7. Bau Bimo Bikin Sekarat!

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

LIMA KATA-KATA MOTIVASI DARI TOKOH TERKENAL. NOMOR ENAM BIKIN MERINDING!

Jempol Bimo langsung tancap gas memencet judul artikel. Belum apa-apa, Bimo udah merinding duluan. Bukan karena si Nomor Enam, melainkan karena udah nggak tahan untuk melepas hajat, sekaligus udah nggak tahan untuk mencari kententraman hakiki. Soalnya semalam kuping Bimo udah panas akibat perang mulut antara Babe dan Jenny.

Itu belum apa-apa. Masih ada ronde kedua: Juki vs Jenny. Entah apa yang mereka ributin. Jadi, di pagi yang cerah, Bimo sengaja memilih ngadem di toilet dekat kamar tamu yang lagi nggak nerima tamu.

Selagi nunggu lingkaran muter-muter di layar ponsel, Bimo mengirup napas lega. Posisi nyaman…, tentram…, tanpa celotehan saudari-saudarinya. Indahnya dunia.

Tapi, hirup napasnya nggak lama-lama. Bau.

No.1
R. H. Macy.
Sukses dalam bisnis menyiratkan optimisme, saling percaya diri dan keadilan. Seorang pengusaha harus memegang pendapat tinggi tentang apa yang harus dia jual dan dia harus merasa bahwa dia adalah pelayan publik yang berguna.

Kalimat motivasi pertama bikin Bimo mangut-mangut. "Nggak ngerti," ucapnya pelan lalu kembali menge-scroll layar ponsel, nyari kalimat motivasi yang lebih mudah dipahami.

Dan bisa dipakai sebagai pembelaan diri.

Udah setengah tahun Bimo tamat kuliah. Lulus dari jurusan Desain Komunikasi Visual di universitas punya nama (universitas mana yang nggak punya nama?). Bimo yang berjiwa kekinian ingin mengadopsi kalimat, "Saya adalah bos untuk diri saya sendiri". Maka bertekatlah dia memulai jabatan freelancer dengan modal laptop yang nggak nyala kalau nggak dicolok listrik dan software grafis yang di-install pakai crack.

Sayangnya Babe tepuk jidat begitu melihat hasil kerjaannya yang berupa spanduk Toko Obat Kuat, dengan tulisan CEGAH MALU DENGAN PIL BIRU. HARGA MURAH, PASANGAN DIJAMIN GERAH di samping gambar model berbaju ketat.

"Bim, gua nyuruh lu kerja, bukan bikin orang gerah," kata Babe.

"Yang bikin gerah pilnya, Be. Bimo cuma ngerancang spanduk," jawab Bimo.

"Sama aja. Babe kagak suka lu kerja nggak jelas gitu. Aye mau lu nyari kerja, kerja yang beneran, di kantoran."

Awalnya Bimo udah berhasil meyakinkan Babe dengan cerita inspiratif milik Jack Ma ditambah orderan desainnya yang makin beragam, dari poster posyandu sampai spanduk nasi uduk Lamongan. Tapi akhir-akhir ini, Babe ngulah lagi. Nggak tahu ada angin apa, duda dengan sepuluh anak itu makin rewel. "Gua nggak mau tahu! Elu anak laki satu-satunya—"

"Kan masih ada Sani, Be," potong Bimo.

"Si Sani? Lu tau sendiri kelakuannya begimana. Gua yakin kalo anunya Sani lupa dibalikin sama Hana waktu mereka main pinjem-pinjeman di perut enyak lu. Eh, kenapa jadi bahas anu? Pokoknya, gua malu punya anak laki kerja nggak jelas. Padahal elu udah sarjana. Kalo lu nggak punya kerjaan yang bagus dua bulan ke depan, gua kirim lu ke pabrik teman Babe!"

Ancaman Babe berhasil membuat Bimo pusing, bete, dan gegana (gelisah, galau, merana). Lalu diabteringat kata-kata Eyang Pram. Masa terbaik dalam hidup seseorang adalah masa di mana dia dapat menggunakan kebebasan yang telah direbutnya sendiri. Maka, Bimo bertekat untuk merebut kebebasannya kembali!

Dimulai dari nyari kalimat motivasi untuk diposting di Facebook. Biar sekeluarga tahu, nggak cuma Bimo yang menganut kepercayaan sukses mesti dari bawah.

#2 Steven Spielberg
Setiap ide yang baik berawal dari ide yang buruk, itulah kenapa membutuhkan waktu yang lama.

"Ideku bukan ide buruk." Bimo nggak terima, lalu lanjut membaca.

"Nomor tiga, Albert Einsten. Ini, nih! Pasti keren.…" Bimo makin semangat. "Cobalah untuk tidak menjadi orang sukses—"

Karena ku selow….
Sungguh selow….
Sangat selow….
Tetap selow….
Santai…, santai….

Bimo nggak bisa santai. Pertama, pencarian kalimat motivasi menjadi terganggu karena dering telepon masuk. Kedua, hajatnya belum keluar sempurna. Dan yang terakhir, si Penelepon adalah Paijo, teman sekaligus saingannya sejak SMA. Dulu, Bimo lebih unggul menurut nilai rapot, tapi sekarang Paijo udah jadi menantu idaman ibu-ibu karena punya bisnis jual-beli tanah. Begitulah hidup, kadang kita di bawah, kadang di atas. Kadang juga nggak naik-naik karena yang di atas nggak mau turun.

Diyakinkan dengan kutipan dari novelnya Ahmad Tohari; “Bahwa rasa dendam mampu membinasakan martabat kemanusiaan”, maka dengan keikhlasan yang dipaksa-paksa, diangkatnya telepon itu.

"WOI, GAGANG TONGSIS, DI MANA LU?"

Bimo mau marah, tapi dia masih fokus ngeluarin emas tak berharga ke dalam lubang kloset.

"WOI, KOKO BIMO ROSO! Lu dengar, nggak?"

"Iya, iya," sahut Bimo kesal, lalu terpaksa mengakhiri kegiatan nongkrongnya.

"LAMA AMET JAWABNYA! DI MANA LU?"

Apes. Suara Paijo, perlente sekelurahan, membuat Bimo merinding untuk kedua kali. Kalau sudah ngomong pake tenaga dalam, pasti niatnya riya’.

"Di rumah," jawab Bimo, sambil nyiram kumpulan emas tak berharga itu. "Kenapa emangnya?"

"Gini, lu udah tau kan gue mau ke Ki el?"

"Ki el?"

"Yaelah. Zaman mari nggak tahu ki el. Itu tuh tempatnya Manohara."

"…"

"Jadi, gue, selaku teman yang baik, mau nawarin lu ikut ke sono. Mana tau ada tukang cendol mesen spanduk. Tapi gue bayarin ongkos aja. Biaya hidup, ya minta sama Babe Jali, dah."

Memang Paijo terlalu cerdas nyelipin hinaan di setiap ucapannya, pikir Bimo.

"Kalau mau, setengah jam lagi ke warung Imah. Udah dulu, ya. Gue mau ngantar pesanan dua karung tanah sama komposnya ke rumah Bu Lurah."

Tut tut tut.

Bimo sempoyongan beranjak dari dudukan WC. Paijo memang benar. Kalau dia mau ikut, Bimo mesti minta tunjangan ke Babe. Duit di kantongnya cuma cukup untuk makan sehari. Belum lagi akhir-akhir ini orderan desain mulai berkurang.

Apa karena terlalu banyak video tutorial di YouTube, makanya semua orang bisa jadi desainer grafis?

Belum lagi Bimo menemukan jawaban, kupingnya mendengar seruan mengerikan.

"WOI, BIMO! LU MAU NGINEP DI KAMAR MANDI?"

***

"Nape lu? Lu mandi nggak handukan? Handuknya ketinggalan? Atau lu baru aja mandi keringat?" Babe Jali yang duduk di meja makan keheranan lihat anak ketujuhnya. Bakwan buatan Nira, putri pertamanya baru saja ludes.

Bimo berdiri di depan kipas. Lagaknya mau ngadem, padahal lagi berpikir keras bagaimana cara buat ngomong soal duit ke Babe.

"Be, minta duit."

Bukan Bimo yang ngomong, tapi Jenny, kakak kedua Bimo.

Babe langsung protes, "Kagak. Lu pasti mau beli kaset cowok joget-joget, kan?"

"Jennyyyyyy!!! Curang!!! Babe, jangan kasih uangnya…. Kasih ke Juki aja. Setengah harga pun jadi, Be. Ini darurat, Be. Stok lightstick ori di Shoplak tinggal satu. Gaji bulan kemaren udah habis buat beli sarung bantal Minhyun." Giliran Juki yang merengek minta lembaran merah.

Nira yang sedari tadi sibuk chatting-an sama suaminya segera ambil langkah seribu. Takut jadi korban penodongan selanjutnya.

"Jangan kasih Mpok Juki, Be. Jenny aja…." Jenny nggak mau kalah.

"Be, ntar Juki pijitin, deh."

"Jenny juga! Jenny pijitin, tapi nggak pake minyak gosok. Nanti tangan Jenny yang gemulai ini kepanasan."

Babe masih pura-pura tulalit. Lebih memilih baca koran sambil komat-kamit, ngucap doa supaya anak-anaknya dapat hidayah. Sementara Bimo masih diam di depan kipas. Masih mikir keras apakah dia mesti nolak tawaran Paijo atau malah memasang muka tembok, ikutan minta duit ke Babe untuk pergi ke negaranya Upin Ipin.

"Ada yang lihat charger putih, nggak?" Suara lesu menghampiri keramaian ruang makan. Amoba menyeret langkahnya malas menuju rak piring, mengambil kotak bekal. Bimo cuma geleng kepala menyadari maksud kakaknya itu.

"Kayaknya semua charger di rumah ini warna putih, deh," Bella menyahut dari dapur. Mukanya bete karena dipaksa Nira cuci piring. Padahal semalam dia baru menipedi.

"Hape tulit tulit punya Babe charger-nya hitam," sanggah Daniyal.

"Ya, kan itu cuma satu, keles," jawab Bella sambil nyusun piring.

"Kalau ada satu yang hitam, berarti nggak semua charger di rumah ini putih." Daniyal masih menyanggah.

"Be, minta duit dong buat beli lightstick." Ternyata Juki belum menyerah.

"Oke, hampir semua charger di rumah ini berwarna putih." Bella memilih mengalah kepada adik bungsunya.

"Ih, Mpok! Ngalah, dong. Kan Mpok udah dapat album BTS plus mercendes-mercendesnya dari Kai semalam. Sekarang giliran Jenny…."

"Eh, tapi kayaknya charger lama Kak Hana warna hitam juga."

Arrghhhhh.

Itu teriakan Bimo di dalam hati.

Kayaknya aku harus pergi dari rumah ini!

Itu seruan Bimo, masih di dalam hati.

"Kok aku nyium bau nggak enak, ya?"

Itu suara Amoba yang baru selesai ngambil cemilan dari kulkas.

Semua terdiam dan mengendus. Sampai akhirnya semua mata tertuju pada sosok yang sedari tadi berdiri menghalau angin.

Bimo hanya meringis. "Maaf semua. Bimo lupa cebok."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro