Bab 17 - END

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mika sengaja datang ke sekolah lebih awal. Jika bertahun-tahun ia biarkan Pinky berdiri di depan pintu gerbang menunggunya sambil membawakannya bekal, sekarang ia yang akan melakukannya.
Menunggu gadis itu, menyapa hangat dirinya, dan membawakannya bekal untuk makan siang. Ia sendiri yang memasak, khusus untuk Pinky, si pujaan hati.

Sekitar lima menit kemudian yang dinanti datang. Hanya saja dengan cara yang sedikit berbeda.
Jika biasanya Pinky datang dengan diantarkan pak sopir, kali ini ia datang ke sekolah dengan dibonceng motor sport. Seorang pemuda tampan berhidung mancung yang ia perkirakan seumuran dengannya mengantarkan Pinky, tepat di depan pintu gerbang.

"Mika..." Pinky menyapa girang sambil melepaskan helm lalu menyerahkannya pada pemuda di depannya. Setelah itu ia berjingkat turun dan berlari menghampiri Mika.

Pemuda yang mengantarkan Pinky ikut turun. Setelah sempat meletakkan helm di atas sepeda motor, ia melangkah menghampiri Mika dan Pinky.

"Hai." Ia menyapa pada Mika.
Mika tersenyum dan membalas sapaannya.

"Mik, kenalin, dia Boy." Pinky memperkenalkan pemuda di sampingnya.
"Hai, namaku Boy. Aku tunangan Pinky," ucapnya.

Mika melotot. Hah?

Takkk!

Pinky mendaratkan pukulan di kepala Boy. "Bicara apa kamu ini?" bentaknya.
Boy meringis sambil memegangi kepalanya yang tadi dipukul Pinky.
"Aku 'kan cuma bercanda," jawabnya.

Pinky berganti menatap Mika. Pemuda itu masih tampak syok.
"Dia sepupuku." Pinky cepat-cepat meralat.
"Udah, cepat pulang sana!" Ia membentak Boy.
Bibir Boy mencebik. "Iya, iya, aku pulang. Hubungi aku lagi kalau kamu minta dijemput. Paman sudah berpesan padaku untuk menjagamu."
"Oke, oke. Udah, sana pulang," titah Pinky.
Setelah sempat tersenyum pada Mika, Boy bergerak ke motornya dan meluncur pergi.

Tatapan Pinky beralih pada Mika. Pemuda itu terlihat mengelus dada dengan wajah pucat.
"Ada apa denganmu?" Pinky bertanya bingung.
"Aku masih kaget. Aku kira kamu bener-bener bertunangan sama dia. Aku syok sekali," ratapnya.

Pinky tersenyum mendengar ucapan Mika. Gadis itu bergerak ke sampingnya lalu bergelayut mesra di lengannya.
"Kamu aja udah cukup, aku nggak mau yang lain," ucapnya manja.

Tak berapa lama, Eri dan Yuna datang. Juwita juga.
Sekarang mereka akrab. Maksudnya, Juwita mulai akrab dengan semuanya. Dengan semua teman Pinky. Bahkan dengan Pinky sendiri, ataupun dengan Mika.
Fakta bahwa Mika dan Juwita pernah berpacaran tak lantas mencegah mereka untuk menjalin persahabatan baru.

"Jadi gimana? Berangkat sekarang, atau nanti nunggu istirahat pertama kita ijin keluar?" tanya Yuna langsung ketika mereka sudah berhadapan.

Hari ini, Dimas dan Jefri tengah mengikuti dance competition, lagi.
Sekarang mereka menjadi satu team. Akhirnya Dimas menemukan impiannya. Sama seperti Jefri, ia juga tertarik dengan dunia tari.
Lalu apa mereka menyerah akan Pinky? Tentu saja tidak.

Ketika Mika dengan terang-terangan menyuruh mereka berhenti menyukai Pinky, Dimas dan Jefri akan kompak menjawab, "Pinky bersedia menunggu kamu putus sama Juwita. Jadi kami juga bersedia menunggu, kalau-kalau kamu dan Pinky putus. Hehe ...."

Dan Mika akan nangis di pojokkan (lah?), lalu uring-uringan, mencak-mencak, jungkir balik hanya untuk sekedar memastikan bahwa Pinky akan terus bersamanya, titik, tak pakai koma. Pasang badan level dewa!

"Sekarang aja, keburu terlambat." Eri memberi saran.
"Jangan. Masuk dulu ke kelas, istirahat pertama kita baru ijin. Biar aku yang urus." Mika menengahi.
Dan akhirnya begitulah, kelima remaja itu memutuskan ijin di istirahat pertama demi memberikan support pada Dimas dan Jefri di acara dance competition.

Selama acara berlangsung, Pinky tak berhenti meneriakkan nama Dimas dan Jefri dengan kencang hingga suaranya serak.
"DIMAAASSS! JEFRIIIII! AYO SEMANGAAATTT!!" teriaknya berkali-kali sambil jingkrak-jingkrak membawa spanduk bertuliskan nama dua pemuda itu.

Eri dan Yuna ikut-ikutan, sementara Juwita yang awalnya masih agak jaim dan menahan diri untuk tidak ikut berteriak akhirnya ikut tak terkendali.
"DIMAS! JEFRI! SEMANGAT!! KALIAN GANTEEENG!!" teriaknya.
Uhukkk...

Mika lain lagi. Daripada heboh, ia lebih memilih duduk manis di dekat Pinky. Manakala gadis itu berjingkrak heboh dan nampak kelelahan, Mika akan berdiri dan menyodorkan air minum padanya. Sesekali ia membuka kotak bekal di tangannya, menyendoknya, lalu menyuapkannya pada Pinky.
"Agar kamu punya banyak tenaga untuk terus berteriak," ucapnya, sambil kembali menyuapi gadis itu dengan sepotong daging.
"Terima kasih, Sayangku," jawab Pinky sambil buru-buru mengunyah dan menelan makanan di mulutnya, dan setelah itu ia akan kembali heboh berteriak menyemangati Dimas dan Jefri yang tengah tampil.

Juwita yang sesekali melirik apa yang mereka lakukan hanya tersenyum geli, begitu pula dengan Eri dan Yuna.
"Setelah ujian selesai, kita harus cari cowok." Eri berbisik.
Yuna dan Juwita mengangguk mantap, mengiyakan.
"Yeuuk," jawab mereka.

***

Dimas dan Jefri harus berpuas diri dengan hasil kompetisi sebagai runner up. Namun begitu mereka tetap heboh merayakan hasil lomba itu dengan antusias.

Setelah puas merayakan dengan makan-makan di kafe, mereka pulang ke rumah masing-masing.
Dimas bersama Jefri, Juwita, Eri, dan Yuna pulang bersama dengan naik taksi.
Sementara Mika mengantarkan Pinky.

"Aku capek banget." Pinky mengeluh sambil berjalan gontai menuju tempat parkir.
"Mau aku gendong?" tawar Mika.
"Mau!" Pinky menjawab cepat.

Mika berjongkok membelakangi gadis itu agar ia bisa naik ke punggungnya.
Dan setelah itu Mika melangkah menuju tempat parkir dengan Pinky yang berada di gendongannya.

"Pinky?"
"Hm?"
"Terima kasih ya."
"Untuk?" Pinky meletakkan dagunya di pundak Mika dengan manja.
"Untuk kebahagiaan yang telah kamu bagi sama aku," jawab Mika penuh kasih.

Pinky tersenyum. Ia mendaratkan ciuman ringan di pipi Mika hingga menciptakan semburat merah di wajah keduanya.

Dan terima kasih karena kamu bersedia membuka kesempatan padaku untuk memasuki hatimu, Pinky berbisik lembut.

I love you...

***

Hampir pukul sebelas malam ketika ponsel Pinky berdering. Gadis itu bahkan sudah bergelung di bawah selimut hangatnya hendak tidur.

"Halo." Ia menjawab malas-malasan ketika melihat nama tertera di layar ponsel. Boy.
"Pinky, coba tebak apa yang terjadi padaku hari ini!" Boy berteriak histeris dari seberang sana.
"Ogah. Aku ngantuk, malas main tebak-tebakkan." Pinky menjawab asal.
"Tapi ini penting banget, Pinky!" Dan Boy terdengar heboh.
Sejak kecil mereka sudah akrab, dan mereka terbiasa bercerita satu sama lain tentang banyak hal.
"Ya udah, cerita aja." Pinky berujar dengan kondisi setengah mengantuk.

"Tadi siang aku makan di sebuah restoran. Dan aku ketemu pelayan cewek yang cantiknya bukan main."
"Terus?"
"Kami berkenalan. Dia sangat ramah, manis, sopan, menyenangkan ...."
"Lalu?"
"Kenapa kamu nggak pernah ngasih tau sih kalo kamu punya teman sekolah secantik itu?"

Hah?

Kedua mata Pinky mengerjap. Teman sekolah? Cantik? Bekerja di restoran?
"Namanya siapa?" Gadis itu mulai antusias.
"Juwita."
"Apa?!" Serta merta Pinky bangkit.
"Sepertinya aku jatuh cinta sama dia, Pinky. Tolong bantu aku agar aku bisa lebih dekat dengannya, ya, please."

Pinky menyibakkan selimutnya lalu berjingkat turun dari ranjang. Dan dalam hitungan detik, ia heboh, tak jadi mengantuk.

"BOY! AKU AKAN BANTU KAMU DEKAT SAMA DIA. KAMU HARUS BISA MENDAPATKAN HATINYA DAN MEMBUATNYA BAHAGIA! JIKA TIDAK, KAMU BUKAN LAKI-LAKI!" Ia berteriak dengan segenap tenaga yang ia miliki.

"DAN INGAT! JIKA KAMU SAMPAI MENYAKITI JUWITA, AKU PECAT KAMU JADI SEPUPUKU!"

Duh, Pinky ...

***

Selesai.

Terima kasih sudah mengikuti cerita ini dari awal hingga akhir.
Semoga terhibur dan terkesan dengan cerita dan karakternya, hehe...
Bye bye ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro