Bagian 27: Asam dan Garam 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selamat senin Harmony ...
First of all, Natha mau minta maaf karna minggu lalu gak up. I was ill karena tiap plg itu malem dan hujan huhu demam deh jadinya.

Tapi hari ini Natha gak lupa buat bawa yg baru xixixi
Enjoy reading, jgn lupa ramaikan kolom komentar dan tekan ikon bintang 🥰😍
.
.

Bagian 27: Asam dan Garam 2

Sanuar tidak pernah mengerti. Lebih tepatnya tidak ingin mengerti tentang keadaan menyebalkan yang mengisi setiap detik kehidupannya saat ini. Semalaman suntuk mencoba menghubungi Cadel-nya, tetapi berakhir nihil. Bahkan pesannya hanya berakhir dengan tanda dua ceklis abu-abu. Tidak hanya itu, tadi pagi ia bertandang ke rumah Cadel-nya. Niat hati ingin menebus kesalahan karena melupakan janji temu pukul satu siang kemarin untuk mendengar hasil belajar Betari selama satu semester.

"Eh? Tadi Beta berangkat bareng ayah. Telat lo Kak!" Begitu kata Binar. Kakak perempuan Betari itu tanpa ragu menertawai Sanuar yang tampak lesu.

Lagi, efek hari yang tidak dimulai dengan sapaan dari Cadel-nya selalu menjadikan Sanuar Alphandi uring-uringan tidak jelas. "Ck, kebiasaan! Heran banget dah, kalo ngambek kenapa, sih, suka banget ngilang?!"

Abiyyu melirik malas. Memilih abai dan malah semakin asik menyeruput cappuccino cincau yang tinggal setengah. Kebiasaan Sanuar ya memang seperti ini. Saat sedang akur dengan Betari, Abiyyu seolah menjadi figuran yang perannya tidak penting. Sekadar lewat dan tidak layak mendapat atensi. Beda cerita kalau sedang selek. Sanuar akan menjadikan Abiyyu tempat bersandar. Menaruh penuh atensi. Melakukan apa pun agar Abiyyu betah berada di sisinya hanya untuk mendengarkan bibirnya yang tidak berhenti mengeluh.

"Ah lo mah! Temen lagi susah gini malah asik-asikan nyedot cincau!" Tangan Sanuar memukul tengkuk Abiyyu tanpa ragu.

"Setan!" Tentu saja Abiyyu tidak terima dan balas mendorong kasar kepala Sanuar. "Gue udah satu jam setengah dengerin lo ngeluh ini-itu soal Betari! Kurang apa gue hah?!"

"Kurang ajar!"

Iya, begitu. Kalau sudah berdua mereka pasti akan seperti itu. Ribut tidak jelas hanya karena masalah kecil. Padahal, setiap detik keduanya saling berempati. Memedulikan satu sama lain tanpa memikirkan keadaan sendiri.

"Samperin aja ke gedung FKIP, ayo!" Pada akhirnya Abiyyu akan menjadi si paling suka ngalah.

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

"Aku ikut ke kosan kamu ya abis ini, Ita," bisik Betari.

Entah mengapa, perempuan itu mendadak menjadi sedikit nakal. Padahal sudah selesai ujian dan mendapat nilai akhir semester, tetapi Betari kukuh ingin ke kampus. Rela melakukan kebohongan kecil hanya demi memenuhi permintaan Kak Jamal.

"Mau ngapain? Aku harus packing. Nanti sore ayah aku jemput soalnya," jawab Anita jengah. Pasalnya, perempuan itu jelas sudah merancanakan akan menjadi tidak produktif sebelum kepulangannya ke Cianjur. Namun, Betari dengan tidak tahu diri meramaikan notifikasi ponselnya. Terus-menerus ribut, menyuruhnya bergegas untuk menemani ke kampus.

Nyatanya, keduanya malah berakhir seperti orang dungu. Berdiam diri tanpa tau harus melakukan apa. Sementara, seisi ruang himpunan tampak serius, sibuk membicarakan acara himpunan selama libur semester gasal.

"Ya masa nanti pulangnya cepet? Nanti ketauan bohong sama mama. Bentar aja, nanti aku bantu rapih-rapih kosan, deh. Ya, ya, ya?" Mata Betari tampak memelas. Kedua sudut bibirnya sedikit menurun. Rengekan andalan menjadi senjata utama untuk membuat Anita luluh.

"Hmm ... ter---"

"Hei, sorry ... lama, ya?" Jamal menyapa. Dahinya tampak berpeluh, tetapi senyumnya tidak juga luntur.

Betari terkekeh canggung. Tampaknya kali ini ia setuju dengan pernyataan Rianti saat pertama kali bertemu dengan si ketua BEM. Kak Jamal memang definisi tepat untuk frasa 'anime hidup'.

"Habis ini nggak langsung pulang, kan?" Padahal ada Anita juga di sana, tetapi lelaki asal Banten itu hanya menyibukkan pandangan pada Betari.

"Ung ... nggak. Aku mau ke---"

"Ikut kakak makan siang dulu gimana? Kita ngebaso di deket gedung MIPA," sahut Jamal. Kedua mata lelaki itu membulat sempurna, memancarkan binar antusias.

Betari memainkan ujung-ujung kukunya. Perempuan itu tidak langsung menjawab. Ia malah mengeluarkan suara dengungan kecil tanda ragu-ragu.

"Berdua doang, Kak?" Ini Anita. Si paling mengerti isi hati Betari.

"Nggak, lah! Mana berani. Lagian kan nggak boleh cewe sama cowok berdua doang," Jamal terkekeh halus. Kedua lesung pipinya timbul tanpa ragu. "Sama anak-anak himpunan yang lain. Kamu juga boleh ikut, kok. Nanti---"

"Alhamdulillah ... kalo gitu aku tenang, deh. Titip Betari, ya, Kak. Habis ini aku harus siap-siap buat balik ke Cianjur. Dia ini nggak boleh pulang lebih dari Maghrib. Jadi, jam tiga udah harus beres deh kalo bisa. Nah, apa lagi, ya ...?" Anita memotong cepat. Meski agak ragu meninggalkan Betari sendiri, tetapi tampaknya Kak Jamal cukup bisa dipercaya setelah mendengar bahwa lelaki itu paham konsep dasar larangan diantara lawan jenis.

Jamal kembali terkekeh. "Iya, siap! Ini bayi bakal kakak suru pulang jam setengah tiga biar nggak kejebak ujan juga."

"Bagus, jangan sampe lecet ya, Kak! Oke, Beta ... aku tinggal, ya. Text me every time you want to." Anita berpamitan setelah berucap sambil menekan kedua pipi Betari hingga memerah. Namun, sayangnya, Anita tidak melihat bagaimana kedua mata temannya mulai berkca-kaca ketika ia melambaikan tangan dan berlalu dengan terburu.

Atensi Betari teralih begitu ia merasakan getaran ponsel yang ada pada genggaman. Nama Anita muncul pada pop up pesan. Dahi perempuan itu mengkerut, dan dengan segera membuka pesan tersebut.

From: Anita💜

Beta ... nggak maksud buat ninggalin kamu gitu aja, tapi aku harus buru-buru. Ayah aku udah sampe di gerbang tol Bogor.

Take care of yourself, OK? Inget, ada batasan yang nggak bisa laki-laki mana pun lewati selain mahram kamu.

Kabarin aku kalo ada apa-apa. See you 😊

Betari mengangguk patuh entah pada siapa. Perempuan itu hanya mengingatkan diri untuk kembali memperkokoh segala pertahanan yang ada.

"Ayo," ajak Jamal sambil mengenakan tas punggung.

Betari mengangguk. Namun, saat perempuan itu bangkit, ia mengernyit ketika mendapati Jamal menjulurkan tali tas punggungnya pada Betari. "K-kenapa, Kak?" Pertanyaan itu terlontar ragu-ragu.

"Kakak mau genggam tangan kamu, tapi karena belum mahram. Kamu genggam ini dulu aja, ya, biar nggak nyasar di jalan."

Sorakan riuh dari dalam ruang himpunan menjadi latar musik tersendiri untuk suasana saat itu. Bahkan lemparan botol plastik dan gumpalan kertas tidak ragu mendarat pada kepala si ketua himpunan. Meski ragu, Betari meraih ujung tali tas Jamal. Menggenggamnya erat seraya menghadirkan senyum.

'Persis Kak Alpha ...'

Jamal langsung sumringah. Mengabaikan teman-temannya yang masih sibuk menyoraki sambil terus berjalan. Ini sudah seperti iring-iringan hajatan pengantin sepertinya. Bikin malu sebenarnya. Namun untung saja kondisi kampus yang sudah libur membuat mereka aman---tidak perlu bertemu mata lain selain kawan-kawan sefrekuensi-nya.

"Del?"

Suasana langsung hening. Semua mulut ribut itu mendadak bisu begitu mendapati dua entitas asing menghadang jalan mereka. Kedua lelaki itu bahkan menampilkan raut tidak bersahabat.

"Mau kemana? Kok, tumben nggak sama Anita atau Rianti?" kedua alis Sanuar menukik. Matanya menatap nanar genggaman erat Betari pada tali tas lelaki di hadapannya.

"M-makan siang---"

"Makan siang bareng kakak sama Abiyyu aja. Sini," ujar Sanuar dengan nada datar dan raut serius. Lelaki itu semakin tampak geram begitu mendapati Cadel-nya malah semakin menyembunyikan diri di balik tubuh Jamal. Tanpa sadar tangannya terulur cepat. "Ayo, sin---"

"Sorry, bro. She's with me." Jamal tanpa ragu menahan pergelangan tangan Sanuar seraya menunjukkan raut tidak suka pada lelaki itu.

Sialan!

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆
TBC

A/N
Ekhm ekhm ... coba tenangin itu Kak Alpha.
Bilangin, ralain aja Beta sama Kak Jamal 🤣
Mana nih yg kmren² nyiram bensin ke lapak iniii? Wkwkwk

Babhayyy see you next Monday 😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro