12. Konflik

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari, tanggal: Kamis, 10 Januari 2019
Pukul: 19.00 WIB
Materi: Konflik
Tutor: Eunice Soe NiceMcQueen
Moderator: Nurand
Notulis: Tika [Knight]

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Halo, aku Eunice atau yang biasa orang kenal Nice McQueen. Aku dari Gen 7, udah nelurin anak satu judulnya Maple, diterbitin di WWG Publisher. Salken semuanya. :)

Kebetulan aku nggak ada materi, sih, paling langsung ke tanya jawab aja. Aku nggak terlalu bisa ngajarin orang, paling cuma sharing-sharing aja.

T1:
Ada tips nggak, Kak, cara menghidupkan sebuah konflik dan mencari konflik itu sendiri? 

J1:
Menurutku, konflik itu bisa terjadi karena permasalahan dari setiap karakter/tokohnya masing-masing. Jadi kalau aku bikin sebuah cerita, aku bakal mendalami dulu karakter ceritaku; kasih cerita latar belakangnya gimana, tujuan dia apa, dan halangan dia dalam mencapai tujuannya apa. Jadi nanti dari situ, misalnya ada tokoh si A, punya tujuan mau jadi apa gitu, tapi dia ada halangan. Terus nanti ada tokoh B yang bantu dia, bla bla gitu, nah jadilah ada konflik A yang dibantu sama si B. Dari situ bisa bercabang lagi konfliknya. Misalnya si B punya latar belakang yang begini, atau begitu. Pokoknya, konflik itu bisa terjalin/tercipta kalau setiap karakternya punya latar belakang dan tujuannya masing-masing.

T2:
Kak, misal saya mau buat cerita tentang kehidupan asmara seorang detective. Bagaimana cara membuat konflik yang greget, apakah hanya menonjolkan konflik asmaranya saja atau kita perlu buat beberapa kasus tentang  kehidupan seorang detective juga?

A2:
Kasusnya sebetulnya sama kayak pertanyaan sebelumnya. Konflik bisa dicari dari karakter tokohnya. Tergantung dari penulis aja bisa campur-campur kayak apa. Tapi kalau mau bikin cerita detektif dicampur romance, ya bisa aja. Balik lagi, ke karakter kamu gimana. Tapi kalo mau greget, ya tergantung dari pembaca juga sih, sukanya baca yang pure detektif/ada kesan romance-nya. Tapi menurutku, karena aku pernah nonton cerita detektif yang ada nuansa romance-nya, itu tambah greget. Jadi kayak ada dua kerumitan di dalam cerita itu. Misalnya, kasus A ternyata cewek yang disuka sama si detektif itu salah satu tersangka atau jadi tangan kanannya si tersangka gitu lah. Bisa ada plot twist-nya juga jadinya gitu.

T3:
Sebaiknya memunculkan konflik itu di pertengahan cerita atau kita bikin aja konflik-konflik kecil di setiap bab?

J3:
Tergantung penulisnya. Kalau menurutku, bagusnya itu konflik ditaruh di awal, jadi bikin pembaca langsung penasaran sama penyelesainnya. Bikin pembaca jadi langsung masuk ke dalam ceritamu. Tapi ya kubilang tadi. Nggak semua penulis taruh konflik itu di awal bab. Ada yang taruh di akhir, tapi dari awal cerita dikasih clues, jadi tiba-tiba pas di akhir konfliknya meledak. Resiko ini, kamu harus bikin pembaca benar-benar betah sama awal ceritamu, jangan sampai bikin pembaca boring karena nggak jelas arah konflik karakternya kemana. Kalau mau taruh konflik di pertengahan bab, kamu kudu mastiin kalau awal ceritanya nggak ngebosenin, kasih clue kecil aja. Dari sana kamu bisa ciptain plot twist kamu sendiri di setiap konfliknya. Banyak novel mayor yang konfliknya bertele-tele pas di awal, kayak pembaca sebenernya mau dibawa kemana itu nggak jelas. Tapi sebenernya, kalau
baca sampai akhir, dari yang kita kira nggak jelas itu, sebenernya ada banyak clue untuk memahami konflik akhirnya. Begitu.

T4:
Kak, biasanya kakak buat konflik udah dari awal netapin mau konflik gimana di cerita atau konfliknya mengikuti karakter yang Kakak ciptakan?

J4:
Kalau aku sih, kadang bisa bikin outline-nya dulu, atau go with the flow aja. Kalau pakai outline enaknya udah terukur, konfliknya udah jelas perbabnya sampai akhir bab, udah tersusun. Tapi kadang, kurangnya, kita terlalu matok ke outline jadi bikin karakter tokohnya hambar. Kayak kurang diperdalam sikap dan tujuan-tujuannya mereka. Bedanya sama go with the flow adalah, kita seakan-akan ada di dalam cerita. Kita menyalurkan semua pemikiran kita lewat tokoh tersebut, yang bikin pemikiran-pemikiran itu menghasilkan sebuah konflik tersendiri. Kayak cerita aku yang Tokyo Kiss, itu aku nggak pernah merencanakan konfliknya akan menuju ke sana, nggak tau aja tiba-tiba gitu aku mau si karakter A ini begini. Atau tiba-tiba karakter B itu punya rahasia, yang bikin si tokoh A jadi begini. Gitu sih. Sama paling, setiap aku mau bikin cerita itu aku pasti bikin susunan konflik yang dimiliki setiap karakternya. Kayak dari tujuan tokoh, latar belakang tokoh, konflik tokoh dengan tokoh yang lainnya. Kurang lebih begitu, sih.

--Kelebihan tokoh?

Jadi setiap bikin cerita kalian pasti bikin kekurangan dan kelebihan tokoh kalian, kan? Misalnya tokoh A kelebihannya bisa main piano, tapi kekurangannya pemalu. Jadi dia nggak pernah berani main di depan umum. Hal sepele begitu bisa bikin respon terhadap tokoh B yang misalnya diam-diam merhatiin si A

Faktor kelebihan dan kekurangan tokoh itu bisa jadi puncak masalah yang bikin terjadinya konflik, loh. Jadi nggak melulu hal-hal yang berat. Hal sepele pun bisa jadi konflik inti yang memungkinkan bikin cerita kalian worth it buah dibaca.

Pokoknya, semakin kuat karakter tokoh kamu, semakin kuat juga konflik yang bisa terjalin di setiap alur atau bab ceritanya.

T5:
Kak, bagaimana cara menciptakan kebaruan dalam konflik? Atau membuat konflik tersebut fresh? (Nggak mainstream)

A5:
Ya palingan, kasih bumbu-bumbu plot twist. Tapi kan setiap penulis pasti punya karakter dan pemikiran yang berbeda-beda. Jangan takut untuk mainstream kalau kamu punya ciri khas yang bikin pembaca bisa bedain kalau tulisan kamu itu berbeda dari penulis yang lain. Konflik rata-rata ya pasti banyak yang sama, tapi bagaimana cara kamu mengolah emosi tokohnya aja gimana. Dan yang bikin beda itu, pasti cara penyelesaian dari setiap konfliknya.

--Kita harus mengenali karakter tokoh kita, ya?

Benar. Semakin kamu kenal tokohmu, semakin paham keinginan tokohmu kayak gimana. Kadang yang begitu bisa bikin konflik mengalir begitu aja. Nggak melulu terpatok sama outline, kalau menurutku, ya.

Dariku, paling gini aja.

Bikin tabel pendalaman karakter. Biasanya kalo aku isinya begini:

1. Tujuan tokoh:
Tokoh A: blabla
Tokoh B: blabla

2. Latar belakang tokoh:

3. Konflik antar tokoh:

Intinya paling itu sih kalau aku.

Baik tokoh utama atau sampingan harus ada tujuannya masing-masing. Jadi diisi semua, tokoh sampingan konfliknya apa, atau nggak ada konflik juga bisa, atau tokoh sampingan tujuannya apa, dsb.

T6:
Konflik yang baik adalah yang berkesinambungan dan berkaitan dengan konflik-konflik kecil yang dimunculkan setelahnya, ini benarkah Kak Eunice?
Standar membuat konflik yang harus dipenuhi apa aja?

J6:
Aku sih paling kalau mau bikin konflik pasti bikin tabel kayak di atas gitu. Isinya ya tiga aja. Tujuan tokoh, latar belakang tokoh sama konflik tokoh. Tiga itu aja bisa bahas banyak karakter tokohnya kan hehe jd kita bisa lihat secara merata kepribadian tokoh kita buat jadiin konfliknya seperti apa gitu.

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Pesan dari tutor:
Disarankan bikin outline sih, kalau mau diikutin caraku yang bikin tabel pendalaman karakter buat bikin konfliknya juga bisa, kok.

Semangat aja. Jangan males buat nulis. Makin banyak rekap babnya, makin enak buat update-nya lancar. Siapa tau nanti bisa diterbitin kayak Maple, ya kan hehe.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro