Bagian 7: Kakak Senior 2

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Haii Haiii~ Udah ketemu lagi nih. Gimana? Apa kabar hari ini? 😆

Ada detail-detail kecil di setip chapter yg Natha up. Jadi, Harmony sayang it's recommended to re-read every chapter xixi

Well, Enjoy reading. jangan lupa ramaikan vomment yaaww

┏━•❃°•°❀°•°❃•━┓

Menjaganya bagai barang pecah belah. Nyatanya, ada yg lain yg tidak menghargai itu.

┗━•❃°•°❀°•°❃•━┛

Bagian 7: Kakak Senior 2

Namanya Jamaluddin Al-Jefri. Kakak senior tahun ke tiga di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Ketua himpunan, idola junior. Bukan tanpa alasan Jamal menjadi pusat perhatian. Selain dari parasnya yang tampan, lelaki berkacamata itu sudah mencetak banyak prestasi. Menjadi kebanggan para dosen dan andalan teman-teman seangkatannya.

Sore tadi, ketika kumpul untuk penyuluhan makrab, Rianti heboh menepuk-nepuk punggung Betari saat melihat Jamal berdiri di podium dengan kemeja hitam yang lengannya digulung sampai sikut. "Bet ... Bet ... i-itu cowok anime yang nolongin lo tadi, kan?!"

Untung saja seluruh mahasiswa sedang bertepuk tangan, sehingga pekikan ribut Rianti teredam. Sementara itu, Betari menyipitkan matanya karena ia tidak bisa terlalu jelas melihat dari jarak jauh.

Setelah ramah-tamah dan basa-basi singkat, seluruh mahasiswa dibagi menjadi beberapa gugus---kelompok. Kali ini Betari tidak satu gugus dengan Rianti, tetapi masih satu gugus dengan Anita---teman satu genk.

"Nah, karena udah dibagi per-gugus. Sekarang kalian samperin kakak-kakak ganteng dan cantik yang ada nomor di dada sebelah kiri. Nomor itu sesuai sama nomor gugus kalian, yang otomatis mereka akan jadi penanggung jawab gugus."

Betari hanya mengikuti teman-temannya yang melangkah kecil membentuk barisan untuk menghampiri dua kakak senior dengan angka sembilan di dada sebelah kiri mereka.

"Ita, nanti jangan jauh-jauh sama aku, ya." Betari mengandeng lengan Anita. Tersenyum lucu dengan kerutan yang timbul pada pangkal hidung.

"Iya, sini ... jangan jauh-jauh," sahut Anita. Sedikit ketus karena kejadian Betari hilang dari kelompok tidak hanya terjadi satu kali.

Setelah menghampiri kakak senior penanggung jawab gugus, kelompok Betari diajak keluar ruangan menuju pohon ceri dengan bangku keramik mengelilingi pohon itu.

"Nah, saya Jamal, yang ini Bianca." Jamal menunjuk Bianca dengan telapak tangan kanan yang menengadah.

"Halo, aku Bianca dari jurusan Pendidikan Guru Bahasa Indonesia. Jangan kaget ya kalo sering liat aku di taman FKIP sambil baca puisi," kekehnya.

Betari memandang kagum Bianca. Perempuan itu memiliki tubuh yang tinggi semampai. Warna kulitnya sedikit gelap, tetapi itu menjadi daya tarik tersendiri, apa lagi senyum yang menghasilkan lesung pipi. Entah karena Betari yang tidak fokus atau terlalu sibuk memerhatikan Bianca, ia bahkan tidak menyadari kalau Jamal berdiri di hadapannya dengan membawa tumpukan kertas sambil tersenyum.

"Ketemu lagi ya kita."

"Ya?" Betari mengerjap cepat.

Jamal mendengkus gemas, memberikan Betari beberapa lembar kertas. "Itu tas Simba. Bukunya nggak ada yang kotor, kan?"

Betari melirik tote bag Simba-nya. Mengerjap pelan. Lantas tersadar maksud kakak seniornya itu. "O-oh itu Kakak? Ummm ... aku belum bilang makasih, ya? Umm ... makasih ya, Kak."

Jamal mengangguk seraya menampilkan senyum manis hingga menghasilkan lesung pupu yang begitu dalam. "Kamu tau ruang Eden, kan?"

"Eden?" Kedua mata Betari berkedip cepat.

Melihat itu Jamal terkekah. Gemas sendiri melihat si sosok lawan bicara. "Iya, Eden. Itu nama himpunan English Department. Tau?"

Bibir Betari membulat kecil. Gadis itu mengangguk perlahan seraya menjawab, "Tau. Yang di depan perpustakaan, kan, ya?"

"Iya." Senyuman itu masih belum juga luntur dari wajah Jamal. "Kalo mau tanya-tanya soal himpunan atau tanya soal mata kuliah mampir ke sana aja ya. Kakak bisa jadi sumber terpercaya kok."

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

Kembali lagi, Betari masih mengerjap kikuk kala mendapati Jamal memberhentikan motor di hadapannya. Lelaki itu bahkan turun dengan teburu sambil melepas helm-nya.

"Kamu ngapain di sini? Baru mau pulang?" Alis Jamal sedikit menukik.

"Iya, Kak." Betari tersenyum tipis. Sekadar formalitas karena bertemu senior-nya.

"Terus kenapa malah duduk di sini? Harusnya kamu nunggu di sana biar abang angkotnya liat kalo ada penumpang yang mau naik." Jamal mendudukkan diri di samping Betari yang sedang duduk di kursi kayu panjang.

Hal itu kontan membuat Betari bergeser. Meremas ujung tote bag-nya kuat-kuat. "I-iya."

"Rumahnya di mana? Udah mau maghrib, kakak anterin aja, gimana?"

Betari melirik Jamal ragu-ragu. Tidak langsung menjawab. Gadis itu malah sibuk meneliti kakak seniornya dari ujung kaki hingga kepala. Dilihat dari wajah, Jamal ini tidak menunjukkan adanya bibit 'jahat'. Mata Betari melirik angkot yang sopirnya sudah ribut berteriak 'ayo neng, satu lagi berangkat', lalu kembali menatap Jamal. Ada kebimbangan dalam hatinya.

"Kalo dianterin ... nanti ngerepotin nggak?" tanya Betari ragu-ragu. Suaranya bahkan sedikit bergetar parau.

Jamal menggeleng. Senyum sumringah langsung terpatri di wajahnya. Dengan cepat ia menghampiri motornya, meminta Betari untuk naik. Namun, gadis itu masih tampak ragu. Mata Betari melirik gelisah ke sembarang arah sambil menggigit tipis bibir bawahnya.

"Ayo." Jamal menarik halus pergelangan tangan Betari.

Hal itu tentu saja membuat Betari terkesiap. Matanya terbalalak, menatap nanar pada jemari Jamal yang melingkar apik di pergelangan tangan kanannya. "K-kak---"

"Beta."

Pergelangan tangan kiri Betari ikut digenggam seraya suara tak asing menyapa rungunya. Menoleh cepat dan mendapati Kak Alpha-nya di sana. Dengan raut wajah pucat, bibir bergetar tipis serta rambut yang tampak berantakan.

"Dia sama gue," pungkas Sanuar seraya menepis kasar tangan Jamal.

Jamal mengerjap kikuk. Segala kata yang hendak diucapnya tertahan begitu saja. Terpaksa harus menelan semuanya bulat-bulat begitu menyaksikan adik tingkatnya menaiki angkutan kota dengan lelaki berwajah dingin itu.

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆

Betari melirik Sanuar, lalu mengalihkan pandangan pada telapak tangan lelaki itu---yang sengaja ditutupi dengan ujung lengan jaket yang ditarik sampai menutupi keseluruhan telapak tangan---melingkupi pergelangan tangannya. Betari selalu suka Sanuar yang begini, yang menghormati prinsipnya untuk tidak bersentuhan langsung.

"K-kak Alpha---"

Sanuar langsung melepas genggamannya. Bergeser cepat agar duduk berjauhan dengan Betari. Angkot itu hanya berisi dirinya dan Betari---plus si sopir angkot tentu saja.

"Bang, balik ke tempat yang tadi ya. Ini saya bayar double deh. Jadi sewanya pulang-pergi," Sanuar sedikit terkekeh saat bercengkarama dengan sopir angkot tersebut.

Namun, sesaat kemudian raut wajahnya berubah datar. Atmosfer di sana mendadak dingin. Sanuar berkali-kali menghela napas. Menyugar rambut bagian depan, lalu mengusak bagian belakang kepalanya kasar. Lelaki itu kini menunduk sambil memijat pelan pelipisnya.

"Kak Alpha, ken---"

"Diem, Beta. Kakak nggak mau ngomong sama kamu dulu."

Betari mengerjap. Ada gelenyar aneh yang sialnya menyakitkan begitu sadar bahwa Sanuar tidak sedang memanggilnya dengan panggilan seperti biasa. Biasanya Betari akan merasa sebal ketika Sanuar memanggilnya Cadel. Namun, ini kali pertama ia benci Sanuar memanggilnya hanya dengan namanya.

⋆*┈┈┈┈﹤୨♡୧﹥ ┈┈┈┈*⋆
TBC

A/N

Haii, gimana chapter ini? Xixixi
Seems like you guys will find something in the next chapter.

Kali ini coba lagi ya, kalo tembus 15 vote dan 8 komentar. Natha bakal up chapter baru di Minggu ini 😆

Yuk bisa yuk 🤭

*DeepBow

Natha 🌻💜

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro