Bab 37: Sang Ketuk(er)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dooorrr!! 😆😆
Met Seniinnn!! Uhuyy
Chapter baru and counting days to finish.
Are you readyyyy???
Xixixi

Oke, dimulai dari 0 ya, mari tekan tombol bintang dan ramaikan kolom komentar 🥰

Enjoy reading~

━•❃°•°❀°•°❃•━┓

Kukira ini hanya rasa terbiasa, nyatanya tidak. 

Melihatnya berada di sisi yang lain malah membuatku iri.

Merasa tersaingi sampai semua yang bisa kulakukan hanya bergumam, "Harusnya itu aku."

┗━•❃°•°❀°•°❃•━┛

Bab 37: Sang Ketuk(er)

Baru beberapa jam sendirian di rumah, Sanuar sudah merasa sepi. Berkali-kali mondar-mandir dapur, kamar, kamar mandi, dan ruang TV. Namun, tidak ada satu pun tempat yang bisa mengusir sepinya. Biasanya, kalau sedang tidak jelas begini, Betari akan menjadi tujuan utama. Um, kalau boleh diperjelas, setiap waktu Betari memang selalu menjadi tujuan utama. Namun, di saat-saat seperti ini rasanya akan semakin menjadi menggebu-gebu untuk bertemu Cadel-nya.

Lelaki itu menghela napas sambil memandangi room chat dengan Betari. Ternyata memang benar ya kalau kehadiran seseorang akan terasa sangat berharga begitu entitasnya tidak ada di depan mata. Lagi, Sanuar menghela napas, tetapi kali ini terdengar lebih nelangsa. Tidak lama kemudian, ponselnya bergetar ribut. Sanuar kalang kabut mencari letak ponselnya yang tadi sempat ia lempar sembarang. 

Ah, anjir banget! Mana, sih?! 

Ia sendiri yang melempar, ia juga yang misuh-misuh. Bukan apa, Sanuar sedang harap-harap cemas kalau-kalau telepon itu dari Cadel-nya. Wajahnya tampak cerah ketika berhasil menemukan benda yang bergetar ribut sejak tadi, tetapi langsung berubah keruh begitu mendapati nama Abiyyu sebagai caller ID di sana.

"Apaan?" Bahkan salam pembukaan dari Sanuar terucap judes. Seolah sengaja menjelaskan ketidaksukaan.

"Ngapain lo, cuy? Main sini ke tempat gua! Diem-diem bae" 

Sanuar merotasikan matanya. Tidak tahu mengapa kini ia merasa jengah mendengar nada suara Abiyyu yang menurutnya sok asik itu. "Mager, ah! Lo aja yang ke tempat gue. Bawa makanan enak ya!"

Seenak jidat emang si kampret!

Abiyyu total misuh-misuh begitu sambungan teleponnya diputus sepihak. Kalau bukan teman seperjuangan sejak masa culun, Abiyyu jelas akan mengabaikan segala ucapan manusia sok ganteng itu. Namun sekali lagi, ini Sanuar, sosok yang sejak dulu menjadi tameng Abiyyu untuk segala tugas yang terlambat dikerjakan, sosok yang menjadi tujuan utama ketika ia harus menyalin jawaban gratis. Maka dari itu, meski ada sedikit rasa tidak ikhlas, Abiyyu akan tetap menuruti permintaan Sanuar. Hitung-hitung balas budi, pikirnya.

***

"Nanti aku ke sananya dianter ayah, Ma?" Kedua bola mata Betari tampak antusias mengikuti gerakan ibunya yang tampak lincah di dapur.

"Hm?" Nia tidak langsung menyahut. Ibu dua anak itu tengah mencicipi kuah sayur asem yang belum lama mendidih. "Ayah pulang sore. Kamu naik ojol aja gimana? Atau minta Sanuar ke sini aja buat ambil makanannya."

"Um, aku naik ojol aja, ma, nggak apa-apa," sahut Betari sambil ikut mencicipi kuah sayur asam. "Ma, ini kayaknya tambahin penyedap rasa sedikit lagi deh. Kak Alpha suka yang agak gurih soalnya."

Nia mengangguk, membubuhkan sedikit penyedap rasa sapi sambil mengaduk kembali. "Pulangnya minta anter aja sama Sanuar."

"Yes, Ma'am!" Betari berlagak seperti orang yang sednag memberi hormat.

Nia hanya terkekeh. Kalu boleh jujur, ia merasa terenyuh. Anak gadisnya kini sudah beranjak dewasa. Mungkin dalam hitungan tahun, ia harus rela melepas anak gadisnya untuk dibawa orang lain. Sampai saat ini, ia masih bisa tenang karena Betari adalah tipikal anak penurut yang selalu mematuhi wejangan kedua orang tuanya tanpa memberikan bantahan yang berarti. Termasuk perihal menjalin asmara tanpa ikatan halal. Sampai saat ini sedikit-banyak, Nia bersyukur karena Sanuar Alphandi adalah sosok yang bisa membantu Nia untuk menjaga anak gadisnya. Hal ini juga menjadi alasan utama bagi Nia dan Yudi untuk terus berbuat baik pada Sanuar dan keluarganya.

"Siap-siap gih, sana. Mama mau masukkin sayur sama lauknya ke rantang. Mama nggak bawain nasi ya, bilang Sanuar buat masak nasi secukupnya. Nanti mama bawain juga puding cokelat bikinan kamu pake Tupperware, bilang jangan ilang ya Tupperware mama."

Betari terkekeh. Perempuan itu bergerak cepat sambil berujar 'oke' dengan kencang. Khawatir tidak terdengar karena kini ia sudah berada di kamar. Ini menjadi kali pertama Betari menjadi sebegini selektif masalah pakaian. Berlama-lama memandangi jejeran pakaian, kemudian berkali-kali mengganti atasan dan bawahan saat merasa tidak pas ketika melihat tampilannya dari pantulan cermin di pintu lemari. 

Ah begini, ya, yang sering terjadi sama cewek kasmaran?

Eh? Apa? Nggak!

Aku nggak kasmaran! Apaan, sih?!

Betari menggeleng ribut. Kembali menatap penampilannya pada cermin. Mini dress di bawah lutut itu ia rasa berlebihan jika hanya ingin menemui Kak Alpha-nya. Lantas Betari kembali memilih, dan lagi, pilihannya tetap kembali pada setelan awal dirinya. Cardigan abu-abu tua dan celana kulot hitam.

Iya, begini aja. Kayak biasanya kalo Kak Alpha dateng ke rumah. Iya, kan?

Nggak apa-apa, kan?

"Betari!" 

Betari mengerjap cepat sambil mengelus pelan dadanya. Kaget karena suara Nia yang lantang itu tiba-tiba menariknya dari acara melamun. "Iya, Ma?" sahutnya sedikit kencang.

"Ada Jamal di teras."

Kedua alis Betari terangkat. Kak Jamal? Buru-buru Betari mengecek ponselnya. Biasanya Jamal akan mengabari terlebih dahulu jika akan mampir ke rumah Betari, tetapi hari ini, sejak pagi, Jamal tidak ada mengirim pesan apa pun. 

"Kak ...?" Betari menyapa kala melihat Jamal yang sedang membelakanginya.

"Eh?" Jamal mengerjap cepat. Penampilan Betari mendadak mebuatnya tersipu, entah mengapa. Maksudnya, ia tahu kalau Betari itu cantik dan manis. Namun, melihat perempuan itu dalam balutan mini dress merah muda adalah sesuatu yang lain. Entahlah, he's totally speechless. 

"Kok tumben ke sini nggak bilang dulu?" 

"Oh? Um ... itu ... hehe." Jamal bahkan tidak tahu harus mengatakan apa. Akal sehatnya total terdistraksi.

"Um ... aku mau pergi dulu sebentar. Nggak apa-apa? Kakak mau tunggu atau---"

"Nah, kebetulan ada Nak Jamal! Ibu boleh minta tolong anterin Beta, nggak?" Nia tiba-tiba saja keluar dengan rantang tiga susun dan satu buah Tupparware kecil. 

"Tapi, ma---"

"Boleh banget, bu! Saya mah siap nganter Betari ke mana aja. Mau saya anter ke rumah orang tua saya juga boleh---eh? hehe."

Jamal ini agaknya berhasil menarik perhatian Nia. Biasanya akan sulit membiarkan lelaki selain Sanuar untuk bersama Betari, tetapi kedatangan dan interaksi Jamal dengan keluarga Betari yang lumayan intens membuat Nia berasumsi bahwa Jamal ini akan sama seperti Sanuar. Jadi harusnya tidak apa-apa, kan?

"Yuk!"

Betari masih coba mengolah situasi. Tanpa sadar ia sudah mendekap rantang dan tupperware yang Nia berikan. Perempuan itu bahkan tidak sempat kembali mengganti penampilannya seperti biasa. Namun, ketika berada di boncengan Jamal, Betari langsung tersadar.

Tunggu! 

Matanya mengerjap cepat. Buru-buru meneliti penampilan. Ia bahkan baru menyadari bahwa posisinya sedang duduk miring di boncengan Jamal.

Nggak! Nggak boleh begini!

"Kak!" Betari sedikit berteriak hingga membuat Jamal sedikit tersentak.

"Kenapa?"

"Balik lagi ke rumah aku sebentar!"

"Hah? Kenapa emang?" Jamal memberhentikan laju motornya. Sedikit menoleh ke belakang seraya kembali berujar, "Ada yang ketinggalan?"

Betari menggeleng pelan. "A-aku mau ganti baju ...."

"Hah?"

"Ish, pokoknya balik lagi! Aku mau ganti baju, ish!"

Jamal dibuat linglung. Inginnya sih berteriak 'Buset gemesin banget. Gemesgemesgemesss', tetapi harus jaga image kan di depan dedek crush. 

"Emang kenapa harus ganti baju? Ini udah mendung loh, kalo balik lagi, takutnya pas berangkat malah hujan. Ini kita udah setengah jalan. Mau sampe tempat Kak Alpha-mu itu malahan," ujar Jamal lembut.

"Ta-tapi aku nggak pe-de ...." Betari berujar pelan. Kalau saja Jamal tidak memiliki indera pendengar yang bagus, mungkin suara Betari ini tidak akan terdengar.

"Nggak pe-de kenapa, sih, Betari? Bagus, kok. Cantik, manis. Kakak aja suka, apa lagi Kak Alpha-mu itu? Klepek-klepek deh di jamin!"

Dan, hal itu sukses membuat Betari merona. Sialan sekali memang mulut manis Kak Jamaluddin Al-Jefri ini. 

***
T

BC

Cihuuyyy!!!
Gimana~~ gimanaaa??
Udah mau tamat nih. Draft nya udh siap buat d publish, Natha tunggu tanggapan kalian yaaa 🥰💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro