Kreativitas dan Pengalaman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lagi-lagi aku lebih fokus ngejar event Arknights daripada menulis cerita. Lagi-lagi aku mentok di stage extra. Frustasi liat latihan + sanity abis (plus kewarasan di dunia nyata), mau tidak mau guide pun bertindak.

https://youtu.be/bG5mRelA6Qo

Lagi-lagi si Chen pistol air ngelembur di event.

Seperti yang udah kuceritain sebelumnya, aku emang sering pake walkthrough buat main game.

Ngikutin panduan pun pun tidak menjamin bakal sukses 100%. Buktinya aku gagal terus.

Kegagalanku berawal dari panik, tangan gemeteran, dan timing yang melenceng. Ujung-ujungnya berakhir dengan bosnya selalu kabur atau umpannya mati waktu skill Chen aktif.

Okelah aku mulai evaluasi kesalahan diriku sendiri.

Oh iya. Aku lupa kalo tipikal map di AK itu lebih condong ke serangan mob/bos yang cenderung frontloaded sama punya timing yang sensitif pake banget.

Penjelasan dikit. Singkatnya, serangan frontloaded itu lebih kayak stamina buat lari sprint. Kuat di awal, tapi melemah buat serangan jangka panjang.

Aku juga nonton ulang video ini terus perhatiin perkataan Kyo soal timing juga mekanik bos terus praktekin lagi.

Aku juga sengaja ngutak-atik tim yang bisa dibilang low maintenance alias ngeluarin skill otomatis. Soalnya saat itu aku bener-bener gemeteran, panik, sama hilang fokus sama sekali karena masalah pribadi.

Aku sempet pengen nyerah gitu aja. Pikiranku saat itu pun berkata.

Ah, ngapain capek-capek ngejar achievement? Syukurin aja karena udah bisa selesain namatin stage dan tahu akhir dari ceritanya.

Bicara soal itu, aku bener-bener dalam kondisi nanggung. Masalahnya ini event terakhir dan aku kurang lencana satu lagi biar lengkap.

Setelah berhari-hari, akhirnya aku dapet juga.

Kreativitas dan Writer's Block

Selama ini aku males-malesan nulis naskah (ditambah faktor encok) karena bener-bener gak ada ide sama sekali. Dengan kata lain, mentok alias writer's block.

Memang ada beberapa penulis yang menganggap writer's block itu mitos. Padahal banyak penelitian yang menguak soal fenomena ini dari sudut pandang psikologis.

Salah satunya menemukan bahwa penyebab writer's block selalu berkorelasi dengan masalah pribadi si penulis di dunia nyata.

Bicara soal itu, aku juga lagi kepikiran tekanan keluarga karena belum dapet penghasilan stabil. Jujur aja, aku terbebani sama "gimana caranya bikin naskah yang menarik dan bikin rekening kembali gendut."

Belakangan ini kritik internalku semakin menjadi-jadi melebihi komentarnya chef Juna. Soalnya dua cerita pendek yang kupromosikan dan kubuat sebagai tester itu gagal.

Okelah, berarti ceritaku gak cocok sama pasar. Aku harus lebih asah tulisan yang bisa menyusup celah pasar dan lebih menghasilkan cuan. Meskipun harus mengorbankan kata hatiku setidaknya biar bisa dapet pembaca dan bisa menulis sesuai kata hati seperti dulu.

Kadang kritik internalku menyebar ke hal lain di luar menulis. Salah satunya main game. Aku ngerasa orang paling n00b dan payah sedunia karena ngikutin guide aja masih gagal.

Kadang juga secara gak langsung aku membenarkan perkataan orang tuaku yang sering mengataiku "gak punya otak" dan "gak bisa apa-apa". Soalnya semua yang kulakukan selalu gagal. Aku selalu dibanding-bandingkan dengan orang lain sejak kecil.

Masalah itulah yang menghantuiku setiap kali membuka laptop.

Hatiku berkata, "Ayo, Ka! Semangat! Kita kembali menulis biar bisa dapet uang."

Pikiranku berkata, "Memangnya tulisanmu ada yang baca? Udah mah gak jelas, gak sesuai sama pasar, juga kalimatnya ampas."

Kedua hal yang saling bertolak belakang itu bener-bener menghambatku belakangan ini. Untung aja gak berakhir dengan depresi kumat yang kadang berujung dengan "ingin mati saja".

Makna Kreativitas

Terus gimana ceritanya bisa dapet achievement terakhir? Aku cuma modifikasi kegagalanku ngikutin guide dengan mengakali kegagalannya.

Caraku mengakalinya: guard Amiya. Aku memang pakai karakter itu dan kebetulan masih cooldown. Aku taruh Amiya di saat yang tepat dan akhirnya menang. Bonusnya achievement terakhir.

Berkaca dari pengalaman tersebut, aku belajar ternyata kreativitas itu sangat sederhana.

Jawaban dari hal yang selama ini kucari-cari itu sangat dekat.

Selama ini aku terlalu terpaku pada panduan dan perkataan orang-orang. Mungkin ini pengaruh dari didikan orang tua dan guru di sekolah yang mempersempit pola pikirku.

Hanya ada satu cara yang mutlak untuk menyelesaikan masalah dan mencapai kesuksesan. Jika diibaratkan game, itu adalah most effective tactic available alias "meta". Selain itu, ampas.

Orang tua dan guru kadang menjejali kita dengan teknik tertentu yang dianggap benar. Secara tidak langsung, kita dididik untuk taklid buta. Manut-manut menurut tanpa menuntut. Begitu pun dalam beberapa komunitas seperti halnya komunitas gaming.

Jika kita berusaha untuk kritis atau mencoba hal di luar pakem, kita akan cenderung dianggap masalah atau bahkan kegagalan. Aku pernah mengalami hal ini sewaktu SMP dulu.

Secara tidak langsung, hal itu lambat laun membunuh rasa ingin tahu dan kreativitas dalam diri seseorang.

Itu sebabnya banyak yang bilang jika kreativitas seseorang cenderung berkurang seiring berjalannya waktu.

Itu sebabnya anak-anak jauh lebih kreatif dibandingkan dengan orang dewasa.

Kreativitas selalu berbanding lurus dengan pengetahuan. Semakin banyak kita tahu, semakin banyak ide dan kreativitas yang muncul. Baik itu dalam membuat sebuah karya maupun dalam menyelesaikan masalah.

Jika mengutip perkataan Steve Jobs dalam salah satu pidato populernya, connecting the dots. Kreativitas bermula dari menghubungkan semua hal yang kita ketahui lalu mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna.

Masalahnya, pemahaman kita akan suatu hal tidak semua sampai pada tahap pengetahuan.

Ya nginget-nginget sedikit materi kuliah. Data, informasi, dan pengetahuan.

Data merupakan representasi dari objek yang berada di dunia nyata. Misalkan nama, tempat tanggal lahir, jenis kelamin, makanan kesukaan, hobi, hal yang dibenci, dll.

Informasi merupakan rangkaian data yang sudah diproses sedemikian rupa. Contohnya si A itu laki-laki, usianya 25 tahun, masih jomblo, dan seneng sama cewek yang tsundere.

Pengetahuan sendiri merupakan kumpulan informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan. Oh berarti si A itu bakalan cocok nih digabungin satu tim sama si B yang tsundere.

Terkadang pemahaman kita hanya sebatas informasi dan bukan pada level pengetahuan. Itu karena kita sejak kecil dibiasakan untuk taklid buta dan terbebani setumpuk hafalan nirmakna. Tidak semua orang seperti Bang Yoris Sebastian yang bisa punya kesempatan untuk mengembangkan pola pikir dan mengasah kreativitasnya.

Pengetahuan sendiri itu muncul dari mengenal. Semakin banyak informasi yang kita miliki, semakin banyak pula hal yang bisa kita jadikan sebagai bahan pertimbangan. Dari mana kita tahu informasi itu? Belajar, membaca, peka pada keadaan sekitar, dan lebih mengenali suatu hal secara mendalam.

Kembali ke masalah yang kuhadapi sebelumnya.

Kegagalanku bermula karena aku terlalu mengikuti panduan Kyo begitu saja. Aku hanya berpikir "oh ya cara Kyo itu jauh lebih baik" lalu mengabaikan faktor diriku sendiri. Belakangan ini aku mudah panik karena hal sepele.

Aku juga tidak mengenal kelebihan dan kekurangan karakter yang kugabungkan dalam tim dengan baik.

Aku juga tidak mengenali karakter bos, pola serangan, dan menyusun rencana cadangan saking terlalu terpatok pada panduan Kyo.

Itu sebabnya tips dalam game-nya sendiri yang mengatakan "gunakan strategi sesuai kelebihan dan kekurangan karakternya" itu memang benar. Aku sendiri kadang mengabaikan hal itu karena terlalu terobsesi untuk menang saking penasaran dengan kelanjutan ceritanya.

Biar storytelling Arknights lebih ampas daripada ceritaku, ada beberapa yang eksekusinya menarik dan bagus seperti event Break The Ice. Kupikir dengan menamatkan stage extra bakal ada epilog cerita seperti event sebelumnya. Tahunya gak.

Kampret.

Terus Gimana?

Bang Yoris bener soal semua orang bisa jadi kreatif.

Kreativitas bermula dari berpikir kritis. Bukankah ayat pertama Qur'an saja meminta kita untuk membaca? Bukankah banyak ayat yang meminta kita untuk berpikir?

Cobalah untuk melepaskan belenggu dari diri kita yang bisa menghambat kreativitas. Misalnya membuka sudut pandang dan membabat penghambat di kepala. Jujur aja, melepas pengaruh kritik internal dan lingkungan sekitar yang toxic itu berat.

Cobalah untuk lebih mengenal hal yang kita tekuni. Coba juga melihat hal tersebut dari sudut pandang yang lain.

Jika saja aku tidak melihat pola bos, karakteristik map, dan cooldown Amiya, mungkin aku akan terus terjebak dalam siklus kegagalan terus-menerus sampai event usai.

Cobalah kita belajar dari pengalaman yang sudah kita lalui sebelumnya. Gunakan pengalaman itu, baik maupun buruk, untuk membantu kita memecahkan masalah yang sedang dihadapi.

Cobalah kita tarik nafas sejenak lalu beristirahat jika sedang mandeg. Kreativitas akan mengalir dalam situasi santai dan pikiran yang jernih.

Masih ngerasa belum kreatif? Gak apa-apa. Nikmati saja proses dan perjalanannya. Siapa tahu hal yang gak berguna di hari ini bakalan berguna buat nanti.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro