskipun begitu mereka berteman dekat. Di tengah curhat teman Kasahara itu cerita dia baru punya pacar. Saking senangnya sampai mengirimkan foto absurd.

Fujino menikmati cerita yang Kasahara bagikan.

Lalu di akhir pembahasan mengenai teman online itu, terjadi jeda yang cukup lama.

"Kasahara."

"Ya? Fujino?"

"Tadi 'kan kamu bilang temanmu itu sudah punya pacar. Kamu sendiri bagaimana? Ada niat punya pacar atau pernah punya sebelumnya?"

Pertanyaan Fujino keluar dari mulutnya begitu saja. Tanpa sadar dia terbawa suasana karena berduaan dengan Kasahara dan melihat kecantikannya secara terus-menerus. Apalagi sebelumnya mereka mengobrol sangat lancar. Kecocokan ini menimbulkan perasaan baru di hati Fujino.

"Em ... belum sih. Aku belum ada niat pacaran. Aku juga tidak punya mantan. M-Memangnya kenapa?"

Rasa lega memenuhi Fujino.

Fujino tidak mau mengabaikan kesempatan ini. Dia tidak mau Kasahara diambil lelaki lain.

"Kasahara. Kamu sudah memaafkan kesalahanku dulu dan sekarang kita berteman dekat lagi setelah sekian lama. Jadi aku tidak mau memikirkan masa lalu lagi. Aku sebenarnya malu bilang begini ... tapi kayaknya harus aku utarakan supaya tidak menyesal."

Kasahara terbelalak melihat Fujino yang berbicara sambil malu-malu. Rona merah samar di pipinya terlihat jelas. Dia juga sulit berkontak mata dengan Kasahara.

'E-Eh ...? Fujino mau bilang apa?' Jantung Kasahara berdebar-debar. Pikirannya melayang ke mana-mana.

Fujino berhenti sejenak untuk mengambil nafas panjang dia mempersiapkan mental untuk ucapan yang selanjutnya.

"Kasahara. Aku tertarik padamu. Kamu ini gadis yang benar-benar sesuai dengan tipe idamanku. A-Ah memalukan banget. P-Pokoknya gitulah!"

"Heee!?"  Kasahara membuka mata lebar-lebar, terkejut dan gemas secara bersamaan. "Jangan berhenti! Lanjutkan sampai akhir!"

"Aduh. Ini terlalu memalukan! Sudah ah. Gak jadi. Lupakan saja."

"Mooo! Ayo cepaattt ...! Lanjutkan!"

"Tapi ... ini terlalu memalukan! Kasahara!" Fujino tiba-tiba panik sendiri.

Dari bawah meja, sepatu Kasahara menendang kaki Fujino.

"Aduh!"

"L-Lanjutkan! C-Cepat! Jangan nanggung!"

"Iya iya baiklah! Aku lanjutkan!"

Keduanya pun terdiam. Muka mereka sama-sama memerah. Kasahara ingin sekali senyum tapi ditahan sekuat mungkin. Fujino salah tingkah tapi berusaha menjadi se-gentleman mungkin.

"Hufft ... Kasahara. Dengarkan. Aku tidak mau mengatakan ini lagi. Jadi dengarkan baik-baik ...."

Kasahara mengangguk pelan.

"A-Aku tertarik padamu. Kamu adalah gadis tercantik yang pernah aku temui dan sangat sesuai dengan tipeku. Aku selalu mengidam-idamkan punya cewek cantik berkacamata, dan aku merasa punya kesempatan untuk memilikinya. I-Intinya ... aku sedang jatuh cinta. Jatuh cinta pada gadis bernama Kasahara Sumire."

Fujino menelan ludah. Bibirnya bergetar saat mengucapkan kalimat selanjutnya.

"Jadi ... eum ... Kasahara, maukah kau menjadi pacarku?"

Tanpa aba-aba maupun izin, Kasahara langsung mencondongkan tubuhnya ke depan. Mata Fujino sontak terbuka selebar mungkin.

"Iya. Aku mau."

Kasahara tersenyum tipis usai kembali duduk dalam posisi semula.

Fujino langsung salah tingkah. Detak jantungnya tidak terkontrol lagi.

"W-Waa! Bagaimana bisa kamu melakukan itu!?"

Kasahara terdiam. Warna merah tomat memenuhi wajahnya dari bawah sampai atas.

"M-Maaf! Aku terbawa suasana!"

"Terbawa apanya! Kamunya kali yang gatel!"

"E-Eeeeehhh ...!? Nggak! Nggak begitu Fujino!"

"Bohong!"

"U-Uhhh ... nggak! Emm. Kamu sendiri suka 'kan?"

Fujino tidak tau harus bicara lagi. Baru saja dia nembak gadis yang ia sukai, lalu sedetik kemudian langsung dapat hadiah spesial. Bagaimana mungkin Fujino mengatakan tidak?

"Y-Yah ... aku suka lah! Tapi jangan di tengah keramaian dong ...."

Kasahara langsung membenamkan wajahnya pada kedua lengan di atas meja. Dia mengeluarkan suara-suara aneh yang tidak terdengar jelas. Namun, Fujino bisa melihat telinga Kasahara yang memerah.

Beberapa saat kemudian, Kasahara akhirnya memberanikan diri untuk menampakkan wajahnya lagi.

"Jadi ... kita resmi pacaran? Fujino?"

"Yaa ... s-sudah jelas kan?"

Fujino memalingkan wajah. Garuk-garuk kepala. Baginya situasi ini terlalu memalukan sampai berkontak mata pun sulit.

"Besok mau kencan?" tanya Fujino.

"B-Boleh."

"Mau di mana?"

"Di rumahku mau?"

"Heee ... ada orangnya 'kan?"

"Besok sepi sih."

"Kalau begitu jangan!"

Fujino menjitak kepala Kasahara. Kasahara tertawa kecil melihat reaksi Fujino.

"Bercanda. Ada kakak perempuanku kok."

"O-Oke deh ... kalau begitu aman."

"Sipp ...."

Hari itu Fujino dan Kasahara benar-benar resmi jadian.

Pagi esoknya mereka tidak bisa menahan diri untuk bersikap lengket di depan teman-teman sekelas. Tentunya hal itu memicu keributan yang membuat keduanya tidak ada pilihan lain selain menjelaskan status mereka saat ini.

Fujino jadi agak kesulitan karena beberapa lelaki memusuhinya. Namun, dia tidak peduli dengan semua itu karena sudah memiliki gadis cantik berkacamata yang menjadi pacarnya.

Dia tidak mau memikirkan musuh. Fujino hanya ingin memikirkan Kasahara dan variasi kacamata apa saja yang cocok untuknya. Selama ada uang yang cukup Fujino tidak ragu membeli kacamata sebagai hadiah untuk Kasahara.

"Apa ini? Hadiah baru?"

"Iya ... coba pakai."

Di sofa ruang tamu, Fujino berbaring di pangkuan Kasahara. Gadis blonde itu membuka kotak yang diberikan Fujino. Di sana terdapat kacamata pink yang terlihat sangat bagus.

"Kacamata pink? Lucuuu!"

"Hehehe. Iyakan? Coba kamu pakai itu."

Kasahara mengangguk lalu langsung memakainya.

"Gimana?"

"Cantik banget. Jauh lebih cantik dari yang kemarin."

"Uhhh ... kamu ini kalau soal kacamata bisa aja mujinya!" Kasahara menggembungkan pipi lalu mencubit pipi Fujino.

"Aduh ...! Jangan cubit aku dong." Fujino mengelus-ngelus pipi.

"Hehehe. Sakit ya? Sini aku obatin."

Kasahara tersenyum manis. Tanpa ragu maupun malu, secara perlahan dia menurunkan wajahnya selama beberapa saat sebelum mengangkatnya kembali.

"K-Kamu ini ... dasar."

Kasahara terkekeh.

Begitulah Fujino menghabiskan waktunya setelah mendapatkan pacar idamannya. Seorang lelaki aneh yang sebelumnya hanya bisa menatap gadis berkacamata dari jauh dan berhalusinasi, kini bisa bermesraan dengan gadis cantik yang sesuai tipenya itu.

"Sepertinya setelah menikah nanti, aku harus membuang semua majalah aktris kacamata yang kuidolakan. Jika saat itu tiba, aku ingin Kasahara menjadi satu-satunya gadis berkacamata yang aku kagumi dan sukai. Bukan yang lain."

fin

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro