2 '; About Kazumi's First Time (pt.2)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kau baru saja bilang apa, Haruo-san?"

'Eh?'

Haruo tersenyum kaku. Memangnya dia mengucapkan kalimat itu? Tidak, tidak, Haruo yakin dia mengatakannya hanya di dalam hatinya. Lalu, apa maksud gadis itu?

"Apa maksudmu? Aku tidak berbicara apa-apa."

Kazumi menerawang mata biru Haruo dan terkekeh. "Maaf, maaf, sepertinya aku salah." Pandangan Kazumi kembali mengarah ke depan. Tidak hanya itu, kini, kakinya mulai melangkah—menginjak-injak sang pasir. Gadis itu mendekati air dan membiarkan kaki dan sandalnya terguyur ombak kecil-kecilan itu. Haruo masih bergeming di tempat semula. Dia tidak mengerti, terkadang gadis itu menjadi orang yang penakut, terkadang dia terlihat seperti tahu segalanya.

Haruo teringat sesuatu. Pria itu mengecek ponselnya dan dia melihat jam sepuluh lewat empat belas tertera di layar kunci ponsel pintarnya. Sudah waktunya untuk gadis itu kembali. Mungkin, Haruo harus siap untuk diceramahi Ayumu. Bukan, tapi dengan keluarga Ueda.

"Kazumi! Sudah jam sepuluh lewat, sudah waktunya untukmu pulang!"

Kazumi menggerutu. Dia kecewa berat, padahal dia sedang menikmati suasana ini. Tetapi, dia menurut juga dan mereka pun pulang.

Haruo melewati lagi tempat dimana dia bertemu dengan orang kesurupan. Berharap saja, tidak ada yang kedua kalinya. Jika benar orang itu muncul, kali ini Haruo pastikan akan meluncurkan pukulan mematikannya. Untung saja, orang kesurupannya ada di daerah yang lain. Selamatlah orang itu dari Haruo.

Mereka sudah melewati jalan tol dan kini beralih ke lingkungan perumahan. Mata Kazumi menangkap sesuatu yang menarik. Sesuatu berupa bangunan yang terlihat terang sekali di antara sekelilingnya. Dia menarik baju Haruo dan membuat pria itu memberhentikan motornya.

"Ada apa?" tanya Haruo. Pria itu menengok ke belakang.

"Itu minimarket, kan? A-aku ingin ke sana!"

Haruo mendengus. Gadis macam apa yang tidak pernah pergi ke minimarket. Ah, dia lupa, gadis itu macam Kazumi. Dia terlihat seperti anak kecil saja. Tidak, tidak, sepertinya dia bahkan lebih dari anak kecil pada umumnya.

Kazumi turun dari motor dan berjalan cepat ke arah bangunan tidak bertingkat, namun luas itu. Dia masuk ke dalam dan mengitari satu-persatu rak di sana. Haruo memarkirkan motornya di tempat parkir, mencabut kunci, dan menyusul gadis itu. Haruo tercengang melihat keranjang yang sudah penuh dengan segala macam benda dari minimarket 24 jam itu.

Haruo menyentil kening Kazumi dan membuat sang gadis mengaduh. Pria itu mengembalikan satu-persatu barang ke tempat semula. Sampai dia bisa melihat beberapa rak sudah kosong karena Kazumi mengambil semuanya. Kazumi terlihat menggerutu lagi, gadis itu padahal hanya ingin mengetahui rasanya berbelanja. Ya, dia juga tidak bisa menyalahkan Haruo karena pria itu pasti yang akan membayarnya.

"Beli saja yang penting!" tukas Haruo. Dia tidak masalah uangnya yang dipakai, tapi dia tidak suka dengan orang yang membeli barang yang tidak penting, apalagi boros.

"Haruo-san benar-benar seperti seorang ibu. Tidak heran Ruko-san menjulukimu seperti itu." Kazumi terkekeh di akhir kalimatnya. Dia juga mengakui sisi Haruo yang seperti itu terlihat menyebalkan, sekaligus lucu.

Haruo mendengus. "Dasar Haruko." Dia masih mengembalikan barang-barang ke rak semula. Seberapa banyak, sih, gadis itu mengambilnya. Pekerja swalayan itu sekarang kecewa berat. Harapan yang sempat melambung tinggi langsung pupus oleh kehadiran Haruo. Kasihannya pekerja itu, menjadi korban pemberi harapan palsu alias php. Diam-diam, pekerja itu mengutuki Haruo agar pria itu jomblo selamanya. Dasar, apa-apa pikirannya jomblo.

Kazumi kali ini kembali mengitari rak-rak itu dengan teliti. Dia hanya mengambil barang-barang yang dia butuhkan. Tidak banyak sih karena orang tuanya selalu menyediakan barang apapun untuknya. Setelah merasa cukup, Haruo memeriksanya terlebih dahulu, kemudian baru ia serahkan kepada kasir. Kasir itu mencoba tersenyum semaksimal mungkin, tetapi kekecewaannya masih belum terobati.

Sang kasir menyebutkan jumlah total harganya. Haruo mengeluarkan dompetnya dan menyerahkan selembar uang pas. Haruo menenteng plastik belanjaan itu dan keluar dari minimarket. Kazumi hanya membuntutinya dengan tenang.

Haruo kembali melajukan motornya. Kali ini dalam kondisi lebih lambat—siapa tahu Kazumi menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya. Dan benar dugaan Haruo, gadis itu memukul punggungnya—meminta untuk berhenti.

"Kali ini, apa?"

"Itu!" Haruo mengikuti arah yang ditunjuk. Dapat ia lihat seekor kucing di atas kardus. Jangan bilang, Kazumi mau mengadopsi kucing berbulu hitam itu—

"Aku akan membawanya pulang!" Kazumi mengangkat kardus itu dan membawanya ke arah Haruo. Laki-laki itu mengambil alih kardus itu dan meletakkannya di tempat semula. Gadis itu mengeluh. "Kenapa??"

"Kau lupa, Ayumu alergi kucing?"

Kazumi menepuk jidatnya. Dia menyengir dan mengucapkan salam perpisahan pada kucing berbulu hitam itu. Kucing itu terlihat kecewa karena tidak jadi diadopsi, padahal dia sudah mencoba berlagak imut di depan Kazumi. Sepertinya sang kucing yang jadi korban php kali ini.

Haruo kembali melajukan motornya. Rumah Kazumi sudah dekat dan sampailah mereka di sana. Kazumi turun dan melepaskan helmnya, beserta jaket Haruo yang sedang dipakainya. Gadis itu menyerahkannya sambil mengucapkan rasa syukurnya. "Terima kasih, Haruo-san! Aku senang bisa jalan-jalan hari ini! Sekali lagi terima kasih!" Gadis itu membungkuk.

Haruo mengambil helm itu dan menepuk kepala Kazumi. "Tidak masalah. Kalau kau mau jalan-jalan lagi, aku bisa mengantarmu lagi." Kazumi semringah. Haruo menyerahkan plastik belanjaan sang gadis dan gadis itu pun masuk ke dalam rumahnya. Tidak lama kemudian, Haruo pulang.

"Aku pulang!" ucapnya. Kazumi senang karena akhirnya dia bisa mengucapkan kalimat itu, secara dia tidak pernah keluar sebelumnya. Orang tua dan kakaknya menghampiri gadis itu. Mereka memeluknya dengan perasaan cemas bercampur lega. 

"Kalian berlebihan," ujar sang gadis. Mereka pun melepas pelukannya.

"Habis, kau belum pulang selarut ini!" kata ayah Kazumi. Ibunya mengangguk-angguk.

"Kau tidak diapa-apakan oleh Haruo-san, kan?" selidik Ayumu.

"Tidak!" balas Kazumi setengah berteriak. Ayumu bungkam. "Sudah, pertanyaannya besok saja, aku lelah." Gadis itu beranjak pergi ke kamarnya dengan membawa plastik berisi barang yang ia beli di minimarket 24 jam tadi. Ayumu terlihat ingin menahannya, tapi ia urungkan.

Setelah Kazumi menghilang dari pandangan Ayumu, pemuda itu berbalik ke arah kedua orang tuanya. Rautnya terihat serius. "Yah, Bu, beritahu Kazumi, ya. Besok aku akan pergi."

"Eh? Kau belum memberitahu Kazumi?" tanya kedua orang tuanya. Mereka tidak percaya Ayumu belum mengatakan hal itu juga. Padahal, Ayumu sudah memberitahu mereka seminggu yang lalu. Apa dia takut Kazumi marah, ya?

"Rencananya malam ini, tapi sepertinya dia sudah lelah. Baiklah, sepertinya aku juga harus tidur supaya bisa bangun pagi. Selamat malam, Yah, Bu." Ayumu beranjak pergi ke kamarnya.

Kedua orang tuanya hanya berpandangan dan mereka pun kembali ke kamar juga.

To be continued.....

(08/04/19)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro