Bab 38: Sang Ketuk(er) 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Halo lagiiii xixixi
Chapter baru, semangat baruu
Uhuyyy
.
Ayok pastikan kamu sudah tekan tombol bintang dan ramaikan kolom komentar ya.
Enjoy reading~ 💜🥰
.
.

Bab 38: Sang Ketuk(er) 2

Jika dideskripsikan secara rinci, Sanuar Alphandi ini juga sama seperti kebanyakan lelaki seusianya, kok. Suka bermalas-malasan, suka menjadi nakal di beberapa kesempatan, ya pokoknya tidak sesempurna yang dibayangkan perempuan kebanyakan soal dirinya. Selain keluarganya, Betari menjadi satu-satunya orang luar yang tahu betul bagaimana bobroknya seorang Sanuar Alphandi.

"Ayok lah jalan, dude. Di rumah terus mah nggak ketemu jalan keluarnya!" Abiyyu berseru ribut. Sudah sejak dua puluh menit lalu ia terus-terusan berusaha mengajak Sanuar untuk keluar rumah. Namun lelaki yang satu itu begitu batu hingga tubuhnya enggan bergerak dari tempat tidur bahkan barang satu inci.

Sementara itu, Sanuar melengos begitu saja. Mendengkus keras seraya menghela napas kasar. "Keluar juga ngapain? Panas! Nggak jelas lo!"

"Si kampret bener-bener dah emang! Mau bangun nggak, lo? Jangan sampe gue sebor pake holy water nih ya!"

"Berisik!" Sanuar akhrinya bangun. Wajahnya tampak kesal, napasnya memburu cepat hingga beberapa saat kemudian lelaki itu akhirnya bisa menguasai dirinya kembali. "Gue tau niat lo baik, Bi. Cuma ... gue sendiri nggak tau gue harus gimana. Gue bener-bener blank. Yang jelas, yang gue mau sekarang cuma ada Betari. Di sini. Sekarang juga. Tapi gue nggak tau gimana caranya sedangkan gue sama dia lagi nggak ngomongan kayak gini ...."

Abiyyu berdecak. Satu tangannya bertengger apik di sisi pinggang. "Move! You must make a move, dude!  Situasi lo ini bukan adonan donat yang kalo didiemin bisa ngembang sendiri. Lo itu harus bergerak biar situasinya bisa berubah. Mau itu berubah positif atau negatif, at least you've tried. Jangan sampe lo nyesel karena nggak ngelakuin apa-apa."

Sanaur menunduk. Rasanya belum pernah ia merasa menjadi sebigini lemah, pun cengeng. "Terus gue harus gerak kayak gimana lagi, Bi? Rasanya semua udah---"

"Belum. Belum semua lo lakuin. Sekarang ayok ikut gu---"

"Assalamuaikum! Kak Alpha?!"

Sanuar dan Abiyyu mendadak diam. Saling pandang seolah mampu berkomunikasi lewat pikiran.

"Kak Alpha? Assalamualaikum!"

Sanuar langsung bergegas bangkit. Tidak peduli penampilannya yang bisa dibilang tidak kece sama sekali, lelaki itu tetap berlari tergopoh menuju pintu depan hanya karena suara ketukan pintu yang diiringi dengan suara yang beberapa hari belakangan ia rindukan. Iya, itu suara Cadel-nya!

"Waalaikumus---salam ...." Sanuar mengerjap cepat begitu berhasil membuka pintu. 

Reaksi Sanuar sama persis dengan reaksi si Kakak ketua himpunan saat melihat Betari dalam balutan gaun merah muda di bawah lutut itu. Tidak bertemu dengan Cadel-nya selama hampir dua minggu, dan kembali dipertemukan dengan penampilan perempuan itu yang cukup berbeda agaknya tidak aman untuk jantung Sanuar yang kini berdebar terlalu cepat. 

'Manisbangetmanisbangetmanisbangeetttt ya amvuunn'

"Kak?" Betari akhir mencoba kembali menyapa karena melihat wajah Sanuar yang tampak linglung dengan pandangan kosong. 

"E-eh? Ya? Oh? Ayo du-duduk dulu, Del---" kalimat Sanuar terhenti begitu mendapati entitas lain selain Cadel-nya. Bejalan sambil menebar senyum menyebalkan---menurut Sanuar. Mengulurkan tangan sambil mengucap salam sok dekat.

'Wah situasi macam apa ini, Ferguso. Bikin judul FTV apa ya bagusnya buat mereka?' Abiyyu cekikikan sendiri kala mengintip keadaan dari jendela kamar Sanuar. 

"Um, aku nggak lama kayaknya. Nggak enak soalnya dianter Kak Jamal. Besok aku main lagi ke sini deh, boleh? hehe Oh, ini Mama buatin makanan terus ada puding bikinan aku juga! Dihabisin ya, kak. Besok aku bikinin cemilan yang lain lagi!"

Harusnya Sanuar senang bisa kembali melihat Betari memenuhi pandangan. Tidak hanya itu, penampilan Cadel-nya bahkan mampu membuatnya jatuh untuk kesekian kalinya. Lalu, suara ceria Betari jelas menandakan bahwa tembok kecanggungan di antara ke duanya sudah tidak ada. Iya, harusnya lelaki itu senang, kan?

Namun tidak. Sanuar sendiri tidak bisa menjelaskan apa yang tengah ia rasakan. Bergejolak begitu panas hingga membuat seluruh persendiannya kaku. Pun, membuat ia tergugu. Rasanya semua kosa kata yang sudah ia pahami, mendadak kabur hingga tidak mampu membuatnya membalas ucapan ceria Betari.

"Ma-makasih." Ujung-ujungnya hanya itu yang mampu lolos dari bilah bibir Sanuar. 

Senyum sumringah muncul di wajah Betari begitu barang bawaannya kini sudah berpindah tangan. Dipeluk posesif oleh Sanuar. Perempuan itu mendadak girang sendiri karena besok sudah bisa kembali bermain dengan Kak Alpha-nya.

"Um ... kalo gitu ... aku pulang dulu?" Betari berujar ragu. Sejujurnya dalam hati masih ingin bersama dengan Kak Alpha-nya. Duduk santai sambil mengobrol dengan topik random. Namun, mengingat Kak Alpha-nya ini  pernah mengikrarkan bawa ia tidak begitu suka dengan entitas Jamal, tampaknya Betari harus menunggu sampai besok untuk kembali menjadi Cadel-nya Kak Alpha seperti biasanya. 

Sanuar hanya balas bergumam sambil mengangguk kaku. Hal itu membuat Betari agak ragu. Takut kalau Kak Alpha-nya ini malah semakin marah karena kehadiran Jamal. Maka sebelum berjalan semakin jauh, Betari kembali dengan sedikit berlari.

"Kak!" seru Betari sedikit kencang karena sadar Kak Alpha-nya tengah melamun. "Nanti malem aku boleh telepon?"

Sanuar mengerjap cepat. Senyumnya tidak bisa ia sembunyikan. Pun, semburat merah yang kini menghiasi pipi. "Boleh, lah, Del! Yakali!"

Keduanya terkekeh. Ah, begini ya rasanya bisa kembali bersama? Sanuar tampak bisa sedikit lega karena Cadel-nya tidak berubah. Keduanya jalan beriringan menuju pagar meski dengan berat hati. Terutama Sanuar. Lelaki itu jelas berat melepas Cadel-nya bersama orang lain meski hanya sesaat. Apa lagi Betari sedang manis-manisnya hari ini.

"Del?" Sanuar memanggil pelan. Mata dan bibirnya bergetar. Ada rasa perih ketika menyaksikan bagaimana Betari dengan luwes memakai helm yang diberikan Jamal dan duduk dengan nyaman di jok belakang motor. 

"Ya?" Betari tengah membenarkan letak dress-nya agar menutupi lutut.

"Langsung pulang, ya?" Suara Sanuar bahkan ikut bergetar.

"Um! Dadah Kak Alpha! Nanti malem aku telepon, ya!"

 Entah mengapa, ada rasa khawatir dan takut ketika ia benar-benar melihat Betari bersama orang lain. Kalau ini adalah akhir dari kisah cinta Sanuar dalam sebuah novel. Mungkin pembaca akan menghujat dirinya yang terlalu lama dan nyaman berlindung pada frasa tolong menolong. Mungkin Sanuar akan mendapat penghargaan sebagai peran protagonis terbodoh yang pernah ada. Atau mungkin itu hanya pemikirannya?

Bagaimana kalau ternyata Sanuar bukan protagonis di kisah ini? Bagaimana kalau nyatanya ia hanya tokoh pendukung yang tugasnya membantu si protagonis? Apa itu berarti Sanuar hanya sosok yang membantu Betari untuk belajar soal pria baik hingga perempuan itu bertemu dengan Jamal?

Ah, kalau benar begitu, rasanya lebih baik menjadi peran antagonis.

"Hah! Jadi yakin nih nggak mau keluar and make a move? Telat dikit gue yakin Betari bakal digebet sama tuh cowok!" Abiyyu memang selalu menjadi provokator yang baik.

Sanuar berdecih. Mengempaskan rangkulan Abiyyu dan bergegas masuk. Abiyyu kira lelaki itu memang sudah benar-benar menyerah. Nyatanya, Sanuar kembali dengan jaket dan kunci motor di tangan.

"Ayok, gue bakal gerak cepet mulai sekarang! Gue nggak bakal jadi tukang ketuk hati yang modal rasa nyaman aja! Gue nggak mau jadi peran pendukung di kisah cinta gue sendiri! Cepetan nggak lu?! Gue tinggal, nih, ya?!"

"Gaaasssss!!" Abiyyu terbahak melihat tingkah sahabatnya yang tampak ketar-ketir.

Tampaknya Sanuar ini memang harus mendapat ancaman di depan mata baru bisa bertindak dengan benar.

 ***

TBC


N

otes:

Holaa holaaa~
Kayaknya antusias nya sudah brkurang ya? Huhu
Padahal udh mau tamat nih, ayok semangat kawal Kak Alpha dan Beta sampe selesaiii xixixi

See youuu~~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro