3 '; Accident

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kazumi membuka matanya perlahan. Dia sudah terbiasa untuk selalu bangun pada pukul tujuh pagi. Mungkin karena itulah, dia tidak pernah memakai alarm yang menjadi hadiah ulang tahun di usianya yang ketujuh. Gadis itu bangkit—berniat merapikan selimut dan kasurnya.

Dia meregangkan tubuhnya ke kanan, ke kiri, ke bawah, dan ke atas. Setelah selesai, dia mengambil handuk dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri, tidak lupa juga untuk menyikat giginya. Gadis itu melaluinya seperti biasa. Pagi yang biasa dan kehidupannya yang biasa.

Lima belas menit kemudian, Kazumi telah selesai berpakaian. Gadis itu segera turun ke lantai dasar. Kakaknya hari ini libur kelas musim panas dan kegiatan klubnya, jadi dia berharap bisa bermain seharian hari ini.

Kazumi menyapa ibu dan ayahnya yang sudah duduk di meja makan. "Selamat pagi, Yah! Selamat pagi, Bu!" Kedua orang tuanya mengecup kening gadis itu dan Kazumi pun duduk di sebelah ibunya. Dia melihat bangku di depannya kosong dan membuatnya bertanya-tanya dimana gerangan sang kakak. "Kak Ayu, belum bangun?"

Ayahnya tersedak ketika ingin meneguk kopi hangatnya. Sang ibu pun mengambil alih untuk menjawab pertanyaan Kazumi. "Ayumu pergi, Kazumi."

"Eh?" Kazumi melongo. Kakaknya tidak mengucapkan sepatah kata apapun padanya. "Kak Ayu pergi kemana, Bu?" tanyanya. Dia berniat memarahi sang kakak lewat telepon genggam selulernya.

"Dia liburan selama seminggu dengan anak-anak astronomi," jawab sang ibu.

Padahal Ayumu sudah berjanji akan bermain seminggu ini dengannya, tapi kakak laki-lakinya itu malah melanggar janjinya. Tidak apa, sih, jika dia melanggarnya, tapi yang membuat Kazumi kesal kenapa kakaknya itu tidak memberitahukannya sama sekali. Kazumi kan tidak akan sekesal ini jika dia sudah tahu.

Kazumi memakan sarapannya dengan wajah cemberut yang membuat kedua orang tuanya gemas. Pasalnya, gadis itu pasti akan meneror kakaknya seharian dan Ayumu sudah pasti tidak bisa menolak itu. Benar-benar kakak yang terlalu sayang dengan adiknya.

Selesai makan, Kazumi membantu mencuci piring dan membersihkan meja makan, baru ia beranjak ke kamarnya untuk mengambil ponselnya. Dia cari nama kakaknya itu dan ditekanlah simbol berbentuk gagang telepon.

Bunyi suara menunggu terdengar, Kazumi menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. Tidak lama kemudian, tersambunglah jaringan telepon mereka.

"Ha-halo, Azu. Ada apa?" tanya Ayumu dengan intonasi yang makin mengecil. Pertanyaan itu seharusnya tidak perlu dia tanyakan lagi, dia sudah tahu apa jawabannya.

"KAK AYUU!!" Ayumu menjauh ponselnya dari telinganya sebentar. Temannya yang ada di sebelahnya tiba-tiba mendekat. Dia ingin mendengarkan pembicaraan dua kakak-beradik itu. Jangan bilang siapa-siapa, tapi teman Ayumu itu—entah namanya siapa—menyukai Kazumi. Jadi tidak mengherankan untuk pemuda-entah-namanya-siapa-itu jika sering berkunjung ke rumah.

Ayumu mencoba menenangkan adiknya itu. "Te-tenang dulu, Azu. Kak Ayu bisa jelaskan!" Teman di sebelahnya masih menguping.

"Jelaskan, jelaskan, Kak Ayu diam saja, biar Kazumi yang bicara." Ayumu mengangguk. Memangnya Kazumi bisa melihat anggukan itu? Ya, terserahlah. Kazumi melanjutkan kalimatnya, "Kenapa Kak Ayu gak bilang sama Kazumi?? Kan Kazumi sudah pernah bilang, kalau Kak Ayu memang sibuk, beritahu Kazumi. Kazumi mengerti, kok. Kak Ayu kan juga punya hidupnya sendiri. Pokoknya, Kazumi masih marah sama Kakak, kalau Kak Ayu gak bawa pulang oleh-oleh."

"Eh, kamu yakin? Azu gak benci Kak Ayu, nih?" tanya kakaknya. Siapa tahu dia kena tipu oleh adiknya.

"Benar, kok! Kalau Kak Ayu gak percaya, ya sudah! Bye!" Kazumi menutup teleponnya secara sepihak. Ayumu panik dan segera menelepon balik adiknya, sedangkan teman yang ada di sebelahnya pura-pura memandang ke jalanan.

Temannya yang berada di bangku sopir tertawa—keras malahan. "Kazu-chan, ya?"

Ayumu langsung menatap tajam. "Beraninya kau menambahkan embel-embel 'chan'!" Orang itu tidak gentar, dia semakin mengeraskan tawanya. Bahkan motor yang lewat di sebelah mereka sampai tercengang melihatnya.

Mereka pun adu mulut dan saat itu mereka mulai lengah. Kejadian tidak terduga itu pun terjadi.

- ------ -

Suara dering telepon rumah mengganggu aktivitas Kazumi. Tidak ada siapapun di rumah, selain dirinya. Orang tuanya bekerja dan hari ini dia tidak ada homeschooling. Kazumi meletakkan novel romansanya dan beralih ke telepon rumah itu.

"Halo, dengan keluarga Ue—"

Seseorang di seberang telepon itu menyela, "Kazumi tenanglah, Ayumu kecelakaan. Sekarang Ibu sedang menghampiri mereka di rumah sakit yang ada di Saitama. Kazumi tunggu saja kabarnya, ya." Ibunya memutuskan sambungan. Terasa sekali dari suaranya, ibunya cemas dan terburu-buru. Kazumi menjatuhkan gagang telepon itu bersamaan dengan tubuhnya. Ini pertama kalinya, Ayumu terlibat kecelakaan.

Kazumi mecoba menunggu seperti kata ibunya, tetapi dia cemas. Tiga jam lebih, orang tuanya belum menghubunginya. Padahal dari Tokyo ke Saitama hanya membutuhkan waktu satu-dua jam. Jelas sekali ada sesuatu yang terjadi pada Ayumu. Kazumi ingin pergi ke sana, tapi ini masih siang.

Kazumi mondar-mandir di dekat telepon rumah. Gadis itu terlihat sekali panik.

"Apa aku menyusul saja? Tapi, mereka pasti akan marah. Uhm ... apa aku pakai itu saja, ya?" Kazumi teringat benda yang lumayan berguna di situasinya saat ini. Orang tuanya membelikan itu untuknya, tapi sayangnya gadis itu tidak pernah memakainya. Dia segera ke kamarnya dan membongkar lemari pakaiannya.

Dia melempar semua bajunya. Kazumi tidak peduli, dia terlalu panik hanya untuk mencarinya dengan cara yang rapi. Gadis itu akhirnya menemukan barang yang dia inginkan. Barang itu berupa kacamata gelap, syal, masker, jaket dengan tudung di belakangnya, sarung tangan, dan pakaian panjang. Ini untuk menghindarkannya dari sinar matahari.

Setelah selesai memakai semuanya, dia turun ke bawah. Gadis itu membawa ponselnya, lalu menuju pintu rumah. Dia memegang kenop pintu seraya menarik napasnya—berusaha meyakinkan diri. Kazumi siap dan membuka pintu itu, dia pun segera berlari mencari pemberhentian bis menuju Saitama. Orang-orang yang melewatinya merasa gerah melihat Kazumi yang berpakaian tertutup. Di tengah musim panas yang menyengat ini, Kazumi berlari.

Gadis itu akhirnya berhasil menemukan pemberhentian bis yang sempat dia cari melalui peta di ponselnya. Dia menunggu sekitar lima menit, kemudian menaiki bis itu. Tentu saja dia tidak lupa untuk membawa kartu bis cadangan yang ada di rumahnya.

Suasana di dalam bis sepi. Kazumi ingin melepaskan syal yang melilit di lehernya, tapi dia tahan. Panas ini membuat Kazumi melemah, tetapi dia masih berusaha untuk menahannya demi menemui kakaknya itu.

Perjalanan yang memakan waktu lama itu membuat Kazumi gregetan. Andai dia punya kemampuan teleportasi, dia pasti tidak perlu repot-repot seperti ini.

Kazumi memejamkan matanya sejenak dan semua suara mulai menghilang dari pendengarannya.

To be continued....

Funfact :

- Ayumu sering memanggil Kazumi dengan sebutan 'Azu', tetapi dia akan mengatakan nama 'Kazumi' jika berbicara dengan orang lain

- Kazumi kadang-kadang menyebut namanya sendiri jika sedang berbicara dengan keluarganya.

(08/06/19)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro