8. Sean: Saksi Mata

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Penyelidikan berlangsung lama, lama sekali, sampai warga sekitar yang bergerombol membubarkan diri. Tersisa aku, Priaji, Langit yang asik bicara dengan dua orang polisi, dan seorang aneh berambut tanpa wajah.

"Bagaimana?" Priaji menyeretku mendekati Langit sebelum mengajukan pertanyaan.

"Katanya ada tragedi besar di Ibu Kota, di New Batavia, dua mayat ini sepertinya berhasil lolos dari tragedi itu, tapi ya, dibunuh oleh tragedi lain." Kesimpulan Langit tidak jauh berbeda dari ocehan Priaji.

"Aku tahu kejadiannya." Seorang aneh berambut tanpa wajah mendekat dan memberikan pernyataan. "Yang satu ini temanku, dulu, sebelum ia pindah ke New Batavia." Ia mulai bercerita. "Ia memintaku menjemputnya di perbatasan Sengkawa dengan New Batavia, dekat sungai, dua hari lalu, tapi ia tidak pernah datang dan aku terpaksa menyusuri sungai siapa tahu ia sudah pergi duluan."

Dipikir lagi, manusia di hadapanku yang sedang mendongeng ini terlihat sangat amat aneh. Aku tidak bisa melihat wajahnya, tidak ada mata, hidung, apalagi mulut, hanya ada rambut panjang merah yang melingkar menutupi segalanya. "Siapa namamu?" Tanyaku asal.

"Oh maaf, aku lupa memperkenalkan diri, namaku Rambut Merah, aku mengidap kelainan genetik, ada gen spesial dalam tubuhku yang membuat rambut-rambut ini terus tumbuh dan menutupi wajah, agak mengganggu tapi aku sudah terbiasa." Rambut Merah menyalami aku, Priaji, Langit, dan dua orang polisi.

"Lalu menurutmu bagaimana temanmu itu mati?" lanjutku.

"Ia pasti dikejar mantan kekasihnya." Rambut Merah menunjuk mayat yang lain. "Mantannya memang agak gila, lalu tercebur ke sungai, terbawa alirannya sampai kemari."

"Mati tenggelam?" Aku bertanya lagi.

"Bukan, penjelasanku tadi hanya untuk mengapai ia bisa sampai ke Pantai Sengkawa, kalau masalah mati sepertinya karena percobaan penanaman gen yang baru-baru ini ia jalani."


_____

Gambar random

Pandu

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro