5. Riset

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari, tanggal: Minggu, 30 Desember 2018
Materi : Riset
Tutor : Wahyudi Pratama
Moderator : Annisaly
Notulis : Madiani

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Perkenalkan, saya Wahyudi Pratama a.k.a Yudilan yang memiliki dua akun Wattpad: yudiiipratama (cerita dengan berbagai genre) dan wahyudiipratama (fokus di romance and teenfic).

Saya masih single, dan siap diajak chat. Wkwk. Oh, iya. Ini kesekian kalinya saya jadi tutor di kelas khusus suju. New member lah yah, yang siap tempur di ODOC nanti. Wish luck buat kalian.

Well, untuk menghemat waktu.
Let we start class this night, hopefully kalian enjoy, ya. :)
Before it, di setiap kelas saya selalu menekankan bahwa apa yang benar pada hari ini, belum tentu benar dikemudian hari. Jadi, don't ever stop to learn, learn, and learn.

Oke, Lets start!
Materi hari ini membahas tentang RISET!

Who knows what the meaning about riset?

Riset merupakan elemen penting dalam menulis fiksi maupun nonfiksi.

Dari yang saya temukan pengertian riset di Lembaga Penulisan dan Penalaran Karya Ilmiah (LP2KI) yang saya ikuti di kampus; riset or research adalah suatu penyelidikan, pemeriksaan, pencermatan, percobaan yang membutuhkan ketelitian dengan menggunakan metode/kaidah tertentu untuk memperoleh suatu hasil dengan tujuan tertentu.

Nah, seperti apa sih jenis riset yang paling krusial?

Riset yang paling penting adalah how to eksplor setting atau latar cerita.

Latar cerita dapat membawa pembaca masuk atau bahkan terhanyut oleh cerita, dan sebagai penulis, sudah merupakan tugas kita untuk menghidupkan cerita dalam pikiran pembaca, dan salah satunya dapat dilakukan dengan eksplorasi setting.

Kalau begitu, saya ingin bertanya ke teman-teman, ada berapa unsur utama cerita fiksi? Ada yang tahu?

Plot, karakter, dan setting atau latar. Itu tiga unsur utamanya.

Kebanyakan penulis menghabiskan waktu untuk merencanakan plot, menciptakan karakter dan memberi konflik atau dilema terhadap tokoh ceritanya, tetapi hanya memberi sedikit perhatian terhadap latar.

Itu hal yang salah. Riset latar merupakan hal yang sangat penting, agar cerita itu lebih real, dan touching ke pembaca.

Yang paling sulit kalian lakukan saat menulis apa, sih?

~ Mendeskripsikan latar.
~ Alur yg menarik.
~ Kalau saya: karakter, Kak.
~ Bikin alur yang teratur, Kak. Suka plothole soalnya. :')

Oke, konflik. Bagaimana teman-teman menentukan konflik jika tidak ada riset terlebih dulu? Riset berupa apa itu? Example: kalau kita ingin menentukan konflik kekejaman rumah tangga, ada baiknya riset berita terkini tentang KDRT.

How can describe story jika kalian tidak pernah membaca? Membaca novel karya penulis-penulis lain termasuk riset. Menentukan karakter? Baca karakter di berbagai sumber, example: psikologi. Itu termasuk riset.

Setiap kalian menulis sesuatu yang berhubungan dengan alur cerita. Semua perlu riset.

Aku kasih contoh beberapa karya yang describe-nya bagus karena riset

Contoh 1. Deskripsi tempat berdasarkan riset.

“Aku berjalan-jalan tanpa tujuan di kota, hanya untuk menjauh dari rumah sakit, kumpulan napas orang-orang sakit dan sekarat. Aku berjalan menerobos debu senja, menyusuri jalan yang diapit tembok penuh grafiti, melewati kios-kios berdinding timah yang berjejalan, menyeberangi jalan sempit bersama gadis-gadis yang membawa pupuk kandang di kepala. (And the Mountain Echo, Khaled Hoseini)

Selanjutnya explore setting waktu dalam tahun. Termasuk di sini adalah riset tentang musim, libur besar, hari besar atau hari terjadinya momen penting tertentu seperti tragedi Hiroshima Nagasaki. Ini bagi yg suka nulis karya-karya teen Jepang, ya. Haha.

Contoh 2.

Ia menyukai kota kecil itu sejalan dengan pergantian musim: bertunasnya tanaman pada musim semi, merebaknya kehijauan di musim panas, memudarnya warna-warna di musim gugur ketika menara kembar gereja yang putih bersih menembus langit biru. (Novel Ice – Linda Howard)

Jadi, riset penunjang mengalirnya cerita teman-teman. Tanpa adanya riset, susah untuk meng-explore karya teman-teman.

—Sesi Tanya Jawab—

Q1:
Berarti keseluruhan cerita perlu riset agar terkesan real, ya Kak?

A1:
Every story need research. Any genre; baik itu Teen, Romance, Humor, hingga Fantasy more than important to riset.

Q2:
Kak, kan menulis pasti banyak latar tempat, ya. Misalkan halaman belakang kampus, taman kampus. Harus deskripsikan semua atau ada saatnya?

A2:
Tergantung situasi dan tergantung apakah ketika kamu mendeskripsikan bagian itu ada kaitannya dengan keadaan atau hanya sekadar basa-basi. Basa-basi boleh-boleh saja sepanjang tidak membuat cerita ngawur, atau nggak jelas. Jadi, kalau ditanya harus dideskripsikan semuanya, ya nggak harus. Seperlunya saja.

Q3:
Kan setting termasuk unsur yang penting, bagaimana agar kita membangun setting dan latar yg tidak membosankan?

A3:
Untuk membangun setting agar tidak membosan, ada beberapa hal mendasar yang perlu kita ketahui. Latar atau setting tidak sekadar relevan dengan tempat atau waktu dalam cerita, tetapi juga memiliki interaksi dengan bagian cerita yang lain; seperti karakter, tema, pesan moral, dan sebagainya. Kaitkan selalu setting dengan karakter tokoh. Misalnya: latar tempat di Jogja dan tokoh ini punya kenangan tersendiri di Jogja semasa kecil. Nah, itu bisa membangun setting yang tidak membosankan. Dan tidak monoton.

Q4:
Apakah riset yang kita butuhkan itu harus secara mendetail atau dikhususkan untuk seperlunya kebutuhan cerita saja, Kak?

A4:
Seperlunya saja, lakukan riset sesuai yang kamu mau. Misal: Senja. Sebelum kamu mendeskripsikan senja, harus tahu dulu seperti apa itu senja. Jika dipandang belum tau arti senja seperti apa, research di Google. Contoh deskripsi senja di satu paragraf:

Senja memang barang langka di kota Blackburn. Gedung-gedung bertingkat dengan lampu merkuri telah mengalahkan sisa cahaya setelah tenggelam matahari. Dan tibalah saatnya, matahari perlahan membenamkan tubuhnya di pelukan cakrawala. Cahaya senja itu muncul, membentang merah lebih pekat, tidak bercampur warna kuning keemasan. Memenuhi garis langit.

Q5:
Jadi, Kak, riset yang baik itu gimana?
Apakah dengan terjun langsung? Atau bisa dengan referensi yang kita runutkan dalam khayalan? 

A5:
Sependek pengetahuanku, riset terjun langsung itu lebih baik, tergantung jenis cerita apa. Kalau yang berhubungan dengan sosial eksperimen, pasti lebih baik mencari referensi dari resource Google.

Tambahan: buat riset terjun langsung ini dialami oleh penulis Dee lestari dalam bukunya Aroma Karsa. Beliau riset sampai ke TPA.

Iyap. Jika itu berupa feelings, ya automatically apa yang kamu rasain, kamu utarakan. But if it about disease jenis kanker sekalipun, necessary riset.

Q6:
Kalau boleh tahu, riset yang baik itu butuh waktu berapa lama? Atau tergantung kitanya, Kak?

A6:
Wah, kalau ini aku kurang tahu. Kalau riset ya depends on kamunya. Kalau aku sih, sebelum eksekusi, pasti riset terlebih dahulu.

Riset itu bukan tergantung seberapa lama, tapi seberapa kuat dan cukup data-data itu untuk tulisan kamu.

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Kesimpulannya: tulislah tentang apa yang kamu ketahui. Tetapi sebelum menulis, membaca dan melakukan riset terlebih dulu. Agar tulisanmu tidak sekadar ingin tahu, tapi juga menjadi sumber ilmu.

Jika masih ada yang ditanyakan seputar RISET, kalian bisa langsung kontak saya, ya. :)

Untuk calon pejuang ODOC, saya hanya ingin berpesan; semangat, selamat, dan sukses! Kalian tidak salah pilih tempat. :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro